Empat

20 5 0
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi membuat seluruh siswa berhamburan keluar. Kartha yang sedang berjalan di koridor langsung terhenti saat melihat Melodi yang di ganggu lagi oleh Nada bersama babunya.

"Besok gue tunggu nih tugas, kalo gak kelar, tunggu aja hadiah dari gue." Ucap Nada sambil menyodorkan beberapa buku.

Melodi terlihat gugup saat di paksa oleh Nada bersama babunya.

Dengan sigap, Kartha mendekati Melodi dan merangkulnya.

"Berani apa lu nyuruh cewe gue?" Ucap Kartha songong.

Nada melihat itu langsung mengerutkan keningnya. Cewenya? Masa? Nada mengerjap beberapa kali lalu menunjuk Kartha dengan penuh tanya.

"Sejak kapan lo peduli ama nih cewe? sok sok an lagi bilang cewenya. Halu lo?" Tantang Nada dengan tegas.

"Sejak kapan Melodi?" Tanya Kartha kepada Melodi. Ini orang niatnya bantu apa cari sensasi atau caper ama gue? Benak Melodi sambil berusaha melepaskan rangkulan Kartha.

"Oh, lo lupa? tadi malam kan kita sama-sama di club. Masa lupa sih?" Lanjut Kartha yang membuat mata Melodi membulat,begitu juga Nada dan babunya.

What's?!

Melodi menghentakkan lengan Kartha lalu menatap Kartha dengan tajam.

"Jangan fitnah lo!" Ucap Melodi.

Nada yang sudah bingung dengan keadaannya pun hanya menonton.

"Lo kebanyakan minum kayaknya. Sampe lupa kalo lo minta nomor gue tadi malam." Lanjut Kartha sambil melipat kedua lengannya di dada.

Melodi mengepalkan tangannya. Ingin rasanya memukul wajah terlalu tampan yang ada di hadapannya.

"Gue gak pernah kasi nomor gue ke lo! Dan gak akan pernah gue kasi nomor gue ke lo!" Ucap Melodi lalu berlalu meninggalkan Kartha dan juga Nada.

Nada menatap Kartha tajam lalu pergi meninggalkan Kartha sendiri.

Salah yah gue? Kan bener. Kartha melanjutkan jalannya menuju parkiran.

**

Hari yang lelah bagi Kartha. Bayang-bayang Melodi pun masih menghiasi pikirannya. Melodi yang judes meminta nomornya pada saat di club. Aneh. Tidak mau terlalu dipikirkan, Kartha segera menuju kamar mandi dan melakukan ritualnya. Setelah beberapa menit setelah mandi, ponselnya berdering.

"Halo?" Kartha sempat ragu mengangkatnya karna yang menelponnya adalah Melodi.

"Ke club malam ini?" Tanya nya di seberang sana.

"Gak tau, kenapa emang?"

"Gak papa, cuma mau mastiin lo ke club atau tidak doang."

"Kalo gue pergi kenapa?"

"gak kenapa-kenapa. Kalo mau pergi kabarin gue yah."

"Hmm, liat ntar."

Sambingan terputus. Kening Kartha semakin mengerut penasaran siapa sebenarnya Melodi. Kenapa dia bisa jadi judes dan juga sebaliknya. Tak mau ambil pusing, ia segera menghubungi Rio untuk ke club malam ini.

*

Seperti biasa, Kartha hanya duduk sambil menghisap rokok di tangannya. Entah kapan ia bisa berhenti merokok, tapi itu tidak mungkin. Rio sibuk bergoyang hingga tak sengaja menginjak kaki orang lain.

"Woi! liat-liat dong!" Marahnya kepada Rio. Rio meminta maaf lalu berjalan mendekati Kartha yang sedang bersantai.

"Gila tuh orang! Pake teriak-teriak lagi. Kira nih kuping budek!" Gerutunya sambil menunjuk orang yang tak sengaja ia injak tadi.

"Udah lah Ri. Cabut lah, ngantuk gue."

"Tumben nih langsung cabut. Biasanya sampe pagi."

"Dah, cape gue. Peng tidu."

"Gimana kalo kita tidur ama cewe di club ini?" Ucapan Rio berhasil mendapatkan hadiah jitakan dari Kartha.

"Gini-gini gue masih waras kali! Dah ah, gue cabut duluan." Kartha membuang puntung rokoknya lalu bergegas meninggalkan club. Belum juga sampai di pintu, seorang gadis dengan pakaian terbuka menghampiri Kartha.

"Gue kira lo gak dateng, ternyata dateng. Kenapa gak ngabarin?" Kartha hanya diam membisu memikirkan Melodi yang jika berada di sekolah, judesnya minta ampun. Kalo di luar sekolah kelakuannya begini yah? Kartha berbalik menatap Melodi.

"Apa untungnya gue kabarin lo kalo gue mau kesini?"

"Yah, gue bisa dandan yang cantik malam ini." Jawabnya lalu memeluk lengan Kartha. Sebenarnya Kartha merasa kaget dengan sikap Melodi yang berubah-ubah. Dengan segera, Kartha menepis tangan putih Melodi lalu berjalan meninggalkan Melodi.

*

Kepala Kartha rasanya ingin meledak saja. Bagaimana tidak, habis pulang dari club semalam, tiba-tiba dia merasa tidak enak badan di tambah pikirannya selalu saja membayangkan wajah Melodi. Dengan gontai, Kartha berusaha menuju toilet walaupun badannya terasa lelah. Sehabis melakukan ritual di toilet, Kartha segera mengganti pakaian nya dengan seragam sekolahnya. Tak butuh waktu lama, akhirnya dia siap walaupun wajahnya terlihat pucat.

Menghiraukan tatapan tanya dari sang papa di meja makan bersama calon mama tirinya. Dengan segera, Kartha berangkat ke sekolah tanpa sarapan yang biasanya ia lakukan bersama keluarganya.

Terlambat bukan lagi masalah baginya, karena biasanya jika Kartha terlambat pasti hukumannya lari atau bukan berdiri sambil hormat di lapangan. Dengan santai, Kartha memanjat pagar pembatas sebelah timur sekolah. Setelah merasa aman, Kartha berjalan menuju kantin belakang sambil menunggu jam pelajaran berganti.

Ting!

Sebuah notif masuk di ponselnya. Dengan malas, Kartha mengecek sang pengirim notif tersebut.

"Melodi?"

Bisa bantu gue gak? Gue lagi di sebelah selatan sekolah.

Kening Kartha mengerut. Melodi terlambat juga? Dengan segera Kartha memutar haluan menuju sebelah selatan sekolah dimana tempat tersebut terkenal menyeramkan di sekolah. Rumput liar menyambut kedatangan Kartha yang menghalangi pandangannya. Dengan cepat, Kartha memanjat tembok pembatas dan menemukan Melodi yang berdiri tak jauh dari dia memanjat.

"Melodi." Merasa terpanggil, Melodi menoleh dan melihat Kartha yang sudah loncat dari tembok pembatas.

"Lo kok gak pake seragam?" Kartha memperhatikan penampilan Melodi dari atas sampai bawah yang memakai pakaian luar sekolah.

"Gak, gue cuma mau minta tolong lo bawa surat ini ke kelas gue." Sebuah surat terulur lalu diambil oleh Kartha.

"Lo sakit?"

"Gak, gue cuma gak enak badan."

Kartha mengerutkan keningnya sekali lagi. Dia harus berpikir keras siapa sebenarnya Melodi. Seperti ada rahasia yang disembunyikan olehnya.

"Trus kenapa lo suruh gue yang bawa ke kelas lo? Kenapa bukan lo sendiri atau titip ke teman sekelas lo?"

Melodi tampak berpikir sejenak lalu menjawab pertanyaan Kartha dengan gelagapan.

"Tadi gue liat lo telat, awalnya gue mau nyusylin lo tapi tiba-tiba lo ilang. Yodah, gue chat lo aja deh."

Kartha mengangguk meng-iyakan pura-pura percaya. Sebenarnya dia sudah terlalu penasaran dengan Melodi. Siapa sebenarnya gadis itu?

*

"Ma! Jangan lagi ma! Aku udah gak tahan!"

"Mama gak mau tau! Kamu harus nurut sama mama! Kalo gak, kamu mama anggap bukan anak mama lagi! Paham!"

Suara tangisan menjadi-jadi. Lelah, itu yang dia rasakan selama ini. Menuruti kemauan sang mama yang keras seperti membuatnya mati perlahan. Apa yang bisa di lakukan sekarang? Ingin lari, namun lari kemana? Siapa pun tolong aku.

***

Voment gaes! mwehehe
Lama tak update yah, maapkan author yang lelet update nya😅
Maap kalo gak nyambung, ini gara-gara lupa alur.. huaaa🙈

Kartha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang