Seorang siswa laki-laki berhoodie membiarkan tubuhnya terbakar oleh terik matahari di ujung atap gedung tertinggi sekolahnya. Pandangannya terus menatap langit, entah apa yang ia pikirkan. Yang jelas ia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia tampak sangat kacau.
"Lo mau bunuh diri ya?" ucap seorang gadis secara tiba-tiba. "Lo jangan bunuh diri,deh! Kematian lo nanti jadi percuma. Bukannya tenang, lo malah disiksa karena masuk neraka!" teriak sang gadis selanjutnya.
Bunuh diri? Gumam lelaki itu heran.
Penasaran, ia langkahkan kakinya ke depan, semakin mendekati ujung dari atap gedung sekolahnya.
"Eh, udah dong, stop! Lo, kalau mau mati tunggu dicabut nyawa aja biar ngga dosa." Teriak gadis itu semakin panik.
Mehran, siswa laki-laki itu, betul-betul heran dibuatnya. Mengapa tiba-tiba saja seorang gadis menuduhnya hendak melakukan aksi bunuh diri dari atap gedung sekolah. Padahal, jika aksi bunuh diri dilakukan dari sini, hasilnya akan sia-sia. Gedung ini tidak cukup tinggi untuk itu.
"Siapa lo?" tanya Mehran dengan tatapan penasaran.
Sayangnya, tatapan penasaran Mehran sepertinya disalah artikan sebagai tatapan tanpa harapan. Mata gadis itu terbelalak, tampak semakin terkejut dan tampak tidak ingin menjadi saksi jika peristiwa bunuh diri benar-benar terjadi.
"Lo nggak usah sok tahu, deh! Siapa juga yang mau bunuh diri dari tempat kayak gini?" ujar Mehran menegaskan.
"Hah? Gue pikir lo mau bunuh diri beneran. Soalnya, kelihatannya nih ya, lo tuh kayak..."
"Kayak apa?"
"Kayak orang nggak punya harapan hidup." Jujur gadis itu lemas.
Huft, Mehran mendengus kesal. "Lo, kalau nggak tahu apa-apa ngga usah sok tahu, deh!" ucapnya kemudian.
"Ya lagian, ngapain coba lo siang bolong kayak gini diem di ujung atap sekolah kayak orang yang nggak punya harapan hidup? Kuker banget sih, lo!" balas gadis itu.
"Lo, nggak usah sok tahu, ya!" bentaknya kasar.
"Ih, lo mirip kembaran gue deh suka bentak-bentak cewek!" Ujar gadis itu sembarangan. Ia bahkan tidak menyaring setiap perkataannya terlebih dahulu. "Btw, lo Mehran, kan? Yang katanya abis koma itu? Lo harusnya dikasih hidup tuh bersyukur tahu." Lanjutnya masih tanpa berpikir.
Mendengar ocehan gadis di hadapannya sedari tadi membuat Mehran hanya bisa mengelus dada. Mehran akui, gadis sok tahu ini cukup manis dengan perawakannya yang mungil. Namun, tetap saja, pikiran ngawurnya membuat Mehran yang sedang berdiam terganggu. Apalagi, tiba-tiba gadis itu menceramahi dirinya dengan ocehan-ocehan yang tak ia saring terlebih dahulu.
"Lo lebih baik diam kalau lo nggak tahu apa-apa! Jangan bisanya cuma sok tahu dan nyeramahin orang lain dengan ocehan lo yang berisik itu." Bentaknya sekali lagi. "Kalau perlu, lo pergi aja deh dari sini!"
"Idih, galak banget sih. Lagian ya, gue juga nggak betah lama-lama sama cowo galak. Barangkali lo ngefans sama gue, lo bisa cari gue di kelas XI IPS 4." Ucapnya asal, lalu berbalik dan meninggalkan Mehran di atas sana sendirian.
♥♥♥
Bego Almayra, lo bego banget sih , bikin malu aja!
Sudah satu jam sejak pertemuannya dengan Mehran, Almayra tiada henti merutuki dirinya sendiri. Sebelumnya memang tak ada masalah diantara keduanya. Namun, tiba-tiba saja, ketika Almayra berbalik badan hendak meninggalkan Mehran, kepalanya menghantam indahnya tiang listrik di hadapannya. Sontak, Mehran tertawa karena menyaksikan adegan konyol di hadapannya.
YOU ARE READING
UNCONTROLLABLY FEAR
Teen FictionTewasnya Aileey membuat Mehran merasa dirinya adalah pembunuh. Bagaimana tidak? Gadis yang sungguh ia cintai itu tewas di tempat dalam sebuah kecelakaan bersamanya. Segala rasa sakit berpacu menjadi satu di benaknya. Belum lagi, penyesalan akan emos...