Saya tidak tau kenapa dari sekian banyak cerita perpisahan, harus dengan cara ini kita bener-bener berakhir.
Sungguh sebenarnya saya sama sekali tidak ikhlas untuk melepaskan dia. Ini begitu berat. Tapi mungkin memang benar. Ini semua yang terbaik daripada harus menyakiti satu sama lain.
Tidak bisa dipungkiri jika saya sangat kecewa dengan keputusan dia, tapi dari semua itu, dia pernah membuat saya bahagia. Dia alasan kenapa saya bisa bahagia semasa itu.
Sampai akhir dimana kita berpisah. Rasa itu tidak pernah berubah. Saya yang masih sangat mencintainya. Bagaimanapun dia sudah menyakiti saya.
Dia bukan orang jahat. Saya memgenali dia sebagai sosok lelaki dewasa yang memperlakukan saya dengan lembut dan mencintai saya layaknya saya adalah benar-benar poros hidupnya.
Keadaan. Keadaan yang memaksa semua harus menjadi seperti sekarang ini. Saya pun tau dia tidak pernah sedikitpun ingin menyakiti saya atau membuat saya sesedih sekarang.
Tapi memang takdir yang mengharuskan cerita kita berjalan dengan cara ini.
Rindu itu kadang datang tanpa permisi layaknya hujan deras di malam hari. Ketika saya, tanpa sengaja mengingat rentetan kenangan kita dimasa lalu.
Jika saya selalu mengadu oleh langit malam berharap rindu ini tersampaikan. Lalu bagaimana denganmu? apa kamu juga sempat untuk merindukan gadis penggilamu ini?
Sayang, sungguh saya sangat mencintaimu. Mungkin ungkapan cinta ini tidak bisa sepenuhnya mewakili betapa saya sangat menyayangimu dulu sampai saat ini.
Terima kasih pernah mencintai saya dengan sangat baik.
Semoga. Semoga nanti kita bisa mendapatkan kebahagiaan masing-masing. Kamu dengan pilihanmu dan aku dengan pilihanku.
Maaf jika sewaktu kita bersama, saya belum bisa menjadi yang terbaik untukmu.
Dan saya beruntung dapat mengenalmu dan sempat menjadikanmu bahagiaku walaupun hanya sesaat.
Kamu lelaki hebat, xoabang.
Saya mencintaimu.
Terima kasih.
Selamat tinggal.ㅡ saged.
End