Bagi Hyun Hera tidak ada hari tanpa kesialan. Seperti saat ini, ia terpaksa menunggu Bus jam delapan pagi dan gerbang sekolahnya tutup tepat pukul tujuh. Kalau bukan karena hari ini ia harus menyerah formulir pendaftaran beasiswa, Hera pasti memutuskan untuk tidak sekolah saja hari ini. Karena percuma saja, ia akan terlambat dan tidak akan diberi izin masuk. Hera juga tidak tahu bagaimana caranya agar ia bisa masuk ke sekolah, mungkin dengan memajat tembok, apapun itu asalkan ia bisa bersekolah hari ini.
Hera menghela nafasnya, seandainya saja semalam dia tidak menonton drama korea secara marathon, pasti dia tidak akan bangun kesiangan. Hera menatap kertas formulir yang sedang ia genggam. Semoga saja, perjuangannya tak sia-sia karena demi menghantarkan formulir ini ia sampai tidak sarapan dan melupakan uang jajannya, untung saja sisa semalam masih ada di sakunya. Dia memang mungkin tak bisa beli makanan hari ini, tapi setidaknya ia masih memiliki uang yang cukup untuk ongkosnya pulang-pergi sekolah. Jika kalian bertanya kanapa ia tak memiliki kartu untuk mendapatkan makan siang, itu karena ia belum memiliki uang cukup untuk mengisi ulang kartu tersebut. Dia bukanlah anak orang kaya yang tinggal di gedung tingkat sepuluh, dia hanya seorang anak petani biasa. Hera tahu mengeluh itu tidak ada gunanya tapi ia tidak bisa bohong, terkadang ia merasa lelah dengan kehidupannya.
Hera terkesiap ketika rungunya menangkap suara nyaring yang barasal dari bus yang masih berjarak tiga meter dari tempat ia berdiri. Hera langsung bersiap untuk segara melompat ke dalam bus karena bukan dia saja yang menunggu di halte bus ini. Ada banyak anak sekolah juga, mereka mungkin tipe anak sekolah yang memiliki hobby terlambat. Kalau tidak cepat bisa saja Hera tidak mendapatkan pegangan bus atau lebih parah busnya penuh. Oh, tidak! Hera harus bisa bersekolah hari ini, apapun yang terjadi!
Ketika bus tersebut berhenti, tanpa basa basi lagi Hera langsung berlari masuk ke dalam bus, sudah Hera bilangkan hidupnya ini penuh kesialan, baru hanya sebelah kakinya yang menginjak lantai bus badannya sudah ditarik secara bar-bar oleh seseorang. Sesaat Hera limbung namun ia dengan cepat ia mendapatkan kembali kesimbangan. Kemudian kembali menerobos masuk, ia tak peduli sudah beberapa orang yang ia tarik mundur yang terpenting dia bisa masuk. Persetan dengan kesopanan! Ia juga di perlakukan dengan kasar.
Hera bisa menarik nafas lega, akhirnya ia bisa masuk dan mendapatkan pegangan bus. Walaupun harus cekcok dulu karena berebut padahal masih ada tiga pegang lagi yang kosong. Maklumlah, karena panik jadi tidak memperhatikan sekitar.
Penampilan Hera benar-benar berantakan. Tubuhnya dipenuhi peluh, rambutnya acak-acakan, ia mirip sekali dengan gelandang yang ada di jalan. Tak masalah, ini bukan hal yang baru lagi, ia sudah terbiasa. Hanya saja sekarang formulirnya jadi remuk. Padahal ia sengaja tidak memasukannya ke dalam tas agar formulirnya tidak terlipat. Tapi lihatlah sekarang, formulirnya sudah tidak berbentuk.
Tiba-tiba saja bus yang mengeram mendadak membuat tubuh Hera tertarik ke depan dan hidungnya menghantam tiang besi yang ada dihadapinya. Astaga! Sebenarnya dosa apa yang telah ia perbuat!
Hera mengelus batang hidungnya yang berdenyut nyeri. Ternyata ini sangat sakit. Hera menatap supir bus dengan jengkel ingin sekali Hera mengeluarkan sumpah serapahnya tapi ia tahu itu tidak akan bisa menghilangkan rasa nyeri pada hidungnya jadi ia mengurungkan niatnya. Hera memutuskan untuk berbalik, ia tak mau lagi ada anggota wajahnya yang menyentuh tiang besi tersebut jika kalau supir bus tersebut kembali menghentikan laju busnya. Hera bersumpah! ia rela menjadi kekasih atau istri seorang ahjussi kaya raya asalkan ia tak perlu lagi mengalami hal seperti ini lagi!
Mata Hera membulat namun itu tak berlangsung lama karena kini ia bisa menormalkan ekspresinya. Seingatnya, tadi dibelakangnya adalah seorang ibu muda namun kini berganti dengan seorang pria tampan yang sepertinya umurnya sudah memasuki kepala tiga. Dahinya dan lehernya dipenuh keringat bahkan anak rambutnya tampak lepek. Jas dan kemejanya tampak tak tentu arah, dari pada terkesan berantakan ia malah terlihat seksi. Hera dapat mencium betapa harumnya pria ini. Bau sea salt menyapa hidungnya. Uh, sangat menggoda bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae Ahjussi | Kim Seokjin | [END]
FanfictionHyun Hera merutuki nasibnya yang malang. Setiap hari ia harus berdesak-desakan dan perebut pegangan Bus. Hera bersumpah ia rela menjadi kekasih seorang Ahjussi kaya raya asalkan ia tak perlu lagi berdesakan di bus. Entah langit hari itu sedang men...