" Sekolah adalah tempat belajar, beradaptasi, dan bersosialisasi. Gue emang gak terlalu suka belajar, tapi entah kenapa gue suka sekolah."
-Achila Reynata-
Senja, nama yang indah. Chila menutup buku novelnya dan membaringkan tubuhnya di kasur. Besok adalah hari pertamanya masuk ke sekolah baru. Ia baru pindah dari Bandung ke Jakarta karena pekerjaan orangtuanya yang mengharuskan mereka untuk pindah. Chila menarik selimutnya, dan mencoba untuk tidur agar besok tidak kesiangan.
" Halo, aku Achila Reynata. Panggil aku Chila. Aku pindahan dari kota Bandung. Salam kenal." Chila tersenyum sambil menatap semua murid yang ada di depannya hari ini. Mereka membalas senyumannya. Tapi tiba-tiba Matanya menangkap seorang lelaki yang duduk dipojok dekat jendela. Matanya fokus ke arah jendela. Dan ditelinganya terselip earphone. Apakah dia sedang mendengarkan lagu?
" Bu, Apa di dalam kelas boleh nyalain handphone dan dengerin lagu?" Pertanyaan Chila sukses membuat semua orang melotot ke arah Chila. Chila menunjuk lelaki yang duduk di pojokan kelas itu. Bu Intan, wali kelas 11-IPS1 mengerutkan alisnya melihat kelakuan murid lamanya itu.
" Rasya!!!" suaranya memenuhi ruangan. Chila yang tepat berada di samping Bu Intan rasanya ingin meloncat mendengar teriakan yang membahana itu. Rasya, lelaki yang tengah asyik dengan earphonenya terkejut, reflek membuka earphone yang menempel di telinganya dengan cepat.
" Sudah Ibu bilang berkali-kali, tidak boleh menyalakan apalagi memainkan handphone di dalam kelas!!" teriaknya lagi. Rasya hanya membalasnya dengan anggukan kecil. Bu Intan menarik nafas, sudah biasa dengan perlakuan Rasya yang seperti itu. Chila terdiam kaku, menatap kejadian yang barusan terjadi di depan matanya.
**
" Halo? Aku chila. Boleh kenalan?" Chila mengulurkan tangannya ke teman sebangkunya. Sudah saatnya jam istirahat. Kelas sudah mulai sepi. Hanya tersisa Chila, teman sebangkunya, dan Rasya, lelaki yang tadi mendengarkan lagu melalui earphonenya.
" Iya, gue Tara." jawabnya sambil tersenyum. Tiba-tiba wajah Tara mendekat ke telinga Chila, " Eh, tadi lo berani banget ngadu ke Bu Intan tentang Rasya." bisiknya sangat pelan. Chila mengerutkan kening," Hah? Rasya?" tanyanya dengan suara keras. Dengan cepat Tara menutup mulut Chila dengan tangan kanannya.
" Ehem." Dari kejauhan, terdengar Rasya berdeham. Tara tersenyum ke arahnya dan menarik tangan Chila keluar kelas meninggalkan Rasya sendirian di dalam kelas. Chila bingung melihat kelakuan Tara yang aneh. Ia pasrah membiarkan Tara menariknya.
Setelah keduanya sampai di depan kelas, Tara mendekatkan lagi wajahnya ke telinga Chila," Lo tau gak, Rasya itu cowok paling jutek dan terkenal jarang banget ngomong di sekolah ini!" Chila menjauhkan telinganya dari mulut Tara," Terus?"
" Ya, banyak yang bilang Rasya itu temenan sama setan. Serem!" kalimat yang tidak pantas diucapkan menurut Chila. Gak mungkin Rasya berteman dengan setan!
YOU ARE READING
Hitam dan Biru
Jugendliteratur" Aduh, Chila! Fokus! Sebenernya lo suka sama siapa sih?" Pertanyaan yang membuat kepala Chila ingin meledak. "Yang satu cuek. Yang satu ramah. Menurut lo, gue cocok sama siapa?" " Sama Bapak lo!" Dilema. Itu yang dirasakan Chila saat ini. Masalah...