SIAPA MEREKA?

40 2 3
                                    

Hah~ Aku sudah berjalan sangat jauh dan haus sekali, itu membuatku merasa pusing. Aku tidak makan dari pagi hingga larut malam seperti ini. Aku tidak memegang uang sepeserpun di tangan. Lalu, Aku memutuskan untuk menahan haus dan melanjuti perjalanan yang tidak tahu arahnya entah kemana.

Tidak lama kemudian, rasa pusing itu semakin terasa sakit dan membuat penglihatanku pudar dan tidak sadarkan diri.

Aku terbangun dan sedikit demi sedikit membuka mataku dan penglihatanku mulai jelas. Aku terkejut dan membelalakkan mataku, bahwa Aku sedang berada di dalam sebuah kamar yang besar dan luas, dan material-material setiap sudut kamar ini berwarna emas. "Dimana ini? Kenapa Aku bisa ada disini? Kamar siapa ini? Kenapa Aku bisa tidur disini? Apa yang terjadi denganku? Apa Ayah mengetahui bahwa Aku kabur dan menemukanku? Tidak mungkin!" Rasa pusing yang ada di kepalaku belum sepenuhnya reda dan tiba-tiba rasa sakitnya datang dan Aku memegang kepalaku dengan kuat hingga hampir menarik rambutku.

Cklek... suara pintu kamar itu terbuka dan Aku terkejut saat melihat seorang pria dengan postur badannya tinggi, bahunya lebar, kulitnya putih dan bersih masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu sebelumnya. "Siapa kamu?! Kenapa tidak mengetuk pintu dulu jika ingin masuk? Dimana rasa sopan santunmu?!" Tanyaku dengan ketus dan wajahku pucat karena tidak makan dan minum seharian.

"Kamu sudah bangun rupanya... jangan takut... Aku tidak akan melukaimu. Minumlah air hangat ini. Ini akan membantumu merasa lebih baik." Pria itu menyodorkan gelas berisi air mineral hangat kepadaku.

Aku mengambil gelas itu lalu meminumnya dan menatap pria itu dengan penuh kecurigaan. "Ka-Kamu siapa? Dimana ini? Apakah ini kamarmu? Jika dilihat dari cara kamu masuk ke kamar ini sepertinya benar ini kamarmu." Tanyaku dengan gugup.

"Namaku Jin. Kim Seok Jin. Iya ini kamarku. Hm... Aku tadi melihatmu pingsan di pinggir jalan. Jadi Aku berniat menolong dan membawamu kesini." Jawab Jin dengan senyum manis terlukis di wajahnya. "Nama kamu siapa? dan umurmu berapa?" Lanjutnya.

"N-Namaku Laura. Umurku 21 tahun. Kenapa ka-kamu tidak membawaku ke rumah sakit saja?" Tanyaku lagi dan meletakkan gelas yang diberikan Jin di atas meja sebelah kananmu.

"Rumah sakit jauh dari tempat kamu pingsan dan rumahku dekat, jadi aku memilih untuk membawamu kesini." Jawab Jin

Aku masih tidak percaya dengan ucapan pria itu. Aku masih berfikir negatif terhadapnya. "Oh begitu. Terima kasih telah menolongku. Sekarang Aku harus pergi." Kataku sambil menyandang tas yang ada di sebelah kanan tempat tidur dan ingin beranjak pergi dari sana.

Saat Aku berjalan hendak keluar kamar seketika kepalaku pusing dan ingin terjatuh.

"Eh... kamu tidak apa-apa? Kenapa kamu ingin pergi dalam kondisi seperti ini?" Tanya Jin sambil meraihku yang hendak jatuh tadi dan seketika dia memeluk dari belakang dan melingkarkan tangannya di pinggang.

Aku sontak terkejut dan menghindar darinya karena sikapnya itu. "Lepaskan aku! Apa yang kamu lakukan tadi?!" Tanyaku dengan ketakutan, mata berkaca-kaca dan tidak sadar air mata sudah jatuh ke pipi.

"Ah... maafkan aku. Jangan menangis. Aku tidak bermaksud apa-apa padamu. Kamu ingin kemana malam-malam begini? Ini sudah jam dua pagi. Tidak baik perempuan jam segini berada diluar, apa kamu tidak takut dengan preman-preman diluar sana? Tinggallah disini sementara hingga kamu benar-benar sudah pulih, lalu kamu boleh pergi." Kata Jin dengan wajah serius.

"Maaf, aku tidak mau merepotkan orang lain. Aku harus pergi. Aku tidak mengenalmu, dan... aku takut bertemu dengan orang yang tidak aku kenal seperti dirimu." Kataku dan menundukkan kepala.

"Baiklah, anggap saja aku mengizinkanmu untuk pergi, terus tujuanmu ingin kemana?" Tanya Jin dengan rasa penasaran.

Aku terdiam karena tidak tahu tujuanku ingin kemana. Aku hanya menundukkan kepala, menangis tanpa bersuara dan menenggelamkan wajahku dengan rambut panjangku yang tergerai.

"Kenapa kamu diam saja? Apakah rumahmu dekat? Atau aku antar saja ke rumahmu, berikan saja aku alamat rumahmu." Kata Jin

Saat Jin menyebutkan kata rumah, seketika kamu menangis sejadi-jadinya, dan menutup wajahmu dengan kedua telapak tanganmu.

"Eh... kenapa kamu menangis? Apakah aku ada salah dalam berbicara?" Tanya Jin dengan suara yang kebingungan dan khawatir.

"Ah... aku tidak apa-apa." mengusap airmataku dan berhenti menangis.

"Ya sudah. kalau begitu sekarang kembali ke tempat tidurmu dan tidur, karena ini sudah larut malam." Kata Jin dan dia berdiri di samping kiri tempat tidur. "Selamat malam." Lanjutnya sambil tersenyum kepadaku.

"Iya, selamat malam." Jin keluar dari kamar, Aku kembali ke tempat tidur, menarik selimut dan merebahkan badanku ke kasur. Aku tidak punya pilihan selain menginap di tempat Jin.

Akupun menutup mataku dan mulai tertidur.

Esok harinya, Aku terbangun dan melihat jam menunjukkan pukul setengah enam pagi. Aku mengusap mataku dan bangun dari tempat tidur. Aku berjalan dan membuka pintu kamar ingin ke dapur untuk minum karena haus.

Saat Aku keluar dari kamar Jin, Aku melihat di depan kamar Jin ada sebuah foto dengan ukuran besar tergantung di dinding. Dan ya... pastinya ada Jin di foto itu. Tapi... Aku penasaran dengan yang lain. "Siapa pria-pria yang berfoto dengan Jin? Kenapa fotonya tampak sangat... sangat akrab? Siapa mereka? Apakah mereka saudara kandung Jin? Ah... tanya saja deh nanti dengan Jin biar lebih jelas." Kataku mengoceh dengan suara pelan.

Sesampainya Aku di dapur, Aku mengambil gelas di dalam rak piring dan menuangkan air hangat ke dalam gelas itu. Setelah minum, Aku menyuci gelas yang kupakai untuk minum tadi dan meletakkannya kembali ke dalam rak piring.

Aku ingin berbicara dengan Jin, tapi saat itu rumah kelihatan sepi. Akupun mencari Jin dan memanggil nama Jin dengan lantang. "JIN-SSI!! KAMU DIMANA?!"

"OH... AKU DI BELAKANG... DI KOLAM BERENANG!" Jin menjawab panggilanku dengan suaranya yang keras itu.

Aku melangkahkan kaki ke belakang untuk menemui Jin. Sesampainya di kolam berenang, pria yang Aku lihat foto di depan kamar Jin itu ada mereka juga. Mereka sedang duduk di sofa yang berada di tepi kolam. Aku berjalan dengan pelan dan duduk di sebelah Jin. "Jin-ssi... siapa mereka? Kenapa mereka menatapku seperti melihat hantu?" Tanyaku berbisik di telinga Jin.

"Oh... mereka sahabatku. Mereka sering menginap disini. Mungkin karena aku belum memberitahu mereka kalau kamu ada disini." Jelas Jin. "Oh iya, satu lagi. Jangan memanggilku dengan formal seperti itu. Umurku 27 tahun, panggil saja aku oppa." Lanjutnya.

"Ah iya... O-Oppa..."

Jin Oppa menjelaskan kepada mereka kenapa dia bisa bertemu denganku, dan menjelaskan kepada mereka siapa Aku. Sehingga Aku mengenal dan mengetahui nama mereka. Mereka semua umurnya lebih tua dariku dan paling muda di antara mereka berumur 22 tahun bernama Jeon Jeong Guk.

Aku hanya diam dan mendengarkan percakapan mereka tanpa mengeluarkan satu patah kata.

"Laura!" Jin memanggilku.

"Ah i-iyaa, Oppa.." Jawabku.

"Kenapa diam saja dari tadi, apa itu memang kebiasaanmu?" Tanya Jin Oppa.

"Bukan begitu... Aku tidak pernah bertemu dan berbicara dengan orang lain selain orangtuaku jadi... aku belum terbiasa. Maafkan aku." Aku membungkukkan badan untuk meminta maaf.

"Tidak apa-apa." Kata pria yang bernama Park Jimin.

"Jin Oppa... aku memanggil Oppa untuk memberitahu sesuatu." Kataku dan melirik ke Jin Oppa.

"Iya, ada apa?" Jin Oppa langsung berhenti berbicara dengan pria yang bernama Min Yoon Gi dan merespon perkataanku.

"Jadi begini... aku sangat berterima kasih pada Jin Oppa sudah membiarkanku beristirahat disini, tapi aku tidak ingin merepotkan lagi, aku tidak enak dengan Oppa. Hari ini aku akan pergi dari rumah ini. Untuk Oppa-deul, terima kasih sudah menerima keberadaanku disini." Jelasku dan berdiri ingin pergi dari rumah itu.

Jimin Oppa ikut berdiri dan menahan tanganku. "Kamu mau kemana?"

*** To Be Continued ***

Thinking Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang