3. Mianhae (ENDING)

183 11 12
                                    

Bagaikan disambar petir di siang hari, Hera merasakan detak jantungnya berhenti. Dadanya tiba-tiba terasa sesak, satu kata, sakit. Hera bahkan masih bergeming, masih berupaya mencerna semuanya.

"Dia istriku."

Tidak, itu tidak mungkin! 

Apakah Hera sedang bermimpi? Jika iya, tolong siapapun bangunkan Hera. Ini sangat menyakitkan....

Hera hendak mengatakan, "Ahjussi, bercanda 'kan?"

Namun ia sadar, itu bukan sekedar lelucon ketika netranya melihat dengan jelas Seokjin mengecup kening Soerim dengan sayang. Matanya perih, hatinya tersayat. Jadi selama ini ia mengharapkan lelaki yang sudah memiliki istri. Hera tak tahu bagimana harus menggambarkan perasaannya sekarang, ini sungguh sakit, hingga untuk menangis pun ia tak mampu.

Detak Jantung Hera berdenyut lirih menuai luka di setiap hentakannya. Kenapa ia bodoh sekali? Jelas, kalau Seokjin sudah memiliki istri, dia tampan, kaya dan juga pria baik hati. Perempuan mana yang tak ingin dengannya. Dan Seorim, tentu saja dia wanita yang pantas untuk mendampingi Seokjin, cantik, keibuan dan kelihatannya juga cerdas, sedangkan Hera? Hanya anak kemarin malam yang beruntung bertemu dengan Seokjin. Kenapa ia bisa lupa siapa dirinya? Mengapa ia jadi lupa diri? Hera hanya bisa tertawa lirih di dalam hatinya. Mentertawakan dirinya yang benar-benar tidak tahu diri.

"Ah, jadi kau Hyun Hera. Ternyata kau lebih cantik dari yang diceritakan Seokjin," ucap Seorim sambil tersenyum dan duduk di sebelah Hera. 

Jadi Ahjussi menceritakanku padanya...

Hera sangat senang, itu berarti Seokjin mengingatnya namun juga sakit dalam waktu yang bersamaan, mengetahui bahwa selama ini Seokjin perlakukan padanya karena Seokjin sudah menganggapnya sebagai adik. Sementara Hera,

mengharapkan lebih dari itu...

Benar-benar lupa diri!

"Bibi senang bisa bertemu denganmu, tapi kenapa kau bisa ada di sini, apa kalian sedang membicarakan beasiswa?"

"Tidak. Hera berkerja di sini, dia menggantikanmu mengurus rumah,"
ucap Seokjin sambil duduk di samping Seorim.

Oh, tentu saja, Seokjin tidak mau berbohong dengan Seorim. Itu bagus, tapi entah mengapa Hera merasakan hatinya berdenyut sakit. Berarti ia memang tidak ada apa-apanya di mata Seokjin sehingga Seokjin tak takut Seorim cemburu.

"Ternyata, kau memang anak yang pekerja keras. Kau mirip sekali dengan Yerim. Ah, aku sangat merindukannya," ucap Seorim sambil tersenyum sendu.

Sementara Hera sampai sekarang ia belum sanggup untuk berbicara. Sampai detik ini Hera belum percaya. Bahwa memang ini kenyataan yang harus ia terima. 

"Hera-ya, aku sudah kembali. Itu berarti kau tidak bisa lagi berkerja di sini, tapi walaupun begitu kau tetap bisa di sini,"

Hera menatapnya Seorim dengan tatapan bertanya," M-maksud A-ahjumma apa?" 

Seorim mengambil ke dua tangan Hera kemudian menggenggamnya,
"Tinggal lah bersama kami, Hera-ya..."  Ucap Seorim sambil tersenyum tulus.

Mata Hera mengerjap tak percaya, "Tapi..."

Soerim tertawa, " Kau kenapa, Hera-ya? Tidak perlu tegang begitu. Maaf, tadi aku sempat menatapmu tak suka, aku pikir Seokjin bermain di belakangku. Tapi saat itu aku tau kau, aku mengerti,"

Apa ini?

Seorim seakan mengerti apa yang ada sedang Hera pikirkan lantas berucap,
"Seokjin setiap hari menceritakanmu, jadi sedikit banyaknya aku tahu kau itu seperti apa. Aku dan Seokjin selalu terbuka satu sama lain,"

Mianhae Ahjussi | Kim Seokjin | [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang