"Kamu ngapain disitu duduk aja? Gak ikut main?". Tanya seorang pria yang tiba-tiba saja sudah ada di sebelahku.
.
.
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca..."Kau? Siapa kamu?". Tanyaku pada seseorang yang tiba-tiba saja duduk disampingku. Sepertinya dia teman kelasku, tapi aku tak bisa mengingatkannya. Sekali lagi aku mengutuk ingatanku yang... Yah, bisa dibilang cukup buruk.
Pemuda itu mengulurkan tangannya mengajak berkenalan. "Kenalin... Namaku... Ah... Aku benci namaku sendiri. Panggil saja Awan. Keluargaku memanggilku begitu. Kau?". Tanyanya masih mengulurkan tangannya.
Aku terdiam beberapa detik sebelum membalas uluran tangannya. "Panggil saja Shifra. Salam kenal".
"Kenapa nggak ikutan main?". Tanya Awan kembali untuk kedua kalinya.
Aku menundukkan kepalaku lesu. "Aku nggak bisa main badminton". Kataku jujur.
"Sungguh?... Aku bisa ajarin kamu kalo kamu mau".
Aku menatapnya antara antusias dan tidak percaya. Benarkah?. "Sungguh? Kau mau mengajariku?".
Dia mengangguk. "Um'm...". Gumamnya tak jelas
Saat itu... Untuk pertama kalinya aku memegang raket dan cock. Untuk pertama kalinya pula aku bermain badminton
Flashback off
Shifra POV end."Shifra... Shifra!".
Shifra tersentak mendengar teriakan dari Risa yang berteriak keras di depannya. Astaga... Ia melamun lagi
"Kau kenapa? Yeeee... Nglamun. Mikirin apaan sih?".
"Nggak kok... Ayo kita main". Ucapnya sambil tersenyum.
Risa menatap Vani yang hanya dibalas dengan mengangkat kedua bahu rumah oleh lawan bicaranya.
'Lupakanlah sakura. Dia hanya masa lalu'. Batin Shifra. "Ayo!"
Ditengah-tengah permainan badminton mereka, Risa bertanya kepada Shifra. "Shifra... Aku boleh tanya sesuatu padamu?". Tanyanya sambil memulai servisnya.
"Boleh... Tanya apa?".
"Umm... Menurutmu Xander itu pria seperti apa?".
Shifra menatap Risa heran. "Kenapa kau menanyakan itu? Aku belum terlalu mengenal Xander". Jawab Shifra seadanya.
Pipi Risa memerah sedikit. "Maksudku... Kau kan teman sebangkunya. Kau pasti sudah melihat sisi Xander yang tidak diketahui oleh orang lain. Kau tau maksudku kan?".
'Risa kenapa?'. Batinnya bertanya.
"Ummm... Aku belum sedekat itu sampai mengetahui apa yang orang lain tidak ketahui. Kenapa kau tanya begitu?". Shifra berpikir sejenak... 'astaga... Dia menyukainya'
Risa terlihat gagap dan pipinya semakin memerah. "A..a...aku hanya penasaran... Yah... Penasaran... Hehe".
Pritt...pritt
"Semuanya... Masuk kelas! Jam pelajaran olahraga sudah habis". Teriak guru itu pada seluruh muridnya.
Xander menghampirinya saat Shifra sampai di kelas.
"Kau kenapa?". Tanya Xander langsung tanpa basa-basi. Membuat sang lawan bicara mengerutkan keningnya yah mengerti.
"Maksudmu?".
Pemuda itu duduk di samping Shifra dan bertanya. "Kau tau melamun. Kau ada masalah? Kau bisa cerita". Tawar Xander.
"Tidak ada masalah penting kok. Jangan khawatir... Terima kasih untuk perhatiannya". Shifra mengambil baju olahraga di lainnya dan segera pergi ke kamar mandi perempuan untuk ganti baju.
Xander memandang Shifra dengan tatapan sayu. " Aku tadi jelas melihatmu melamun. Kau sangat transparan shify... Kau bisa dilihat dengan jelas oleh siapapun. Aku tau kau ada masalah. Hanya saja kau tak mau mengakuinya. Kuharap kau cukup percaya padaku dan mau membaginya. Kau sangat rapuh shify... Sabar rapuh". Gumamnya pada dirinya sendiri. Ia mendesah keras dan mengambil bajunya, kemudian pergi ke kamar mandi pria.
...***...***...***...
Shifra melangkahkan kakinya kembali ke kelas. Perutnya berbunyi terus sedari tadi. Shifra ingat kalau ia belum sarapan tadi pagi. Yah... Karena ia terlalu bernafsu untuk menghindari nenek sihir di rumahnya.
'Astaga... Aku benar-benar lapar'.
Tiba-tiba ada sebungkus roti muncul di hadapannya. Shifra mendongak dan melihat siapa orang yang memberikan Roti itu untuknya.
Deg!
Ia seolah melihat orang yang sudah lama ia ingin lupakan. Tapi siapa dia?
"Hey... Kau pasti kelaparan bukan? Sedari tadi kau menatap kearah perutmu. Aku punya roti... Ambillah". Ucapnya ramah. Lelaki itu sepertinya kakak kelas Shifra karena ia memakai badge kelas 11.
'Astaga... Apa dia benar-benar orang itu... Tapi suaranya jauh lebih besar dari pada Awan. Dua sudah pasti bukan Awan. Awan tak mungkin jadi kakak kelasku bukan?'. Pikir Shifra.
Pria dihadapannya ini menaikkan alis kirinya melihat perempuan dihadapannya ini melongo. 'apakah aku setampan itu?'. Pikir pria dihadapan Shifra itu narsis.
Pria itu melambai-lambaikan tangan kanannya di depan wajah Shifra. "Hello... Hello...".
Shifra tersentak, dan memasang wajah dinginnya. "Aku tak mengenalmu... Kenapa kau mau membantuku?".
Pria ini tersenyum tipis. "Aku hanya tak mau melihat adik kelasku pindah karena kelaparan". Pria itu mengambil tangan kanan Shifra dan memberikan Roti itu untuknya. "Kenalkan... Aku Zacky Ferdinand. Panggil saja Zafa. Aku kakak kelasmu. Aku kelas 11 IPA B. Aku suka makanan pedas". Kata Zafa panjang lebar.
"Aku nggak tanya...". Jawab Shifra ketus.
"Hahahaha... Tadi kau melongo melihatku sekarang kau ketus padaku... Kau aneh".
"Ihhh baru kenal juga udah ngatain orang. Nggak jelas". Shifra dengan entengnya melenggang pergi.
Zafa yang melongo melihat gadis yang baru saja ditemuinya. Baru tau ia kalau ada orang yang berani mengacuhkan dirinya. Selama ini banyak adik kelas yang tergila-gila padanya.
'Gadis yang unik'.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Holla minna... Maaf baru bisa up. Kendala kuota menghambat saya untuk up. Ada yang nunggu gk 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You
أدب المراهقينHanya sebuah kisah berdasarkan pengalaman ... mencintai tak perlu mengatakan. Tapi biarlah waktu dan hati yang mengungkapkan setiap bait dan untaian cintaku