°¦Prolog¦°

30 2 0
                                    

02 Januari, 2002.

  Gadis berusia lima tahun itu hanya bisa terdiam, mulutnya kelu untuk mengatakan kata, "Tolong." Bahkan jari telunjuknya saja hanya berhenti di udara, tak sanggup jika harus menunjuk lelaki itu. Keringat dingin membasahi dahinya, tubuhnya bergetar, ini kedua kalinya ia meneguk salivanya.

  Ia melirik ke sampingnya kemudian kembali menatap ke depan. Bingung. Gadis itu segera menurunkan telunjuknya ketika menyadari lelaki itu memandanginya dengan tatapan yang tak bersahabat. Tak mau jika dirinya harus menjadi korban berikutnya.

  Lelaki itu mendengus, dan lagi-lagi memaki dirinya. Mirisnya gadis itu hanya bisa menundukkan kepalanya, matanya terasa panas, namun ia tak ingin terlihat lemah dihadapan lelaki itu.

  Ia sangat takut, sampai-sampai ia tak berani hanya untuk menyeka keringatnya. Gadis kecil itu kembali melirik ke sampingnya, matanya terpaku ketika ia di sungguhi mayat Ayah dan Ibunya yang tak lagi bernyawa.

  Kakinya terasa lemas, pandangannya buram. Satu yang ia harapkan... jika ini hanyalah mimpi.

Bruk.


Rewrite Memory DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang