'Logika dan Hati'
Mereka lelah, setelah melakukan aktivitas unfaedah itu mereka akhirnya menyerah.
Kini, Metta dan Alex sama sama membaringkan tubuh mereka pada ubin berwarna coklat. Oh bahkan nafas mereka masih tak beraturan. Metta yang sibuk menepuk nepuk dadanya dan Alex yang memegangi perutnya yang terasa sakit karena tertawa. Dan bahkan lihatlah, ruang tamu yang tadinya rapi menjadi seperti kandang babi dalam waktu lima menit.
"Wah gila lo Mett, kenapa lo lepasin mereka, abis nanti kalo sampai Oma ta-"
"Tau apa Alex?" Mendengar suara tersebut membuat Alex tiba tiba berkeringat dingin. Metta pun yang terkenal bandel jadi diam seribu bahasa.
"A-anu O-Oma" Alex gugup, bagaimana jika Oma sampai tahuu
"Apa yang metta lakukan" Oma sudah bisa menebaknya, karna apapun yang terjadi dirumah ini semuanya adalah ulah METTA.
"Alex, jawab sayan-"
Belum sempat Oma melanjutkan ucapannya, tiba tiba terdengar suara hewan yang paling dibenci Oma.
"Cittttt....cittttt....citttt"
Oh. Metta menepuk dahinya sendiri. Habis dia sekarang
"METTAAAAAAA KENAPA KAMU LEPASIN HAMSTER KAMUUUUU" Dan rusaklah gendang telinga Axel dan Metta saat ini.
"ALEX, KABURRRRRR" teriak metta mengintruksi. Sekian detik Metta dan Alex sudah berlari terbirit birit tak ingin mendengar ocehan Oma bahkan pantasnya dibilang seperti toa bukan ocehan.
Heran, udah tua tapi suara masih muda- Metta tertawa terbahak bahak memikirkan Omanya itu
"METTA, KEMBALI KAMUUU"
Oma, memang sangat takut jika ia melihat hewan peliharaan Metta yang satu ini. Hamster, hewan paling menggelikan yang pernah Oma lihat. Apa spesialnya Hamster itu atau yang bisa dibilang tikus putih dipelihara? Kenapa gak sekalian tikus abu abu aja yang dipelihat Metta? Kan mudah toh dicari. Meski perbedaan tikus sama hamster sangat jauh berbeda. Dan Oma rasa hal itu tidak akan membuat metta merasa geli.
Bagaimana Oma tidak marah sekarang. Hamster itu masih berkeliaran diruang tamu entah berapa jumlahnya Oma tidak tau, yang pasti banyak. Huh bukan Metta bukan tikusnya selalu saja membuat Oma naik darah.
"Metta, lo gila" ucap Alex yang berada disamping Metta. Gadis itu masih mengatur nafasnya.
Mereka sekarang telah memasuki pekarangan rumah dengan design yang tak kalah mewah dari rumah Oma, ini adalah rumah keluarga Alexander. Ya, rumah keluarga Berrin dan Alexander hanya dibatasi oleh dinding saja.
"Buat masalah apa lagi kalian?" Tanya seorang wanita paruh baya dengan sapu ijuk ditangannya. Siapapun yang melihat dapat langsung menebak bahwa wanita itu baru saja selesai menyapu.
"Eh mama, lagi ngapain ma?" Tanya Alex basa basi.
"Iya bunda, lagi ngapain" tanya metta tak kalah.
Dia adalah Mala, mama Alex Atau bisa dibilang seorang Bunda bagi Metta. Lebih tepatnya metta sudah menganggap mala sepertu maminya sendiri. Mala tersenyum smirk menatap tajam dua anak yang selalu saja membuat ia ingin menendang mereka.
"Mau mukul nih, kan percuma kalau sapu ini gak kesentuh sama kalian" ungkapnya lalu mengejar Metta maupun Alex.
Mereka bertiga berlari, berteriak dan tertawa bahagia dihalaman luas milik keluarga Alexander.
Gibran Alexander, itulah nama panjang dari seorang Alex. Orang yang telah mengubah hidup Metta menjadi lebih berarti. Ia yang telah membuat Metta bangkit dari keterpurukannya saat ia dilanda ujian yang begitu berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm metta
Teen FictionBencinya terhadap seseorang membuat seorang Mettania Pricilla Berrin merubah hidupnya menjadi seorang Bad Girls Siapa sangka, perubahannya tersebut menjadi awal kisah hidupnya yang berbeda. Ingin melihat betapa Badnya seorang metta? Ya, wajib bac...