Aku terkejut bahwa Jimin Oppa menahanku untuk pergi. "A-Ada apa? Apa ada yang ingin Oppa sampaikan padaku?"
"Apa begini caramu berterima kasih pada orang yang sudah menolongmu?" Tanya Jimin dengan nada tegasnya.
"Wahh... Jimin Oppa benar-benar sangat menakutkan." Batinku.
"Kenapa kau diam?" Tanya Jimin.
"Aaa... Jadi apa yang harus aku lakukan? Bagaimana caraku membalas jasa Oppa?" Tanyaku dengan pelan.
"Caranya..." Jimin berpikir dan masih memegang tanganku dengan erat. "Caranya kau harus makan dengan kami sekarang, ayo duduk kembali." Lanjutnya dan menyuruhku untuk duduk kembali.
Aku mengikuti kata Jimin Oppa dan diam saja.
"Nah... ini untukmu, dimakan ya... yoongi hyung yang memasak." Jimin menyodorkan piring yang berisi steak dengan hiasan sayur.
Aku mengambil makanannya dan memakan makanannya dengan lahap. Saat Aku sedang makan, Aku menyadari kalau Jin Oppa sedang menatapku.
"Laura, Boleh aku bertanya?" Tanya Jin.
"Silahkan." Jawabku.
"Mengapa kamu bisa keluar larut malam?" Tanya Jin.
Saat Jin Oppa menanyakan hal itu, Aku berhenti makan dan menaruh garpu serta pisau ke meja. Aku memandang wajah Oppa satu persatu, Aku tahu bahwa mereka penasaran dengan jawabanku. "Aku... Aku kabur meninggalkan rumah." Jawabku dan menundukkan kepala.
Yang tadinya para Oppa sedang melahap makanannya sambil menunggu jawabanku, terhenti karena alasanku kenapa bisa keluar hingga larut malam.
"APA?! Apa yang barusan kau bilang? Kabur?! Kenapa?" Tanya Namjoon Oppa dengan wajah yang terkejut dan membelalakkan matanya.
"Aku tidak bisa bilang alasannya kenapa, tapi intinya Aku tidak sanggup untuk tinggal disana." Kataku dengan wajah murung.
"Terus... kamu mau pergi kemana setelah ini?" Tanya Jin Oppa.
Aku hanya menggelengkan kepala dan sekilas teringat wajah Orangtuaku dan tanpa disadari airmataku sudah menetes.
"Berhentilah menangis. Sejak semalam kamu menangis. Nanti matamu bisa bengkak." Kata Jin Oppa. "Kalau begitu kamu bisa tinggal disini saja, toh juga kamu tidak ada tujuan kan?" Lanjutnya.
Aku mengusap airmataku dan menengadahkan kepala. "Tidak. Aku tidak mau merepotkan Oppa."
"Dengarkan saja apa kata Jin hyung. Itu untuk kebaikan kau juga. Kami juga tidak akan melukaimu." Kata Hoseok Oppa.
Terlintas sejenak dalam pikiranku, ternyata orang - orang yang berada di depanku sekarang tidak seperti yang kupikirkan, jauh dari ekspektasi. Mereka orang baik yang mau menerima orang asing sepertiku. Apa Aku pantas mendapatkan perlakuan seperti ini? Kenapa harus mereka yang menanggung ini?
***to be continued***
KAMU SEDANG MEMBACA
Thinking Of You
Ficção GeralNamaku Laura Kim. aku adalah anak dari pengusaha kaya raya yang ternama di Seoul nama ayahku Kim Min Jae dan Ibuku Liana Jean. Kehidupanku tidak seperti layaknya keluarga normal. Dan itu membuatku tidak betah tinggal dirumah. Dan aku bertemu dengan...