ayah selalu ada di hati

7 0 0
                                    

Pada saat itu hujan turun, namun tidak terlalu besar.
“Kak, pakai saja jas hujan punya bapak! Nanti kakak kehujanan dan basah pakaian untuk mengikuti uas-nya.” Ujar ayahnya menyuruh naila untuk memakai jas hujan. “Lantas bapak bagai mana dong?” Tanya naila khawatir.
“Kalau bapak tidak apa-apa tidak memakai jas hujan juga, lagian bapak kan sedang kerja? Basah pun tak menjadi masalah.” Jawab ayahnya mantap.
“Mah maaf sebelumnya, tolong ambilkan jas hujan punya bapak! Kalau kakak yang ambil tanggung nih sudah memakai sepatu.” Pinta naila dengan tidak sedikitpun menghilangkan rasa hormat kepada ibunya. Tak lama kemudian, ibu menyodorkan jas hujan milik ayahnya. Segera saja naila memakai jas hujan itu seraya naik ke dalam boncengan ayahnya.

Ditengah-tengah perjalanan, tiba-tiba hujan menjadi lebat. Terasa oleh naila begitu basah pakaian yang dikenakan oleh ayahnya. Hanya helm saja yang melindungi ayahnya dari lebatnya hujan yang berhasil menembus langit dan melepaskan diri dari awan hitam yang sedang melaju untuk bertasbih kepada Sang Pencipta jagat raya. Sementara ia terlindungi oleh jas hujan yang dikenakannya saat itu.
“Ya Allah, betapa tanggung jawab bapakku ini.” Gumam naila seraya meneteskan air mata haru terhadap ayahnya.

“Kak, kalau nanti sudah sampai di kampus, kakak tidak usah menjabat tangan bapak! Sebab tangan bapak kotor bekas tadi menganyam besi.” Ya, Memang itu yang dilakukan ayah naila sebelum menghantarkan anaknya. Hati naila semakin bangga, perasaannya semakin haru, dan air matanya semakin meleleh seiring derasnya air hujan. Ia memberanikan diri untuk mengucapkan rasa terimakasihnya. Ya, Walau bagai manapun caranya untuk membalas semua pengorbanan kedua orangtuanya tetap saja tak akan terbalaskan.
“Pak, maafkan aku karena aku selalu merepotkan bapak. Ya merepotkan untuk menafkahiku, lalu sekarang aku mengganggu waktu kerja bapak, hanya untuk mengantarkanku.” Ujar naila sedikit terisak.
“Tidak kak. Karena ini semua sudah menjadi tugas dan tanggung jawab bagi bapak. Sekarang tugas kakak itu belajar dengan sungguh-sungguh, fokus kepada pelajaran, dan jangan pernah sekalipun kakak memikirkan tentang finansial untuk membayar uang kuliah kakak. Karena itu semua adalah tanggung jawab bapak.” Jawab ayahnya mantap. Naila terus meneteskan air matanya karena begitu terharu ia dengan apa yang diucapkan oleh ayahnya. Sungguh ia tidak peduli jika didapati oleh ayahnya bahwa dirinya sedang menangis. Tapi setelah ia menyadari begitu banyak air mata yang telah jatuh di kelopak matanya, segera saja ia menyeka air matanya menggunakan kerudung yang sedang ia kenakan saat itu.

Sesampainya ia di kampus. Baru saja ia turun dari boncengan ayahnya itu, salah satu sahabatnya datang menghampiri dirinya.
“Jas hujannya mau dipakai terus, atau dibawa pulang saja sama bapak?” Tanya ayahnya seraya tersenyum kepada sahabat karib anaknya itu.
“Ah bawa pulang saja deh sama bapak ya!” Jawab naila seraya membuka jas hujan yang sedang dikenakannya saat itu lalu memberikan kembali jas yang baru saja ia lepas kepada ayahnya.
“ya sudah bapak pulang dulu ya? Titip naila ya neng.” Ujar ayahnya seraya berlalu meninggalkan mereka yang sedang berdiri mematung di depan gerbang masjid dekat kampus itu.

“Eh kamu tau gak sih aku tadi di jalan sudah menangis loh.” Ujar naila kepada sahabat karibnya.
“Emang kenapa kamu pake nangis segala? Ih seperti anak lebay saja.” Tanya sahabatnya penasaran. Naila menceritakan segala sesuatu yang dialami oleh dirinya sepanjang perjalanannya menuju kampus.

“benarkah? Memang aku juga pasti akan melakukan hal yang sama apa bila diriku berada di posisi kamu saat itu.” Ujar sahabatnya dengan suara yang parau.
“Ingin rasanya aku berteriak kepada setiap orang bahwa ayahkulah yang sangat bertanggung jawab dan paling hebat.” Kata-kata itu yang selalu menggema di dalam hati naila sepanjang ia menyaksikan segala pengorbanan ayahnya.

pengorbanan seorang ayahWhere stories live. Discover now