BAB 3

5 1 0
                                    

'Ratu Drama'

Oma, melihat sisi lain dari Metta, cucunya ini terlihat begitu menyedihkan. Entah mengapa, gadis seperti dia sangat kuat menyembunyikan luka. Bad girls, adalah prilaku yang disengaja diperlihatkan oleh seorang Metta. Bad girl, menjadikan dirinya sebagai seseorang yang pemberani. Ya, ia berani.

Setelah kejadian tadi siang, Metta memilih untuk mengunci dirinya sendiri dikamar. Meski sedari tadi ia mendengar ketukan dan suara Oma, ia tak peduli, ia sedang tak ingin diganggu oleh siapa pun.

"Ibu, gimana? Apa ibu berhasil membujuk metta?" Tanya Mala saat melihat Sarah menuruni tangga. Sarah menggeleng pelan, ia tak tahu harus bagaimana lagi. Kedatangan laura yang tiba tiba membuat metta seperti ini lagi.

Mala bernafas gusar, hanya Alex yang dapat membujuk metta, tetapi alex sedang ada pertandingan basket saat ini. Jadi, ia tak bisa menyuruh agar alex untuk pulang kerumah.

"Kita tunggu alex saja Mala, saya mau pulang dulu" ucap sarah lalu keluar dari rumah keluarga Alexander.

"Hati hati ibu" ucap mala melihat kepergian sarah. Sarah sudah ia anggap seperti mertuanya sendiri.

*****

"Metta, ayolah apa lo gak mau ketemu sama Gibran Alexander yang penuh pesona ini" Ucap alex yang sedari tadi berusaha untuk membuat supaya metta membukakan pintu untuknya. Jangankan dibuka, didengar saja mungkin tidak.

Sedangkan Metta yang berada didalam kamar hanya bisa menutupi telinganya dengan bantal. Bagaimana tidak, sudah lebih dari satu jam ia mendengar celotehan Alex yang sama sekali tak membuat ia tergoda dan malah membuatnya merasa jijik dan ingin muntah seketika. Metta heran dengan cowok itu, energi apa yang telah diberikan oleh tuhan hingga laki laki itu bisa berbicara tanpa henti dengan selang waktu yang lama? Metta memutar bola matanya malas, dengan berat hati ia membukakan pintu untuk Alex.

"Ohh tuhan ampuni segala dosa hamba ini apa salah hamba hingga Mettania Pricilla Berrin tak ingin membukakan pintunya unt-"

"Bacot lo" ucap Metta setelah ia membuka pintu. Dan terlihatlah Alex yang sedang bersimpuh dengan kedua tangan layaknya seperti orang yang sedang menyembah, kalo kalian pernah lihat gambar ibu malin kundang yang sedang menyembah batu seperti itulah posisi alex sekarang. Astaga, metta jadi tertawa sendiri melihat tingkah laku sahabatnya ini.

"Metta, gue kangen" teriak alex reflek berdiri lalu memeluk tubuh mungil metta.

"Ish lo apa apaan sih, lepas gak!!?" Metta yang merasa risih pun mencoba untuk melepas pelukan Alex, tapi sayang ternyata tenaga Alex lebih dari apapun.

"Maaf ya, tadi gue tinggalin lo dirumah" Alex melepas pelukannya.

"Eleh elo udah kayak suami yang ninggalin istri yang sedang hamil aja. Garing lo" Alex terkekeh pelan melihat raut wajah kesal Metta.

"Itukan bayangan masa depan gue sama lo" Alex mencubit pipi metta membuat dahi alex mendapatkan jitakan gratis dari Metta.

"Mimpi. Siapa yang mau nikah sama lo" Metta berjalan meninggalkan Alex menyisakan raut yang tiba tiba berubah diwajah Alex.

gue tau lo bercanda, tapi jujur ini sakit mett Alex tersenyum tulus, ia sudah biasa seperti ini.

Dengan cepat Alex menyusul Metta yang sudah berada dianak tangga.

"Metta"

"Metta mau dong"

"Metta, mau ya"

Dari ujung atas anak tangga hingga keduanya sampai pada anak tangga terakhir, Alex tak henti hentinya menggoda Metta membuat Metta ingin sekali menendang jauh jauh curut ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm mettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang