01

2.6K 223 58
                                    

SUASANA pesta perayaan ulang tahun Trafalgar Law tak seperti bayangan. Suasananya terlalu meriah untuk pria muda yang kepribadiannya dingin dan penuh misteri itu. Yah, bukan salah Law, karena dua anak buah kepercayaannya yang ia suruh untuk menyiapkan semua hal mengenai hari ini. Law hanya diam dibalik meja kerjanya dengan ekspresi dingin. Karena dentuman musik yang keras, ditambah lampu-lampu sorot berwarna yang menyilaukan mata, Law langsung pergi dari pestanya sendiri setelah menggiring Penguin dan Shachi kepada nyonya-nyonya lapar yang hadir malam ini. Rasakan itu!

Yah, Penguin dan Shachi cukup tampan. Tak bisa dielakkan, di negeri ini, mereka berdua punya basis penggemar sendiri. Entah karena diri mereka sendiri atau hanya karena Law sebagai atasan mereka.

Oh, alasan lain yang membuat Law tidak mau berada di dalam ruangan pesta adalah karena ia belum melihat sosok Monkey D. Luffy. Sebelum pesta, Law sempat memastikan kalau dua bawahannya itu memang mengirimkan undangan kepada orang istimewanya. Tapi... kenapa bocah 17 tahun itu belum juga terlihat?

Law mengembus napas kasar dan berjalan di lantai. Bolak-balik dari ujung ke ujung. Entah apa gunanya. Yah, setidaknya tidak ada pihak hotel ini yang akan terganggu karena Law yakin sudah menyewa seluruh lantai empat ini khusus untuk malam ini.

Ah, sebenarnya, dia juga menyewa lantai lima. Khusus untuk momen Law mengklaim Luffy menjadi milik.

Menyeringai tajam, Trafalgar Law putuskan untuk naik ke lantai lima. Dia akan meminta Penguin menghubunginya nanti setelah mereka menemukan sosok Luffy.

Dilain sisi, Luffy yang biasanya memasang raut optimis dan ceria itu tampak sangat berantakan. Selain setelan jasnya yang sedikit kucel karena selalu dia remas setiap merasa gemas, rambutnya pun tidak tertata lagi.

Hari ini dia datang memenuhi undangan yang masuk ke kotak posnya tempo lalu. Undangan dari Trafalgar Law. Pertama kali mendapati undangan itu, Luffy mengernyit tajam sekaligus bersemu padam, sampai ke telinganya. Berulang kali dia mengecek nama yang diundang dalam undangan itu. Namanya. Monkey D. Luffy. Luffy tidak paham mengapa ia yang sama sekali tak mengenal baik siapa itu Trafalgar—selain dia mengenalnya karena pria itu selalu menghias poster setiap sudut kota dengan wajahnya dan mengguncang dunia internet pula—dan mengapa undangan itu bisa sampai kepadanya. Dia meyakinkan diri kalau bukan nama Portgas D. Ace kakaknya yabg tertera dalam undangan itu. Terasa masuk akal kalau Law mengundang Ace ke pesta ulang tahunnya itu. Karena seingat Luffy, perusahaan Ace dan Law saling bekerja sama. Atau apa itu namanya, Luffy tak tahu. Memang dia bukan adik kandung Ace, tapi pria yang lebih tua tiga tahun darinya itu bersikeras supaya dia tinggal dengan Luffy. Supaya Ace bisa menjaga dan melindungi Luffy, seperti mandat dari almarhum orang tua Luffy.

Dan entah sudah berapa lama Luffy mengelilingi lantai ini. Hanya kesunyian yang dia dapatkan. Sampai sekarang, Luffy berpikir kesunyian ini adalah ciri khas Law. Luffy tahu kalau Law adalah pribadi yang tenang dan dingin, penuh misteri pula, makanya sampai merayakan pesta sehening ini. Masalahnya adalah... Luffy belum menemukan lokasi pestanya! Dua orang di depan hotel beberapa saat lalu mengatakan kalau pesta berlangsung di lantai ini, makanya dengan canggung Luffy naik ke lantai ini.

Luffy memang tidak bisa memastikan sudah berapa lama dia mengelilingi lantai ini—dan tidak menemukan apa-apa selain hening, sunyi, dan keterdiaman—tapi pastinya sudah sangat lama. Dia mulai merasa gerah dengan setelan jasnya. Jas yang dipinjamkan Ace. Sebenarnya Luffy menolaknya, karena dia masih punya satu setelan jas terbaik, sayang kakak tirinya itu sangat memaksa. Keringat-keringat sudah melembabkan kulitnya, panas. Luffy akhirnya melepas jasnya, meninggalkan kemeja putih polos dan dasi yang sudah dia longgarkan menempel menutupi bagian tubuhnya. Dengan kaki yang sudah sangat letih, Luffy kembali melangkah. Rasanya dia ingin bertanya, tapi sejauh ini dia belum bertemu dengan siapapun.

"Apa-apaan lantai ini? Seberapa luas sebenarnya?" gerutu Luffy dengan napas hampir habis. Dan dua lebih kemudian, sepertinya dia mulai kehilangan semua tenaganya. Lagipula, sejak jam dua belas, dia belum makan apapun. Karena dipusingkan dengan pakaian yang harus dia kenakan, Luffy melewatkan makan malam, tepat dua jam sebelum pesta. Luffy pikir dia bisa mengisi perutnya dengan sajian dalam pesta, tapi jangankan makan, lokasi pestanya saja dia belum temukan!

Luffy merasa kepalanya pusing seketika. Pandangannya pun kabur, tubuhnya oleng, dengan sebuah kalimat melintas di benaknya.

Apa aku terse...sat?

Dan Luffy jatuh. Yah, tidak benar-benar jatuh karena Law sudah berdiri di belakangnya dan menahan tubuhnya. Dengan mudah, pria Trafalgar itu mengangkat tubuh Luffy ala bridal. Dia menaikkan satu alis karena tidak mengerti alasan mengapa Luffy bisa berada di lantai ini, lantai lima hotel.

Law menatap Luffy yang pingsan di gendongannya. Wajahnya yang berpeluh membuat libidonya langsung naik. Sialan, Luffy sangat seksi sampai membuatnya benar-benar bergairah saat ini. Ditambah lagi bibir merah yang sedikit terbuka itu, Law benar-benar merasa tubuhnya panas. Beberapa menit kemudian setibanya di salah satu kamar lantai ini, Law membaringkan tubuh Luffy ke atas ranjang dengan hati-hati. Tak sengaja, iris abu jernihnya menatap puting yang menyembul—dikarenakan kemejanya basah karena keringat. Law menelan air ludahnya susah payah dan menarik kursi untuk duduk.

***


Okay, gengs, sry. Karena ada sedikit masalah, jadi gue cuma bisa ngetik segini. Yah, 800 words. Astaga. Dan terakhir, ini ga jadi deh fict two shots seperti yang gue bilang di chapter sebelumnya. Tapi, mungkin akan selesai di chapter depan. Aamiin. *yeay

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Fate - DiscontinueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang