Navillera

2.3K 88 3
                                    

Cast:  Jeon Jungkook
           Choi Yuna
Rate:  K
Genre: Hurt, life
Warning:  Flashback, Yuju Fokus

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~YK~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kau tau arti dari Navillera? Yap,  Kupu-kupu.

Saat kau mendengar kata Kupu-kupu apa yang kau pikirkan? Pasti terbang bebas bukan.

Tapi yang aku pikirkan bukan itu, melainkan dimana proses kupu-kupu menjadi bentuknya yang asli, atau bisa di bilang proses di mana ulat yang menjijikkan menjadi seekor kupu-kupu yang di agung-agungkan.

Seperti itulah kehidupan yang aku jalani, percaya atau tidak akupun tidak terlalu peduli,  karena aku sudah terlalu kebal dengan ketidak pedulian orang-orang kepadaku. Di sini aku hanya ingin membagi kisahku dan seseorang yang sangad berarti bagiku di masa lalu hingga sekarang. Namun, kejamnya dunia membuatku tak bisa terlalu lama menikmati waktu bersamanya.



“Yuna-ya.” Alunan suara bariton itu memasuki indra pendengaranku.

“Eh, Kook-ah” Dia hanya tersenyum saat aku melihatnya dengan ekpresi terkejut.

“Kenapa? Apakah mereka masih mem-bully mu? Atau ada masalah lain?” sudut bibirku berkedut, membentuk sebuah senyuman. Yah, seorang Jeon Jungkook selalu membuatku tersenyum, walaupun dingin diluar,  namun sangad hangat didalam, tentu kalian tau maksudnya bukan, dan aku ingatkan jangan berpikiran aneh-aneh.

“Aniya, aku hanya sedang memikirkan sesuatu Kook-ah.” Senyum yang sedikit di paksakan terbit di bibirku.

“Apa itu?” Lagi, tatapan matanya yang tulus menusuk dalam kelamnya bola mataku.

“Aku hanya berpikir, apakah kehidupanku akan menjadi seperti Kupu-kupu, jika iya aku akan menjalani semua kesulitan ini demi kebahagian yang nantinya takkan berujung.” Langit yang cerah menjadi tumpuan ku untuk menerawang.

“Aku yakin kehidupanmu akan seperti kupu-kupu Yuna-ya. Dan aku akan membantumu melewati fase-fase sulit, dan aku akan berusaha melihatmu nantinya terbang bebas seperti kupu-kupu.” Aku jelas menangkap guratan kesenduan di akhir kalimatnya.

“Aku yakin Kook-ah, kita bisa melakukannya bersama-sama.” Tautan jari yang saling mengenggam ini mengantarkan ketenangan untuk kami berdua.

“Aku akan berusaha untukmu, Choi Yuna.” Demi Tuhan saat kata-kata itu keluar dari mulutnya ingin rasanya aku menangis saat itu juga, namun aku harus kuat agar bisa menopang semua beban yang ada, karena aku yakin dia tidak terlalu kuat untuk menanggung semua ini sendirian.

Kook-ah, aku akan selalu ada untukmu dan kau juga berjanji akan selalu ada untukku, tapi aku tak bisa egois. 
Aku hanya ingin waktu berjalan dengan lambat, agar kita bisa menghabiskan waktu bersama-sama untuk menggoreskan kenangan yang nantinya pasti sangad aku rindukan. Kook-ah, kau pernah mengatakan padaku bahwa kita akan melihat dunia yang indah,  setelah melewati fase terakhir menjadi seekor kupu-kupu bukan? Tapi kenapa kau malah menyerah di saat terakhir itu?  Kook-ah, aku tidak bisa menopang semuanya sendirian, aku butuh kamu, apakah aku boleh menyerah sekarang? Aku sudah lelah, Kook-ah.

“Sebentar lagi impian kita akan terwujud, Yuna-ya.” Senyum itu selalu tulus walaupun ada rasa lain yang merenggut kesempurnaan senyum itu.

“Nee, Kook-ah. Untuk itu jangan pernah berhenti di sini. Kita masih punya satu impian lagi.” Tak ada lagi yang harus aku lakukan selain tersenyum padanya.

“Terbang bersama, seperti kupu-kupu.” Kata-kata itu kita ucapkan secara bersama di kesempatan terakhir kita untuk membahas hal itu.

“Yuna-ya,  jika seandainya aku tidak bisa menemani mu terbang bebas di langit, aku minta maaf.  Mungkin saat itu aku hanya akan melihatmu dari kejauhan tanpa bisa kau sadari. Aku hanya ingin kau bahagia, sudah cukup selama ini kau menderita, di tambah lagi dengan masalahku kau pasti sangad kesusahan dalam mengurus semuanya.  Maaf,  Yuna-ya.  Mungkin ini yang terbaik untuk kita, sekali lagi aku minta maaf. Aku tidak bisa menahan semuanya lagi,  aku sudah lelah, beribu kata maaf yang aku ucapkan padamu takkan pernah bisa menggantikan semua pengorbananmu untukku, bertahan demi diriku.  Mungkin ini kesempatan terakhir kita, Terima kasih untuk semuanya,  aku mencintaimu,  Yuna-ya. Jangan menangis, nee.” Demi Tuhan, aku tak bisa lagi berkata-kata. 
Demi apapun itu, air mataku tidak bisa di bendung lagi, ingatan yang seperti kaset rusak itu membuatku ingin membenturkan kepalaku pada dinding.
Aku tau pasti ini akan terjadi, tapi apakah harus secepat ini? Saat semuanya akan indah,  mengapa harus kepahitan ini aku Terima kembali?

“Hiks.. Kau hiks... harus hiks... bertahan hiks...” maaf Kook-ah aku tidak mendengarkan  kata terakhirmu untuk tidak menangis.

“Sst... Sudah aku bilang bukan, jangan menangis, Nee. Teruslah tersenyum, jangan buang air matamu untuk mengantar kepergianku. Yuna-ya, berjanjilah kepadaku, Nee. Aku mencintaimu, selamat tinggal.” Saat suara lirih yang di iringi senyum dan sinar matamu yang meredup, aku mengangguk.
  Namun saat itu juga aku melanggar janjiku untuk tidak menangisi kepergianmu.
Sekarang aku tidak mengerti, apakah aku mengikhlaskan kepergianmu atau tidak. Namun semua ini membuat duniaku hancur Seketika,  impianku untuk terbang musnah bersamaan dengan kepergian ragamu.
Gumawo, Kook-ah. Sudah hadir dalam kehidupanku yang suram ini. Aku akan belajar melepaskanmu.
Dan, Terima kasih untuk surat terakhirmu ini, aku akan selalu menyimpannya. Kook-ah, ada satu lagi yang ingin aku ucapkan padamu,  tapi kau lebih dulu pergi.  Aku juga mencintaimu, Kook-ah.



                                      Annyeong, Yuna-ya.

Pertama-tama aku ingin minta maaf padamu.

Mungkin saat surat ini berada di tanganmu aku tidak ada lagi di dunia.

Yuna-ya, Terima kasih sudah hadir dalam kehidupanku. Terima kasih sudah mewarnai kehidupanku yang suram. Terima kasih sudah merawatku dengan sepenuh hati.  Terima kasih untuk cinta yang kau berikan. Terima kasih sudah menjadi penopang ku. Terima kasih untuk semuanya.

Dan, maaf. Aku selalu merepotkan mu dengan segala kekuranganku ini.  Seharusnya aku yang melindungimu dari segala cacian yang mereka lontarkan padamu, seharusnya aku memberikan bahuku padamu sebagai sandaran untuk melepaskan lelahmu.  Namun, kau yang menggantikan posisiku sebagai seorang laki-laki. Maaf, Yuna-ya.

Aku tidak bisa memenuhi impian terakhir kita. Aku sungguh tidak sanggup, untuk itu aku memilih menyerah.

Sekarang apakah kau masih menangis?  Jika kau masih menangis aku tidak akan tenang, jadi jangan menangis, nee.

Kau terlihat jelek jika menangis, hahaha... Maaf pasti kau kesal bukan aku tertawakan? Jangan cemberut ya, nanti cantiknya hilang.

Sudah senyum kan?

Aku rasa aku tidak kuat lagi untuk menulis kata-kata yang bodohnya aku tidak tau intinya.

Sebelum aku mengakhiri ini, jangan  lupa akan janjimu untuk terus bahagia dan tidak menangis, oke!?

Aku rasa waktuku tidak banyak lagi.

              Selamat tinggal My Navillera.    Aku mencintaimu, dulu, sekarang, dan selamanya.
  

                
                    From You Navi: Jeon Jungkook

                         
       

YuKook FF Collection[END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang