CHAPTER 2 ; AWAL DARI SEGALANYA

268 9 0
                                    

Setelah berkali-kali merevisi proposal kegiatan kampusku yang selalu ditolak, akhirnya proposal ini selesai dengan baik dan sudah mendapatkan approve dari ketua jurusan. "Alhamdulillah.. terus sekarang gue ngapain ya?". Beberapa hari ini aku memang disibukkan oleh kegiatan organisasi kampusku yang cukup padat. Ditambah lagi tugas-tugas kuliah dan presentasi yang akan datang. Sungguh membuat otakku ingin pecah rasanya. Tapi saat semua tugas telah selesai, malah membuat aku jadi tidak punya kerjaan. Hal yang bikin bosan sekaligus suntuk saat aku hanya berdiam diri di kos tanpa melakukan apapun. Manusia memang tidak pernah puas dalam hidupnya.

Sebagai seorang remaja yang hidup di era milenial ini, tak mungkin rasanya jika aku tak punya social media. Berbagai social media telah aku buat. Mulai dari blog, instagram, youtube, line, whatsapp, askfm, dan semua social-social media yang terkenal pada zamannya, tidak mungkin tidak ada namaku disana. "Buka instagram aja deh. Daripada gue bete." Scrolling diinstagram cukup membantu menghilangkan kebosananku saat itu. Melihat kegiatan-kegiatan teman di instastoriesnya, atau kumpulan video dan foto lucu yang diunggah oleh pengguna lain, membuat aku sedikit terhibur. Hingga aku menemukan salah satu postingan yang dapat menarik perhatianku yaitu pendaftaran menjadi seorang pramugari disalah satu maskapai terbesar di Indonesia. Entah darimana asalnya, tiba-tiba menjadi seorang pramugari terlintas dipikiranku.

"Kalo gue jadi pramugari gimana ya? Tapi gue kan buluk. Masa iya jadi pramugari?"

Saat masih kecil, jika ditanya cita-cita atau akan menjadi seperti apa diriku saat dewasa nanti aku pasti akan menjawab menjadi seorang dokter. Dan aku yakin kebanyakan anak seusiaku saat itu akan menjawab dengan jawaban yang sama. Entah apa yang terjadi hingga hal tersebut bisa diucapkan oleh kebanyakan anak, tapi itulah faktanya. Mungkin karena saat itu menjadi seorang dokter adalah suatu pekerjaan yang hebat dan sangat familiar sejak kita masih kecil. Sebab, pertumbuhan seorang anak pasti melibatkan seorang dokter didalamnya. Tapi, seiring bertambahnya usia aku mulai sadar bahwa aku tidak akan mampu menjadi seorang dokter. Mengingat kehidupanku yang senang bermain, bercanda dan sangat malas belajar mengubah pola pikirku untuk aku agar tidak menjadi seorang dokter. Bukan bermaksud untuk menyerah, aku hanya sadar dengan batas kemampuanku saja. Dan jika saat itu kalian bertanya kepadaku tentang apa mimpi dan cita-citaku, jawabannya adalah ; aku tidak tahu ingin menjadi apa. Sungguh menyedihkan.

*****

Setelah pelaksanaan UTS (Ujian Tengah Semester) telah usai, waktu yang ditunggu-tunggu oleh seluruh mahasiswa/i pada saat itu telah datang, yaitu hari libur. Hari dimana mereka tidak perlu lagi repot-repot harus bangun pagi demi mengantri kamar mandi karena ada kelas pagi, hari dimana mereka tidak harus menahan rasa kantuk saat dosen menjelaskan beberapa materi di kelas dan semua kegiatan lainnya. Libur yang cukup panjang membuat aku bosan jika aku terus menerus berada di Malang, jadi kuputuskan untukku kembali ke rumah. Setelah aku disibukkan oleh kehidupan perkuliahan, akhirnya aku dapat berkumpul kembali bersama keluargaku.

Beberapa hari di rumah ternyata masih membuat aku tetap bosan. Aku adalah tipe anak yang sangat aktif. Aku suka berbicara, bekerja, dan bepergian. Aku tidak bisa hanya diam diri disuatu tempat tanpa melakukan apapun. Kalau kata orang, aku adalah anak yang hyperactive. Sebagian orang mengganggap anak hyperactive adalah sesuatu yang kurang baik karena terkadang hyperactive dapat membuat diri kita melakukan sesuatu yang abnormal atau ekstrim. Tetapi, jika kita dapat mengasah kemampuan diri dengan baik, hal tersebut akan menjadi sebuah potensi diri. Sebab, kita akan terus-menerus mempunyai ide dan berani mencoba lalu menerapkannya dalam kehidupan. Menurutku, hal itulah yang membuat roda kehidupan seseorang selalu berputar. Berani mencoba, berani gagal, dan berani memperbaiki.

Saat sedang melihat deretan notifikasi, tiba-tiba mataku terbelalak membaca salah satu email dari sebuah perusahaan. Ternyata, lamaran pekerjaan yang aku input saat itu diterima, berawal dari keisenganku melihat salah satu postingan tentang pendaftaran pramugari di instagram dan kemudian aku membuat sebuah CV lalu kuselipkan fotoku didalamnya, "Ternyata, keisengan gue berguna juga." Pikirku. Aku yang saat itu masih menikmati hari libur, diundang untuk mengikuti tes di Jakarta. Tak butuh waktu panjang, kusampaikan kabar baik ini untuk Mama dan Papaku. Bukan kabar baik untuk menjadi seorang pramugari, tapi yang aku pikirkan saat itu adalahnya "Akhirnya aku bisa kembali ke Jakarta."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untukmu, Sang Pemilik HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang