Storybook #2

37 6 5
                                    

Casts: YOU & NU’EST JR or Jonghyun.

Genre: songfic series, fluff, romance, comedy, friendship & typos.

© 2014.  shadyhwang.wordpress.com.

This fic is dedicated to L.O.V.E or JRoyaltys!

*

“Aku dipilih menjadi nenek sihir. Heol, Shin saenim kejam sekali.”

Jonghyun terkikik kecil, sedangkan aku hanya bisa mencibir sebal. Kala itu, taman kota masih sepi mengingat aku dan teman lelakiku—Kim Jonghyun—datang terlalu pagi pada jam pelajaran olahraga pertama semester baru sekolah kami. Kedua bola mataku memutar malas ketika Jonghyun lagi-lagi mengalihkan perhatiannya pada seekor anjing kecil yang baru saja lewat di hadapan kami, padahal aku sedang menceritakan kejengkelanku tentang pembagian peran drama tahunan yang selalu diadakan sekolahku. Senyum polosnya seakan menghipnotisku untuk memaafkan ketidak sopanannya tadi. Suaranya yang lucu saat merajuk terkadang membuatku tertawa terbahak-bahak, walau saat itu dia sedang berbicara serius padaku.

Iris mataku tak henti-hentinya memandang sosok menyenangkan itu. Bahkan aku sampai hapal benar dengan kebiasaannya yang aneh; seperti matanya yang mengerjap cepat saat dia bingung. Aku bukan penggemarnya, hm maksudku, aku belum resmi menjadi penggemarnya. Well, aku mengatakan seperti itu karena rumornya, Jonghyun sedang menjalani program trainee di sebuah agensi kecil bernama Pledis. Aku senang, itu kentara sekali dari manik mataku yang bersinar cerah setiap kali menangkap sosok Jonghyun sedang latihan di gedung teater sekolahku. Mungkin, jika dia sudah lulus nanti, aku akan menjadi stalkernya haha konyol.

“Naskah drama ini terlalu sulit.”

Jonghyun tersenyum simpul, ia melipat kedua lengan bajunya ke atas, lalu mengambil kertas naskah drama yang ada di genggamanku dengan gerakan cepat. Aku menghela nafas panjang seraya menyenderkan punggungku pada kursi taman yang kami duduki. Sementara itu, Jonghyun terlihat fokus membaca naskahku.

Jam tanganku saat itu masih menunjukkan pukul 3 siang, waktu dimana aku dan Jonghyun biasa menghabiskan waktu untuk mengobrol di taman kota. Otot-otot wajahku serasa keram akibat terlalu lama berlatih ekspresi jahat seorang nenek sihir. Yea, nasibku kali itu sama buruknya dengan nasib pemeran shrek tahun lalu. Anggota klub drama sekolahku pasti sudah tidak waras.

“Ini mudah saja, kau hanya perlu berakting natural.”

Ya ya ya. Kalimat itulah yang menjadi final ucapan dari sebagian besar teman dekatku.

Mataku memutar malas, “Aku butuh bantuan, bukan pendapat, Kim Jonghyun-ssi.” Kueja namanya diakhir ucapanku. Jonghyun membalas dengan senyum kekanakannya.

“Baiklah, anggap saja aku ini putri salju.”

Aku tertawa geli setelah mendengar perkataannya. Perutku seakan tergelitik ketika Jonghyun memakai hoddie-nya kemudian berlagak bak putri raja. Entah kenapa, rasanya aku tak pernah bosan untuk bergurau dengannya. Yah, pengecualian untuk sifat puppy mania-nya itu.

Hari-hari selanjutnya kujalani sama seperti biasanya. Jonghyun masih terus di sampingku setiap saat—kami satu kelas. Dia selalu menemaniku berlatih akting, padahal dia saja tampak tidak berminat dengan dunia seni peran. Ketika kutanyakan kenapa dia mau menemaniku berlatih, jawabannya simpel sekali; aku senang bisa membantumu. Setelahnya, jantungku langsung berdesir hebat seolah mendapatkan serangan jantung mendadak.

Bukan, aku bukan teman dekatnya. Jonghyun lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berlatih menjadi rapper bersama teman-teman seangkatannya dibandingkan mengobrol atau sekadar saling sapa denganku. Dia sering absen sekolah karena sakit—tenggorokannya memang sering bermasalah. Itu menambah daftar alasan mengapa aku tidak bisa disebut sebagai teman dekatnya. Hm, mungkin memang bukan, tapi belum. Well, terbukti dari kelakuan laki-laki bersuara unik itu yang kadang rela menghabiskan waktunya seharian untuk menemaniku. Haruskah aku mengatakan bahwa Jonghyun sangat baik?

“Lain kali kau harus melihatku berlatih disana.” Itulah ucapan Jonghyun yang kuingat saat kami sedang berjalan-jalan di sekitar daerah gangwon-do, dimana agensi training-nya bertempat. Aku hanya mengangguk antara memperhatikan atau hanya sekadar meng-iyakan saja. Rasanya enggan sekali untuk mendongakkan kepala saat tengkukku sakit akibat tertidur dengan posisi salah di bus.

Jonghyun bercerita kalau dia sudah dimasukkan kedalam sebuah grup yang rencananya akan beranggotakan lima orang. Ia sangat senang karena faktanya dialah yang menjadi orang pertama yang dimasukkan kedalam grup itu. Staff agensinya mengatakan bahwa terlebih dahulu, Jonghyun akan dimasukkan kedalam grup sementara bernama Pledis Boys berisikan beberapa orang traineelaki-laki yang juga secepatnya akan didebutkan. Jadi, intinya Jonghyun tidak akan langsung didebutkan dengan ‘lima orang trainee’ yang masih dirahasiakan identitasnya itu.

Aku hanya diam selama perjalanan pulang kami, sementara Jonghyun terus mengoceh layaknya seorang ibu-ibu yang baru saja memenangkan lotere berhadiah liburan ke pulau Hawaii. Oke aku berlebihan, tapi itu memang benar.

Dia terlalu bersemangat.

Sampai akhirnya dia diperkenalkan menjadi seorang artist pun semangatnya tetap berkobar.

“Ya Tuhan!! Aku baru tahu kalau Jonghyun didebutkan oleh agensi dari girlbandAfter School!”

Jonghyun tampan sekali di music video Love Letter! Kau harus melihatnya!”

“Namanya Junior Royal bukan Jonghyun!!”

Aku menulikan pendengaranku. Berusaha untuk terlihat biasa-biasa saja dengan berita heboh mengenai debutnya seorang Kim Jonghyun yang sudah tersebar luas ke seluruh penjuru sekolahku. Toh, aku juga tidak akan mendapatkan apa-apa jika berteriak-teriak tidak jelas seperti itu. Membuang-buang tenaga saja, begitu pikirku.

Mungkin, kalau sebuah panggilan telepon tidak masuk kedalam ponselku, aku tidak akan menyadari seberapa pentingnya hari debut Jonghyun. Well, laki-laki tampan itu memang tiba-tiba menelponku saat jam makan siang. Dia menyuruhku untuk menemuinya di taman kota setelah pulang sekolah. Seharusnya aku senang karena akulah satu-satunya orang yang dihubungi Jonghyun untuk bertemu dengannya, tapi tidak, aku bukan orang yang berlebihan seperti itu. Ini hanya perkara biasa yang dihadapi oleh seorang gadis berumur 16 tahun dengan seorang laki-laki berumur 17 tahun.

“Selamat atas keberhasilanmu.”

Jonghyun tersenyum tipis, lalu menyambut tanganku dalam sebuah salam formal. “Terima kasih banyak. Tanpamu, aku tidak akan menjadi seperti saat ini.” Ujarnya dengan bahasa sopan.

Aku tergelak, itu bukanlah sikap sosok Kim Jonghyun yang biasanya. Apa sekarang dia sudah benar-benar berubah menjadi seorang Junior Royal seperti yang diucapkan oleh teman sekelasku tadi?

“Berhenti memperhatikanku begitu. Aku hanya berlatih untuk berbicara sopan dihadapan banyak orang.” Dan selanjutnya, sebuah tawa meluncur begitu saja dari bibirku. Jonghyun selalu berhasil membuatku tertawa walaupun ucapannya tadi bukan sebuah gurauan. Jadi, sebenarnya aku atau Jonghyun yang aneh?

Secangkir kopi yang hangat sudah tersedia di hadapanku, sama halnya dengan Jonghyun. Laki-laki itu tampak enggan untuk membuka suara setelah insiden tawa merdu ku tadi. Ia menyesap cappuccino nya dengan gaya yang elegan. Hm, kuakui dia memang sudah menjadi seorang artist, tapi kurasa sikapnya itu sedikit berlebihan—dan konyol. Tak mau perduli dengan gerak-gerik Jonghyun, aku pun mengalihkan perhatianku pada leherku. Kueratkan syalku, berusaha untuk menghalau udara dingin yang seakan ingin merasukiku.

“Pementasan dramaku diundur menjadi bulan Januari.” Kulirik Jonghyun dari sudut mataku, ia tampak sedikit kaget, “Ya, aku tahu kau tidak akan bisa menonton penampilanku. Jadwal latihanmu pasti akan semakin padat setelah ini. Jangan khawatir, aku akan melakukannya sesuai dengan latihan kita dulu.” Lanjutku tenang, menghentikkan niat Jonghyun untuk mengucapkan sesuatu.

Ia tersenyum hangat.

— “Maaf, dan terimakasih untuk segalanya.”

Aku masih ingat betul rasanya dipeluk oleh seorang laki-laki yang kukagumi sejak dulu itu. Kehangatannya bahkan masih membekas di dalam lubuk hatiku. Ucapan lembutnya, kecupan manisnya pada kelopak mataku yang basah, suara lucunya yang menggelitik dan belaian halus tangannya pada pucuk kepalaku. Semuanya terekam jelas dalam memori otakku. Aku menulis semuanya dalam sebuah buku, saking tidak inginnya aku melupakan hari terakhirku bisa bertemu dengannya.

 “You’re my storybook, boy.”—My storybook, girl. You’re my girl.

END

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[SongFic Series] StorybookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang