First Time

30 17 5
                                        

Aku memutuskan pulang lebih dulu dari pertemuan itu karena sudah cukup malam, sedangkan Eunha masih menyibukkan dirinya disana dengan banyak orang membosankan. Sebenarnya itu hanya menjadi alasan agar aku tidak terjebak disana lebih lama. Sebelum pulang ke rumah aku menyempatkan diri mengunjungi Yerin yang sedang bekerja part time di mini market dekat kampus.

Bel pintu berbunyi ketika aku membuka pintu. Yerin berdiri di belakang kasir dan melakukan tugasnya untuk menyapa pelanggang dengan mengucapkan "Selamat Datang" diikuti senyuman lebar.

"Hai Jung Yerin" Sapaku

Senyum Yerin memudar dan langsung menatapku tajam. "Kalau kau disini untuk mengganggu pekerjaanku, sebaiknya cepat pulang sebelum aku menendang pantatmu!"

Astaga! gadis itu kejam sekali aku kan masih temannya :(

"Aku baru saja mengalami hari panjang yang melelahkan karena Eunha memaksaku ikut ke pertemuan itu, jadi bisakah kau sedikit lebih baik padaku hm?" Ujarku memelas.

"Jangan memasang wajah seperti itu"

Aku menghela nafas panjang "Kau tidak perlu menghiburku, hanya tolong jangan menendang pantatku".

Aku berjalan kearah rak berisi ramyun kemudian mengambilnya dengan beberapa lauk dan nasi. "Aku bahkan tidak bisa mencerna makananku dengan baik dan menghabiskan bergelas-gelas orange jus karena terlalu bosan" ceritaku semenyedihkan mungkin.

Yerin berjalan menghampiriku kemudian merebut ramyun yang aku pegang lalu memasaknya. Ia menghela nafas panjang "Baiklah, meskipun faktanya tidak semenyedihkan ceritamu, aku akan membiarkanmu kali ini" ujarnya.

Aku diam-diam tersenyum.

Setelah 5 menit, mie ku matang. Bukan waktu yang baik untuk merebus mie agar matang sempurna dan kenyal. Tapi Yerin tahu seleraku, aku lebih suka mie yang lebih lembut agar mudah di kunyah dan tercerna dengan baik, karena aku punya sedikit masalah pencernaan.

"Seharusnya kau tidak usah datang jika tidak ingin" ujarnya sambil menyerahkan mieku.

"Seandainya aku bisa" kami selalu membahasa masalah ini berkali-kali. Tapi, aku tidak pernah bisa menolak paksaan Eunha meskipun aku ingin.

Aku berjalan ke tempat duduk yang berada didekat pintu. Yerin mengikutiku sambil membantu membawa botol minumanku.

"Yerin-ah, haruskah aku pindah ke asrama denganmu?" Tanyaku ragu-ragu. "Aku fikir akan menyenangkan jika bisa tinggal bersama, lagi pula aku sangat bosan di rumah sendirian" lanjutku.

"Bagaimana dengan Yoongi oppa?"

Ah! Aku hampir lupa jika punya seorang kakak. "Dia sangat sibuk dan sering pergi keluar kota dan keluar negri"

"Apa ayahmu akan mengijinkan? sepertinya dia tidak akan senang jika tahu kau akan tinggal se-asrama denganku"

Aku menatap Yerin dengan perasaan bersalah.

Ada sebuah cerita yang cukup menyakitkan untuk diingat, sayangnya aku bahkan Yerin dan kebanyakan orang mengingatnya. Sebelum menjadi pekerja part-time seperti ini, dulu Yerin juga memiliki segalanya. Ayahnya adalah ketua JY Group, salah satu perusahaan terbesar di Korea, lalu seseorang menipunya hingga perusahaannya nyaris bangkrut. Dan saat sebuah proyek yang akan menyelamatkannya datang, ia kalah dengan sahabatnya yang adalah ayahku. Aku tidak mengerti bagaimana detailnya, tapi kemudian ayah Yerin menculikku karena dendam pada ayahku. Aku tidak begitu mengingat bagian ini, aku bahkan tidak tahu bagaimana caraku diselamatkan. Akhirnya, ayah Yerin di penjara, dan ayahku menjadi sangat membencinya dan juga Yerin.

"Aku akan mencari waktu yang tepat untuk berbicara dengannya" ujarku. Setidaknya masalah ini harus cepat diselesaikan. Lagi pula bukan Yerin yang menculikku, jadi kenapa ayah harus ikut membenci Yerin?

"Kalau aku mendapat izin, kau mau kan sekamar denganku?" Tanyaku lagi

Yerin hanya mengangguk dengan sebuah senyuman.

Bel pintu kembali berbunyi. Yerin lekas kembali ke belakang meja kasir. Seorang laki-laki berjalan masuk. Pakaiannya terlihat basah kuyup seperti baru saja kehujanan, padahal di luar sedang tidak hujan.

Aku kembali melanjutkan makanku sampai Yerin selesai lalu kembali setelah melayani laki-laki itu.

"Apa kau melihatnya?" Tanyanya antusias

Aku menggeleng sebagai jawaban

"Dia tampan sekali, astaga... aku seperti baru saja melihat seorang idol"

Heol. Pasti laki-laki itu sangat tampan sampai membuat mata Yerin berbinar ketika membicarakannya.

"Apa kau meminta nomernya?" Tanyaku menggoda

Yerin memberengut kesal "Itulah hal yang paling kusesali. Jika bertemu dengannya lagi, aku akan memintanya"

Aku hanya tersenyum melihatnya.

----------For Him----------

Setelah menghabiskan waktu bersama Yerin, aku memutuskan kembali ke rumah untuk mengerjakan beberapa tugas, karena besok ada kelas pagi Mr. Park.

Aku berjalan pelan di pinggirian trotoar sambil memperhatikan beberapa mobil yang lewat. Malam sudah larut dan hanya beberapa kendaraan yang lewat. Aku mungkin juga sudah tertinggal bus terakhir, jadi aku memutuskan untuk berjalan saja. Lagi pula, rumahku tidak begitu jauh.

Sambil menikmati waktu sepi yang membosankan ini, aku mengenakan headset lalu memutar lagu Gold oleh Wanna One

Aku bersenandung kecil sambil menirukan beberapa koreografi kecil. Sekilas dapat aku lihat seorang laki-laki berjalan disebrangku. Badannya yang tinggi, dan postur tubuhnya yang tegap juga bajunya yang terlihat basah, membuatku seperti merasakan dejavu.

Dimana aku pernah melihatnya? Pikirku.

Dimana ya? Batinku mulai kesal sendiri.

Langkahku terhenti. Aku berusaha mengingat-ingat dimana aku pernah bertemu dengannya, sampai aku sadar bahwa dia adalah laki-laki yang berada di mini market tadi. Laki-laki yang kata Yerin sangat tampan.

"Ah... jadi dia yang di mini market tadi" ujarku pelan.

Aku kembali menoleh untuk melihatnya. Seketika aku terkejut karena dia juga menghentikkan langkahnya dan menghadap kearahku.

Aku terpana...

Bola mata berwarna coklat itu membuatku terpana, sampai merasa seperti orang bodoh.

Setelah beberapa detik aku kembali menyadarkan diri lalu langsung berlari dengan kecepatan penuh untuk kembali ke rumah. Sepanjang jalan aku hanya bisa merutuki kebodohan ini. Aku bahkan tidak sempat melihat wajahnya dengan jelas karena terlalu terpana dengan bola mata itu.

Astaga apa yang salah dengan diriku!

----------Dari Aku----------

Terimakasih bagi teman-teman yang berkunjung :)

Lop U :*

Untuk Kita [Aron Brant]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang