1

6 0 0
                                    

Ini Danu, lelaki berseragam lengkap dengan kacamata dan rambut cepak yang berdiri didepan pintu gerbang menunggu Jana. Mari kita perkernalkan ini Jana, satu-satunya gadis yang bisa dekat dengan Danu selain teman-teman tongkrongannya. Jana memiliki sifat yang bertolak belakang dengan Danu. Bagi Danu, Jana itu berisik, bawel, lemot, tukang tidur dan masih banyak segudang kejelekan Jana yang Danu tau.

"Dan! Tungguin dong!" Teriak Jana terpongoh-pongoh mengambil dasi dan gesper dari dalam tasnya.

Danu tetap berjalan didepan Jana tanpa memperdulikan gadis itu memanggil Namanya. Kini Danu dan Jana berada dibarisan upacara keduanya berdiri samping-sampingan dan yang membuat Danu kesal adalah Jana yang tidak berhenti berbicara sejak upacara dimulai. Lelaki itu sudah lelah setengah mati mendengar ocehan Jana yang tidak ada habisnya sampai Danu mendengar DKS menarik Jana menuju barisan anak-anak yang melanggar.

"Akhirnya." Batin Danu lega.

Tak sampai disitu kini Jana sedang berdebat dengan Juno yang notabenya ketua kelasnya. Jana bersikerah meyuruh Juno untuk menyingkir dari bangku yang ia ketahui adalah miliknya hari ini.

"Jan." Panggil Danu pelan dan terkesan dingin. Baik Jana maupun Juno menghentikan perdebatan mereka.

Jana berteriak dan melompat-lompat sambil mengulang-ngulang kalimat yang sama, "Akhirnya Danu manggil gua!"

Danu memijat pangkal hidungnya yang ia rasa mulai pening akibat teriakan Jana yang membuatnya malu menjadi pusat perhatian teman-teman sekelasnya.

"Bisa pergi? Ini bangku gua dan Juno." Usir Danu.

Jana hanya dapat tersenyum baginya ini adalah sebuah anugrah dimana Danu dapat berbicara padanya. Banyak yang bilang hal yang dilakukan Jana adalah sia-sia untuk mengajak bicara Danu dan mendekati lelaki itu Namun, hal yang terjadi sangat berbeda Danu menerimanya disamping lelaki itu walaupun lelaki itu selalu mengabaikannya.

"Makasih Danu udah bicara ke aku hari ini." Ucap Jana tersenyum manis sambil berjalan kearah kursi belakang.

Danu hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Jana yang saat ini heboh bercerita ke teman sebangkunya tetang-oh my God she said anything. Kadang Danu heran kenapa Jana selalu gencar mencari perhatiannya padahal siapapun yang melihatnya ia tidak tertarik dengan Jana.

"Danu!" Seru Juno memecahkan lamunan Danu.

Danu mengangkat kepalanya dari tumpukan tangannya, "Kenapa, Jun?"

"Nanti ada rapat panitia angkatan tentang buku tahunan lu datang ngga?" Tanya Juno mengingatkan Danu tentang agenda rapat sepulang sekolah nanti.

"Liat nanti deh, Jun. Gua ada pelajaran tambahan buat olimpiade."

Bagi anak-anak kelasnya Danu adalah paket lengkap lelaki itu pintar dalam bidang akademik maupun organisasi dan jangan lupa pria itu adalah ketua ekskul pencinta alam Namun, satu hal lain yang tidak mereka lupakan adalah Danu yang bermulut pedas dan blak-blakan saat berbicara meskipun lelaki itu jarang berbicara. Tapi lain halnya dengan Danu ia merasa bersyukur memiliki image seperti itu karna tidak aka nada yang memanfaatkan dirinya untuk kepentingan mereka masing-masing.

=Danu& Jana=

Bagi Jana, Danu adalah orang yang terlalu ribet Danu tidak suka makanan pedas, Danu suka marah-marah kalau tugas tidak dikerjakan sebelum deadline, dan Danu selalu mengacuhkannya. Dari semua keribetan Danu yang selalu membuat Jana bersabar ada satu hal yang selalu di ingat Jana dari Danu, lelaki itu baik.

Hari senin merupakan hari yang sangat dibenci oleh semua orang termasuk Jana, Jana tidak suka hari senin. Bagi Jana senin selalu membosankan, melelahkan, dan yang paling ia benci adalah seragam putih-putih yang harus dikenakannya. Kehidupan Jana sebagai siswa baru sekaligus anak kelas sepuluh di SMA Nusantara membuatnya harus berangkat pagi agar tidak telat.

Jana merasakan perutnya sakit sejak upacara tadi kini ia berdiam diri dikelas yang kosong-oh jangan lupakan lelaki berkacamata yang membaca buku Sejarah dibelakang. Jana meringis ketika merasakan perutnya semaki melilit, ia meraih ponselnya untuk mengirimkan chat kepada Gita.

Renjana: Git, nitip teh anget.

Renjana: Perut gua sakit banget udah kek mau melahirkan

Gita: Lebay lo, kebo

Gita: Bentar gua lagi sama Tian.

Jangan lupakan Gita, Gita adalah teman sekaligus tetangga Jana yang sudah bersama gadis itu sejak mereka berada di taman kanak-kanak. Menurut penuturan mama Jana bahwa dahulu ia sering berantem dengan Gita hingga keduanya dikeluarkan karna setiap hari mereka selalu berantem.

Bel pulang sekolah membuat Jana menghembuskan nafasnya lega dan jangan lupakan Gita yang sudah menghilang dari bangkunya bertemu dengan pujaan hatinya-Tian. Jana memutuskan untuk berdiri ketika ia merasakan tamu bulananya datang disaat yang tidak tepat, ia melihat ke sekeliling dan tidak ada sama sekali yang dapat ia mintai tolong. Jana lupa dan sangat lupa kini ia menggunakan rok berwarna putih dan menyebabkan 'itu' tembus ke roknya. Berulang kali Jana mengirimkan chat kepada Gita namun gadis itu tidak menjawabnya. Tidak ada pilihan lain selain menunggu lorong sepi untuk meninggalkan sekolah.

Jana kini memantapkan hatinya untuk berjalan di lorong ketika dirasa tidak banyak murid yang berkeliaran di sekolah. Ia mnurunkan tasnya agar tidak ada yang melihat roknya namun, upayanya gagal ketika salah satu senior lelakinya melihatnya dan menertawakannya.

"Cie bendera jepang." Ucap lelaki itu lalu berlalu sambil tertawa.

Karna ucapan itu banyak anak basket-yang pada hari itu sedang latihan melihatnya dan penasaran dengan apa yang ditertawakan seniornya. Jana semakin menundukan kepalanya kebawah bodohnya dirinya tidak membawa jaket di hari senin. Ia ditertawakan oleh beberapa senior sampai ada lelaki yang berdiri dibelakangnya dan menyentuh bahunya.

"Oy!" Ucap suara berat tersebut.

Jana membalikan tubuhnya mendapati lelaki bertubuh tinggi besar dan kaca mata yang bertengker di hidungnya. Lelaki itu melepas jaket-nya dan mengikatnya di pinggang Jana, Jana yang mendapati adegan seperti itu dialami olehnya menutup wajahnya dengan kedua tangannya ia mendengar terikan heboh dari senior-senior yang meledeknya tadi.

"Lain kali jangan ceroboh." Ucap lelaki itu yang kemudian berlalu dari hadapannya.

Jana yang masih kaget dengan apa yang terjadi sontak tersadar dan buru-buru berjalan menuju Go-jek yang menunggunya di depan gerbang. Sumpah setengah mati Jana benar-benar dibuat gila oleh lelaki tadi ingin ia berteriak namun, ia merasa diselamatkan dari hal buruk yang menimpanya hari ini.

"Jana bego!" Teriak Jana diatas motor Go-jek.

"Neng sadar atuh neng! Jangan gangguin penumpang saya pergi!." Ucap pengendara Go-jek tersebut yang merasa penumpangnya mulai gila.

"Kenapa ya mas saya bego banget?" Cerocos Jana. "Tuh cowo kenapa ngga saya tanya Namanya ya, Mas."

"Yasaya mana tau, Neng. Cantik-cantik gila lo dasar." Balas Go-jek tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dana & JanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang