°•P R O L O G•°

37 1 0
                                    

Namaku Naura Meisie, umurku baru 20 tahun dan tepat hari ini aku akan bekerja di kantor kepolisian, mungkin ini adalah awal perjalananku menuju karier yang lebih baik dan juga membayar semua hutang-hutang ayah. Karena itu aku harus berjuang sendirian mulai sekarang, demi keluarga ayah, ibu, dan adikku, ayo semangat!

****

Pagi ini menjadi hari yang paling buruk jika di lihat dari pantauan berita cuaca.

Jalanan kota tampak lenggang karena cuaca yang begitu tidak mendukung, ditambah jalanan licin membuat rawan sekali kecelakaan. Ditengah guyuran hujan tersebut, terlihat sebuah taksi berhenti didepan gedung tua.

Tak lama setelah berhentinya taksi tersebut, seorang gadis turun dari taksi tersebut dengan menentang tas dan selembar amplop coklat tak lupa di tangan kirinya memegang payung hitam. Taksi itu kembali berjalan dan hilang di balik tembok yang membatasi tempat dimana ia menurunkan penumpangnya.

Gadis itu segera merogoh kantong jaketnya dan membuka secarik kertas yang ternyata bertuliskan alamat sebuah kantor polisi, karena belum merasa yakin jika alamatnya ia tuju memang itu.

Secara garis besar, lokasi yang tertera di dalam kertas itu menunjukan sebuah tempat, dan alamatnya juga berada di tengah kota. Tapi setelah melihatnya secara langsung, gadis ini jadi bingung kenapa tempat yang ia kunjungi adalah bangunan tua? Bukankah ini kantor polisi? Dan kira-kira pertanyaan yang muncul di benak gadis ini.

"Aku tidak akan tahu jika tidak memeriksanya, jadi mari pergi kesana," gumam yakin gadis ini pada dirinya sendiri untuk memasuki gedung tua itu,

Kakinya perlahan bergerak menuju teras depan kantor polisi yang plangnya tertutup tumbuhan merambat, sepertinya hujan tidak akan berhenti mengguyur kota karena sedari tadi tidak kunjung mereda. Sementara gadis itu tetap melangkah dan sesekali melihat kearah belakang jika tiba-tiba ada seseorang yang mengejutkan nya.

****

'Oke ini agak sedikit berbeda dari perkiraanku, tapi aku pikir kantor ini sudah tidak beroperasi. Mengingat gedungnya yang sudah tak terurus dan papan namanya juga tertutup tanaman rambat. ' batinku saat sudah berada di dalam gedung tua ini,

Dalamnya sangat bersih dan juga terdapat meja dengan komputer yang terlihat masih Bagus. Tapi satu hal yang tidak aku mengerti, dimana para pegawainya? Dan kenapa hanya tersedia 8 meja disini?

Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara langkah kaki dan juga siulan yang sepertinya pegawai disini.

"Oh? Apa kau yang melamar pekerjaan di kantorku? " ucap pria yang kira-kira berusia kepala 4 saat melihat ku yang terkejut dengan suaranya yang terdengar tiba-tiba.

"S-selamat pagi. Perkenalkan nama saya Naura Meisie, mohon bimbingannya. " kataku sambil membungkuk pada pria tersebut.

"Baik-baik, mohon kerjasamanya juga ya, Nona Naura. " balas pria itu dengan ramah, mungkin sekarang aku akan sedikit lebih membiasakan diri jika disapa tiba-tiba,

"Baik pak...? Errr... "
"Herman. Panggil saja pak Herman. " sahut pria itu saat tahu aku belum mengenalnya.
"Oke, baik pak Herman. "

*****

"Errr... Kalau boleh tahu, apa bapak bekerja sendirian? Soalnya dari tadi saya tidak melihat siapapun disini selain bapak. " tanya Naura pada pak Herman sambil sesekali menatap sekitarnya.

"Hmm... Mereka sedang dijalan, mungkin sebentar lagi akan sampai. " sahut pak Herman tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar komputernya, lalu menatap Naura yang sedari tadi memperhatikan setiap sudut ruangan tersebut.

"Kamu mau sampai kapan berdiri disana?" tanya pak Herman pad Naura yang sama sekali tidak berniat untuk duduk.

"Duduk saja di mana kamu mau, kamukan sekarang pekerja disini. " tambah pak Herman yang kembali sibuk dengan isi komputernya.

Naura hanya bisa mengangguk pelan, lalu berjalan menuju meja yang berada di ujung dekat pintu lalu meletakkan tas dan duduk perlahan.

Tak lama terdengar suara deruan mobil dari arah luar gedung, Naura yang bingung kenapa tiba-tiba suara mobil terdengar nyaring sekali.

Pak Herman melepas kaca matanya lalu bangkit dari kursi lalu mendekat kearah Naura yang terlihat kebingungan.

"Tidak usah bingung, lebih baik kamu sambut rekan-rekan mu. Sepertinya mereka sudah setengah jam tersesat. " jelas Pak Herman seraya menepuk bahu Naura, lalu kembali lagi ke mejanya dan melanjutkan aktivitasnya seperti biasa.

'Sepertinya aku harus mulai membiasakan diri' batin Naura melihat sikap atasannya.

*****

Pintu terbuka. Memperlihatkan langit biru cerah yang membentang, ternyata hujan sudah berhenti sampai-sampai Naura tidak mengetahuinya karena sibuk melamun. Terlihat juga di arah parkiran berderet mobil hitam, lalu dari mobil itu keluarlah beberapa orang yang bisa di pastikan adalah seniornya.

Naura hanya bisa melongo melihat senior-seniornya begitu keren, tapi entah kenapa rasanya ada yang aneh dari ke tiga pria didepannya.

Karena masih bingung dengan kejanggalan dari ketiga seniornya itu Naura tidak sadar jika Pak Herman sudah berada di sampingnya.

"Ayo! Jangan melamun saja, sapa para seniormu dengan sopan. " ucap Pak Herman yang membuat Naura tersentak kaget lalu mengangguk dan segera menemui ke tiga orang seniornya.

"Selamat pagi, selamat datang dikantor senior. " kata Naura begitu sopan, sementara ketiga orang tadi menatap Naura dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Tidak usah formal, bukankah kita ini rekan? Perkenalkan saya Revi Andhra, lalu yang di sebelah kiri itu Kenandra Rasendriya, lalu ditengah ini Kenzie Alvaro. Sebenarnya kami datang berempat tapi sepertinya yang satu lagi berada di suatu tempat, " jelas pria yang berada di sebelah kanan dengan santai layaknya berbincang dengan teman lama.

"Salam kenal, Saya Naura Meisie mohon bimbingannya. " sahut Naura setelah mengetahui nama para seniornya.

Lalu tanpa sengaja Naura menangkap sesuatu bayangan dari depan gerbang dan terlihat sesosok gadis dengan rambut pendek mengenakan pakaian seragam sekolah dengan keadaan berantakan.

Naura terkejut dengan apa yang baru saja dia lihat, tanpa pikir panjang dirinya berlari meninggalkan ketiga seniornya yang sedari tadi memperhatikannya. Setelah sampai didepan gerbang itu Naura terduduk lemas saat melihat di seberang jalan depan kantornya,

Jantungnya berdetak lebih cepat, nafasnya memburu, ini memang terlalu cepat. Tapi dirinya seorang penyidik, mau tak mau harus mendahulukan tugasnya.

Ketiga pemuda yang terkejut melihat Naura terjatuh segera mendekat, "hey kau tidak apa-apa? " tanya Revi lebih dahulu sampai di samping Naura.

Naura tidak menjawab pertanyaan itu, tangannya menuju tempat diseberang jalan dengan wajah begitu pucat. Revi yang bingung dengan reaksi Naura juga ikut melihat kearah seberang jalan tersebut.

Manik coklatnya membelalak lebar saat menangkap seorang gadis dengan pakaian seragam sekolah terbaring kaku dengan keadaan begitu mengenaskan.

"Kenan! Panggil ambulans sekarang! " teriak Revi tangkas, Kenanyang juga baru tiba di sana segera menekan angka di ponselnya. Sementara pak Herman dan Kenzie memeriksa tempat itu.

Tak berapa lama ambulans datang berserta tim forensik dan beberapa petugas polisi.

Naura masih menatap orang-orang yang tengah sibuk menyelidiki penyebab kenapa gadis itu meninggal disana, setahunya saat sampai tadi pagi tidak ada hal yang janggal.

'Semoga saja ini bukan kasus pembunuhan. ' batin Naura berharap.

*TBC*

Mungkin ini agak ga nyambung tapi semoga aja kalian terhibur dengan prolog panjang dan membingungkan, next chapter akan masuk babak Kasus pertamanya Naura jadi stay tune terus ya, dan jangan lupa vote biar aku semangat up nya :')

Oke sekian dan selamat malam
/bobok nyenyak/

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang