05 januari 2019
Malam ini, segalanya terasa menyesakkan. Bagaimana tidak? selama ini aku sudah berlatih keras untuk hari ini. Namun, semua terasa sia-sia. Pengumuman hasil, memang masih besok pagi. Tetapi, aku sudah tahu bahwa aku gagal. Karena, aku tak memenuhi kriteria kelulusan UKK (Ujian Kompetensi Keahlian).
Hujan turun malam itu,tepat saat kami semua keluar RPS (Ruang Praktek Sekolah). Membuat para siswa dilarang kembali kerumah hingga menunggu hujan reda, kecuali jika memang orang tua mereka sudah menjemput. Aku terdiam di sudut teras kantin yang menghadap kelapangan. Memandang teman-temanku yang bermain air hujan tanpa beban. Hingga,saat aku menengok kearah kiri. Aku melihat dirinya tengah duduk sambil memainkan ponsel.
Seketika aku teringat kejadian tadi siang. Dimana aku menggertaknya saat aku tengah menangis seusai keluar ruang ujian. Dengan malas kulangkahkan kaki kerahnya. Tepat didepannya ia menoleh kearahku dan menyuruhku untuk duduk di bangku kosong yang berada tak jauh dari nya.
"Fan..," ucapku seketika saat aku sudah duduk. Baru saja aku ingin melanjutkan kalimat selanjutnya. Tiba-tiba lia datang mendekat dan merengek untuk meminjam ponsel miliknya. Ia pun meminjamkannya seketika, dan memberi kode agar lia menjauh dari kami. Seolah-olah ia tahu, bahwa aku memang butuh bicara berdua dengannya.
"Oh iya, kamu tadi mau ngomong apa nis?" Tanya nya tiba-tiba. Membuatku tersdar bahwa aku sedari tadi tengah memperhatikan lia.
"A--a--aku..... mau minta maaf soal tadi fan." spontan aku menundukkan pandanganku kebawah. Air mataku seoalah-olah ingin jatuh. Aku tak ingin fano melihat aku menagis dan terlihat lemah. Namun, usahaku sia-sia. Fano menyadari hal itu, dan mencoba untuk mencairkan suasana"
"Oooh.... Masalah tadi?. Sudahlah tak usah diambil pusing. Aku tahu kok gimana perasanmu...," kalimatnya terhenti, membuatku perlahan menatap wajahnya.
"Seharusnya, akulah yang meminta maaf kepadamu...," aku terkejut dan menatapnya semakin dalam saat ia juga menatapku.
"Aku egois, disaat kamu nangis aku malah tanya Flashdisk ke kamu. Konyol bukan?" aku pun segera membuang muka. Dibalik sifatnya yang dingin, ternyata dia memiliki sifat yang gentle. Bahkan, selain ia tak menyalahkanku kalimat pembelaan diujungnya membuatku tertawa seketika.
"Hahaha... iya. Aku kira kamu orang yang dingin. Ternyata...,"
"...ada kehangatan dibalik itu, dan aku baru saja tersadar bahwa detik ini aku mulai mencintaimu"
"kamu juga bisa ramah." Ia pun tersipu mendengar pujianku yang tiba-tiba. Seolah-olah ia tau, bahwa senyum ini kulemparkan khusus untuknya.
Kami terdiam, hanya terdengar rintik hujan yang mulai reda, suara beberapa temanku yang sedang bercengkrama, dan suara hembusan angin yang tenang membuatku semakin gugup.
"Aku ingin bicara---" Ditengah kesunyian, tanpa sadar kami melafalkan kata itu bersamaan. Kami, berebut saling mengalah untuk siapa yang berbicara lebih dulu. Hingga akhirnya aku menyerah dan berbicara lebih dulu. Aku mengatakan semuanya meluapkan segala emosi yang terpendam karena gagalnya aku dalam ujian ini. Bahkan, sebabnya pun aku ucapkan. Sampai tanpa sadar aku mengatakan bahwa aku iri padanya. Iri pada semua prestasi yang ia dapatkan karena ia mendapatkan banyak dukungan termasuk kedua orang tuanya. Hingga kemudian iapun menghentikan ucapanku. Seketika, akupun terdiam.
"—Kau salah...," Tegasnya. Aku pun menatap mata nya lebih dalam. Mencoba mencari tahu dimana letak kesalahan yang ia maksud. Ia mengusap wajahnya dengan gelisah.
"Jangan katakan jika kau tak mau mengatakan. Maaf jika mungkin ada kalimatku yang mengguncang jiwa mu."
"Aku dibesarkan dilingkungan keluarga Broken Home." Ucapnya seketika, dan mencoba tetap tersenyum padaku. Seolah-olah mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Seketika aku tercekat, dan merasa bersalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mengubur Harapan
Non-FictionBermula dari perkenalan yang menjengkelkan. Membuat Nisfa terombang ambing kefika ia mulai mengenal siapa fano sesungguhnya, dan mulai menjalin sebuah ikatan pershabatan. Seperti pada hal umumnya. Persahabatan lawan jenis tak akan mulus seperti bias...