hari ini, entah tengah kerasukan apa, tiba-tiba dongyun mau disuruh keluar untuk membeli susu dan camilan oleh minkyu. mungkin, karena efek minkyu yang kakinya terkilir akibat terpeleset di halaman rumah kemarin.
walaupun harus melewati perdebatan batin dengan dirinya sendiri, dongyun akhirnya bersedia untuk keluar dengan sepeda biru milik minkyu.
sepanjang jalan, dongyun sibuk berpikir tentang dirinya sendiri yang sudah lama sekali tidak main sepeda. atau lebih tepatnya, sudah lama sekali tidak berjalan-jalan keluar rumah sendirian.
baginya, semesta memang semenakutkan itu. dongyun memilih untuk berdiam diri di dalam kamar daripada harus bersosialisasi dengan manusia yang dirinya sendiri tidak tahu jahat atau baik atau penuh oleh kebohongan.
sesampainya di minimarket pun, dongyun masih memikirkan hal itu. terlebih ketika melihat kafe di sebelah minimarket yang tampak ramai. menyeramkan.
"kak minkyu mau susu rasa apa ya?" dongyun bermonolog ketika berdiri di depan lemari es berisikan berbagai macam minuman dingin.
di tangannya sudah terdapat dua bungkus besar snack dan satu botol mogu mogu rasa stroberi kesukaannya.
pada akhirnya, dongyun meraih satu kotak susu cokelat dan satu kotak susu karamel untuk minkyu.
"oke, sudahㅡ"
brak!
dongyun terkejut karena saat dirinya berbalik, ada seseorang yang dia tabrak hingga minuman dan camilan yang dia bawa jatuh semua.
"hai, dongyun."
suara yang menyebalkan dan penuh sarkasme ini, dongyun sudah hafal walaupun dirinya baru sekali berkomunikasi secara langsung.
siapa lagi kalau bukan pemuda apatis bernama changwook?
"apa kamu tidak melihatku akan berbalik, hah?" protes dongyun dengan nada suaranya yang agak meninggi tanpa membuat kontak mata dengan changwook.
pemuda di hadapannya itu tersenyum miring dan mendorong pelan bahu dongyun supaya bergeser.
"minggir, aku mau ambil minuman." ucapnya dengan datar.
dongyun menganga tidak percaya, pemuda ini bahkan tidak memiliki inisiatif untuk membantunya mengambil barang yang terjatuh?
"kamu menjatuhkan barang-barangku, changwook," kata dongyun dengan geram.
namun, yang didapatinya hanyalah kekehan pelan. "aku tidak peduli. bukan urusanku. dan oh ya, omong-omong aku lebih tua daripada kamu. jadi, bersikaplah sopan sedikit, anak manis kesayangan mama yang tidak pernah keluar rumah. aku duluan."
apa-apaan ini?!
keterlaluan, dongyun kesal sekali dengan tetangganya itu.
sepanjang jalan pulang, dongyun sibuk menggerutu seraya mengayuh sepedanya. changwook itu benar-benar jahat menurut dongyun.
"aku tidak mau bertemu lagi dengannya!" dongyun terus mengulang kata-kata itu sepanjang jalan.
rasanya ingin menangis saja sambil memukuli badan changwook dengan belanjaannya tadi.
pandangannya mengabur karena air mata yang mulai menganak sungai di kedua netranya. dongyun tidak tahu jika dirinya secengeng ini, tetapi semakin diingat, kata-kata changwook tadi menyakiti hatinya.
dan dongyun mulai kehilangan fokusnya sehingga tidak menyadari ada batu yang menghalangi jalannya.
untuk yang kedua kalinya dalam hari ini, dongyun mendapatkan kesialan di luar rumah. dongyun terjatuh dari sepedanya dan detik itu juga, pipinya banjir oleh air mata.
entah harus bersyukur atau mengeluh karena ini merupakan daerah perumahan yang cukup sepi karena semua rumah di blok ini memiliki pagar tinggi menjulang.
"cengeng. ayo bangun, sini aku bantu."
dongyun mengusap cepat air matanya dan melihat changwook berdiri di hadapannya seraya menjulurkan tangannya. "k-kamu ngapain di sini?"
pemuda itu berdecak seraya merotasikan kedua bola matanya. "cepatlah, aku tidak mau lama-lama. kamu mau aku bantu atau aku tinggalkan di sini?"
akhirnya, dongyun menyambut uluran tangan changwook dengan ragu-ragu, lalu merintih setelahnya karena kakinya yang terasa ngilu akibat terjatuh barusan.
"sakit, ya?"
dongyun mengangguk pelan.
"cih, menyusahkan saja." gumam changwook kesal. namun, tangannya tetap bergerak untuk mendirikan sepeda dongyun yang tergeletak dan mengambil belanjaan tetangganya itu.
sementara, dongyun tidak tahu harus berucap apa karena ia sendiri tengah sibuk menenangkan dirinya yang masih menangis.
lalu, tiba-tiba saja changwook menaiki sepeda kakaknya itu dan menepuk jok belakang sepeda, "naik buruan. biar aku anterin sampe rumah kamu."
yang dilakukan dongyun saat ini hanyalah menurut walaupun dirinya sendiri agak ragu. takut kalau changwook akan berbuat jahat padanya lagi.
"k-kenapa kamu nolongin aku?" tanya dongyun ketika changwook mulai mengayuh sepeda dengan perlahan.
tanpa dongyun tahu, changwook tersenyum kecil di depan. merasa sedikit gemas dengan ucapan dongyun yang diselingi oleh isakan.
namun, tetap saja yang keluar dari mulutnya adalah nada penuh kesinisan. "daripada gaada yang nolongin di sana? pake nangis di pinggir jalan lagi, bocah banget."
dongyun tidak tahu harus merasa kesal atau berterima kasih.
HAHA gemes bgt gasi bayanginnya, jiwa single-ku meraung-raung.
KAMU SEDANG MEMBACA
next door ㅡchangsom
Fanfictionyang satu apatis, satunya lagi ansos. cocok. carolineakim©2019