Hari ini Namjoon pergi dengan kemeja yang sangat rapi, ia tidak memakai dasinya. Tetapi ia memakai kacamatanya, ia ingin menemui gadis spesialnya itu.
Tempat pemakaman ini sangat rapi, guci Soojin pun tertata dengan rapi. Tepat disampingnya ada foto dirinya ketika berada di pasar malam bersama Namjoon.
Namjoon pun sampai sekarang masih tidak percaya dengan kondisinya saat ini. Tapi, semua yang sudah terjadi biarlah terjadi.
"Soojin-ah, apa kau bahagia?" tentu saja tidak ada yang menjawab pertanyaan Namjoon ini.
"Soojin-ah, aku mau protes! Panggil aku Oppa, aku lebih tua setahun darimu," sekali lagi hanya angin berhembus yang menjawab pertanyaan Namjoon.
Ia menghembuskan napas berat,
"Soojin-ah, jika kau masih hidup, kita pasti merayakan hari ke seratus kita."
Namjoon memandangi foto Soojin, yang tertawa begitu indah, dan lebar.
"Soojin-ah, aku kangen, kau baik-baik saja disana ya," tangannya membersihkan kaca yang sudah mulai berdebu itu.
Ia juga mengganti bunga yang ada disamping Soojin. Namjoon yakin, ia adalah orang yang sengaja dititipkan tuhan untuk menemani Soojin yang sedang kesepian saat itu,
Gadis itu, pantas saja ia berharap pintar. Agar ayah tirinya tidak memukulnya ternyata. Gadis itu, pantas saja ia tidak pernah melihat gadis itu sebelumnya, ternyata ia baru saja pindah.
Huh....
Namjoon berpamitan sekali lagi kepada Soojin, gadis spesialnya sebelum ia pergi ke Ilsan untuk mengunjungi makan Ibunya. Ia meninggalkan kertas dipinggir fotonya Soojin seperti biasanya.
Dari Namjoon
Soojin-ah, jangan lupa panggil aku oppa. Karena aku lebih tua darimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] HEARTBEAT | Kim Namjoon
Короткий рассказ[Tamat] Jadi, apakah ini akhir dari detak jantungku? Kenapa? ✓Revisi 0.1