3

54 3 1
                                    

"Hey Park!"

Samar-samar Jimin mendengar ada suara yang memanggilnya dari seberang dan otomatis membuat kesadarannya kembali ke tempat.

"psst! psst! Park Jimin!" Lamunan Jimin terusik

"Ap?"

"Ehem!"

Belum sempat menoleh ke sumber suara, deheman penuh aura kekesalan menginterupsi fokus pemuda bersurai dark brown ini. Seraya membenarkan letak kacamata serta mengetuk-ngetuk ujung fantofelnya, tampak raut kurang menyenangkan dari Mrs. Lee, sang dosen tari kontemporer.

"Bisakah kau mengulang kembali apa yang kujelaskan 30 menit terakhir tuan Park?" Jimin hanya bisa menelan ludahnya kasar dan tersenyum tipis, melirik sekilas pada Jung Hoseok yang sedari tadi memanggilnya dari seberang bangku.


.


Jimin merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku. Sudah hampir 2 jam berkutat di depan laptop untuk menyelesaikan tugas tambahan yang diberikan oleh Mrs. Lee.

Yeah

"Itulah yang kau dapat saat tidak memperhatikannya barang lima menit saja" Hoseok datang entah darimana, menyodorkan sekaleng cola yang tampak menyegarkan di mata seorang Park Jimin.

"Lain kali lempar saja bulpenmu ke mukaku kalau aku melamun, Hyung"

"Memang apa yang kau fikirkan sampai jadi batu begitu?" Kali ini Jungkook yang bicara, entah datang darimana juga, langsung menyambar kaleng cola dalam genggaman Jimin dan meneguknya hingga habis.

Jimin tidak habis fikir, teman-temannya ini setan atau manusia sih?

"Entah, aku merasa tidak nyaman sejak meninggalkan Yoongi sendiri di rumah"

"Dia bukan balita Jimin, dan bisa menjaga dirinya sendiri"

"Semoga saja.."


Jimin bukan malaikat, dia hanya pemuda biasa.

Dia tidak membawa tongkat ajaib dan tidak memiliki sayap dipunggungnya untuk terbang.

Jimin bukan malaikat, dia hanya pemuda biasa.

Dia tidak bersinar saat malam hari dan tidak dapat mengabulkan permintaan Yoongi semudah menjentikkan jari.

Namun dengan seluruh hidupnya, dia ingin membuat Yoongi bahagia.


BRAK!


Pintu apartemen kecil di salah satu area Insa-dong itu terbuka dengan paksa. Tendangan kuat dari seorang pemuda yang berada di luar membuat si tuan rumah terpental membentur tembok kala membuka sandi apartemennya.

Raut keduanya tampak tak bersahabat satu sama lain. Jelas saja. Pemuda yang terpental itu Yoongi, sekuat tenaga untuk bangkit meskipun sulit.

Sepuluh persen dirinya merasa takut karena ancaman terbesar dalam hidupnya kembali muncul tanpa peringatan, namun sisanya jangan ditanya. Penuh amarah.


"Mau apa kau kesini lagi?!" Pemuda barbar yang tak beretika ini hanya menghisap rokoknya yang sudah tinggal setengah seraya tersenyum. Tidak. Lebih tepatnya menyeringai. Memeta Yoongi dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not an AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang