♡ FS'1 | MOS DAY ONE

24 3 14
                                    

Pritttt!!!!

Pritttttt!!!

Prittttttttt!!!!

"Ayo baris, ayo bariss, ayoooo!!!" Suara intrupsi salah satu senior membuat anak MOS langsung kelabakan mencari posisi berbaris.

Ada yang ingin baris di tengah untuk mencari aman, berharap jika saat senior ingin menunjuk salah satu dari mereka, ia takkan terlihat karena terkamuflase dengan yang lain.

Ada juga yang ingin baris di belakang karena beralasan ia tinggi.

Ada juga yang ingin baris di depan karena ingin melihat lebih dekat para senior.

Tiga macam pilihan inilah yang membuat para senior bingung, dimana semua para siswa-siswi baru saling mendorong satu sama lain.

"Haduuhh, bariss dongg adek-adekk!!!!" teriak Raline, senior perempuan yang ikut andil sebagai Kakak MOS.
Raline meniupkan peluitnya berulang-ulang dengan kesal, entah mengapa ia merasa adik kelasnya yang baru ini sangat susah diatur.

"Kak, dia gak mau baris di depan!" adu seorang siswi peserta MOS.

"Yaudah kamu aja yang di depan, gitu kok ribet!" ketus Raline yang sudah kesal.

"Aku juga gak mau baris di depan." jawabnya lagi.

"Yaudah kamu yang berkepang, maju sini duduk di depan!" suruh Raline

"Gak mau kak, aku kan dah posisi wenak disini!" bantah gadis berkepang itu.

"Jadi siapa yang mau baris disini??? Haduhh kenapa sihh susah banget!" rutuk Raline sendiri.

"Kak! Kak! Dia ngerebut posisi aku!" adu seorang laki-laki yang berada di bagian kiri.

"Kenapa lagi?" tanya Raline berusaha sabar.

"Aku kan mau di depan tapi dia juga pengen di depan. Dia ngerebut barisan aku!" jelasnya laki-laki itu membuat Raline menepuk jidatnya, pening!.

"Yaudah, kamu baris di depan yang bagian orang tengah, disana masih kosong. Sama-sama di depan kok!" suruh Raline kepada laki-laki yang merebut posisi temannya tadi.

"Nggak mau kak, aku mau di bagian kiri! Suruh aja dia di bagian tengah. Kan sama-sama di depan!" bantah laki-laki itu membuat Raline menganga.

"Serah kalian dehh, capek kakak!" ujar Raline pasrah lalu beralih ke barisan bagian kanan yang masih belum bentuk barisan.

"Kalian kenapa belum baris juga??!!" teriak Raline kesal melihat adek kelasnya semua hanya santai seperti orang bodoh.

"Gak tau cara baris kak" jawab laki-laki yang berbadan tinggi. Wajahnya yang terkesan cuek dan santai membuat Raline hampir ingin menabok wajahnya.

Ini benar-benar kelewatan! Kenapa adik-adik MOSnya ini seperti anak SD yang ingin masuk ke SMP?

"Astagaaa" Rasanya Raline ingin pulang sekarang juga. Tidur di rumah dengan tenang tanpa harus ribet-ribet mengikuti kegiatan yang paling melelahkan ini.

Dirinya rela memotong hari liburnya demi bertemu adik-adik kelas baru.

"Lama banget lagi mereka rapat!" desisan itu keluar lagi ketika Raline melirik arloji di tangan kirinya.

Raline juga merasa kesal karena hanya dirinya sendiri yang disuruh mengatur peserta MOS untuk berbaris sedangkan para senior lainnya sedang rapat untuk mendiskusikan kembali kegiatan yang akan dilanjutkan nantinya.

"WOYYY BARISS ADEKKK, BARISSS, TAHU ARTI BA-RIS?? OH GOD! ADEK-ADEK GANTENG DAN CANTIKK, BARISS WOYYY!!! Jadi kesal sendiri gue!" Raline berusaha menambah volume suaranya agar dapat di dengar. Tapi? Percuma, sia-sia.
Berulang kali ia bertepuk tangan untuk mendapatkan perhatian dari peserta MOS. Dirinya heran, dia sudah berdiri di atas panggung tapi mengapa seperti tak terlihat. Lebih singkatnya, diabaikan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

From StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang