Cahaya bulan menerobos masuk ke jendela menerangi kasur dimana seorang gadis dengan baju kusut tengah menatapi langit-langit kamarnya. Air matanya terus menderas seakan memang gadis itu ingin air matanya menenggelamkannya. Pikirannya bercampur aduk sementara bintang-bintang gemerlapan seakan ingin menghibur sang gadis. Isak tangisnya seakan tak mampu menghilangkan rasa sakit di dalam hatinya.
Di waktu yang sama, seorang pria paruh baya berkenakan jas laboratorium tengah menghampiri ruangan dimana gadis tersebut mencurahkan kesedihan hatinya. Pria itu berniat menghibur gadis tersebut dengan harapan yang bisa mengobati lukanya.
Pintu berwarna putih mengkilap memantulkan bayangan pria tersebut dengan semu. Pintu itupun diketuknya seakan memberi sinyal harapan bagi sang gadis.
Gadis itu merasa berat untuk menopang tubuhnya seakan gravitasi memaksanya untuk terus terdiam di tempatnya. Bukannya dia lemah, namun dia sudah mengetahui bahwa sudah tidak ada harapan lagi untuk mengobati hatinya.
"Masih ada harapan buat mengembalikan dia" pria itu mulai berbicara karena tak kunjung mendapat respon dari sang gadis.
Mendengar hal itu, sang gadis langsung terbangun dari kasur lusuhnya. Isak tangisnya tertunda sementara perasaannya kini bercampur aduk. Dengan langkah gontainya dia menuju pintu berusaha membuka lembaran baru yang mungkin bisa mengubah segalanya.
Tanpa ragu, dia membukakan pintu penuh harap seraya berkata "Bapak yakin?"
Melihat mata penuh harap dari sang gadis, pria itu tersenyum.
"Ya, masih ada satu cara buat balikin dia"
4 bulan yang lalu...
"Fiona, ke kantin yuk!" seru Hanna dengan semangat kepada sahabat terbaiknya.
"Skuy!" jawab Fiona tak kalah semangat.
Fiona bangkit dari kursi kelasnya menghampiri Hanna dengan senyuman khas yang menarik banyak perhatian. Bagaimana tidak? Gelar gadis tercantik dan terpopuler di sekolahnya sudah 2 tahun dia pertahankan dengan mudah. Fiona tak pernah menghiraukan gelar tersebut. Akan tetapi, takdir yang menetapkan mata indahnya yang selalu menyiratkan keceriaan, rambut hitam lurus tergerai dengan poni imutnya, ditambah pipi chubby yang ketika tersenyum sudah bisa menyembuhkan luka hati para jones.
"Cepetan Fi! Nanti makanan langganan kamu keburu abis" seru Hanna
"Okey, kapten"
●●●
Nasi kebuli Pak Toriq sudah tersedia di atas meja berwarna biru khas kantin SMA Insan Cerdas. Menu tersebut sudah tak asing lagi bagi Fiona. Aromanya yang menggugah dan bumbunya yang meresap dengan rasa pedas yang pas ditambah ayam yang gurih, mampu membuat Fiona candu sehingga tak pernah terlewat satu hari pun tanpa membeli menu itu.
"Fi, BTW kamu ada niatan buat jalin hubungan sama seseorang gak sih?""Lah? Kok tiba-tiba nanyain?"
"Ya, gimana ya? Kamu kan tahu kalo kamu tuh sering banget ditembak. Mau kakak kelas kek, mau adik kelas, mau orang luar semuanya pada ngincer kamu. Kamu gak risih apa?" tanya Hanna khawatir dengan Fiona yang kini malah tersenyum kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake
RomancePernahkah kau mengharapkan seseorang? Bagaimana jika seseorang yang kau harapkan bisa menjadi nyata? Itulah peristiwa rahasia yang tak bisa diukur dengan nalar bernama "Fake Wish" dimana orang yang kau harapkan bisa menjadi nyata! Fiona Clancifer ga...