Aku, Berliana.

456 6 1
                                    

Sebagai seorang manusia, aku tidak bisa memilih ingin dilahirkan dengan siapa, seperti apa, dan tentang bagaimana hidupku kelak. Keistimewaan seorang manusia adalah kebebasan dalam memilih jalan hidupnya. Aku hanyalah seorang gadis yang lahir dari keluarga sederhana. Berlebihan tidak, kurangpun insyaAllah tidak. Izinkan aku memperkenalkan diri dalam tulisan ini. Bertempat di Sidoarjo, 30 Juni 1999 adalah waktu dimana pertama kalinya aku menatap dunia yang kejam ini, sehingga hal pertama yang aku lakukan hanyalah Menangis. Suara adzan dari seorang laki-laki terbaik yang ternyata adalah cinta pertamaku berkumandang ditelinga kecilku, yaitu suara Papa.

Papaku lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan 1957 dan Mamaku lahir di Surabaya, 1975. Mereka mempunyai perbedaan umur yang lumayan jauh untuk sepasang suami-istri, 18tahun. Saat papaku sudah menginjakkan kaki didunia perkuliahan, mamaku baru saja dilahirkan ke bumi. Mahasuci Allah yang telah mempertemukan mereka dan menyatukan mereka. Jodoh memang tidak pernah ada yang tau akan seperti apa jadinya.

Setelah aku lahir, aku tinggal di Jakarta kurang lebih selama 12 tahun. Hal itu karena papa berkerja disalah satu perusahaan yang ada di Jakarta. Hingga pada saatnya papa sudah pensiun, kami memutuskan kembali ke kota kelahiranku.

Tidak banyak yang dapat aku banggakan dari hidupku ini kecuali dapat lahir dalam keadaan sehat dan sempurna di dunia dan dibesarkan dalam keluarga yang teramat sangat hebat bagiku. Akan kurangkai kata demi kata tentang bagaimana perjalanan hidupku yang tidak pernah diketahui orang lain, bahkan orang tuaku sendiri. Perjalanan tentang bagaimana aku mencari jati diriku dan untuk apa aku hidup? Perjalanan tentang bagaimana aku menjadi tulang punggung keluarga untuk menghidupi orangtua dan kedua adikku, Savira dan Faishal. Perjalanan tentang bagaimana aku pada akhirnya memutuskan untuk meninggalkan zona nyamanku.

Aku adalah seorang wanita yang pasti mempunyai banyak dosa dan jauh dari kata shaliha. Tetapi alhamdulillah, kasih dan cinta Allah SWT padaku yang tak kunjung habisnya telah menuntunku pada sebuah keputusan bahwa aku ingin berhijrah. Aku merasa aku salah satu orang yang beruntung karena dapat menjemput hidayahku di tengah-tengah kehidupanku yang gemerlap ini. Aku ingin bercadar. Aku ingin kembali ke jalan-Nya. Dan aku berharap, semoga apa yang aku sampaikan ditulisan ini dapat bermanfaat bagi diriku sendiri, untuk mengingat betapa baiknya Allah padaku dan juga dapat bermanfaat bagi orang lain.

Jadi perkenalkan, namaku adalah Berliana Insani. Seorang manusia yang terlihat seperti batu Berlian, artinya.

Untukmu, Sang Pemilik HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang