Langkahnya sangat tergopoh-gopoh saat ini. Bagaimana tidak? Waktu saja sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Jadi, pantas saja kalau ia buru-buru berangkat ke sekolah dengan sepeda kesayangannya. Ia tahu betul jika ia akan terlambat hari ini.
Tadi pagi, ia tidak sempat merapikan rambutnya karna harus buru-buru berangkat. Alhasil, ia malah merapikan rambutnya dalam perjalanan.
Sebenarnya, ia memang sudah langganan terlambat ke sekolah. Seakan-akan, terlambat sudah menjadi hal yang wajar baginya dan menganggapnya sebagai kebiasaan.
Namanya Rendy, ia memang dikenal sebagai Bad Boy di sekolah. Walaupun begitu, banyak cewek-cewek yang bener-bener naksir berat sama dia.
Tampangnya saja sudah tidak bisa diragukan lagi. Ia memiliki wajah yang tampan, tubuhnya yang tinggi, dan jago bermain basket. Pantas saja banyak yang naksir sama dia di sekolah (terutama anak kelas 10).
Ia sudah sampai di depan gerbang sekolah. Ternyata, gerbang sekolah sudah ditutup oleh satpam.
Lah? Ditutup anjir! Lewat mana nih gw? Batinnya.
Ia tidak mau terlihat oleh guru BK yang selalu siap di dekat pintu gerbang untuk memarahi anak yang terlambat. Kantor guru BK memang di dekat gerbang sekolah. Mungkin saja, itu sengaja agar guru BK bisa menyeretnya ke ruang BK, serta mengomelinya habis-habisan.
Ada warung, tuh! Kebetulan, gue lagi laper. Mana tadi belum sempet sarapan lagi! Yaudah ah sarapan dulu aja deh. Batinnya lagi.
Ia memutuskan ke warung makan untuk sarapan. Sedari tadi, perutnya keroncongan karena bekum sempat sarapan di rumah.
"Bu, pesen nasi pecelnya satu." Katanya pada penjual tersebut.
"Loh? Kamu kenapa nak? Terlambat?" Tanya si penjual.
"Iya, Bu. Hehe... Saya bangun kesiangan."
"Udah berapa kali kamu terlambat?"
"Sering sih Bu." Jawabnya dengan santai. Karna ia tahu bahwa dirinya sudah biasa terlambat.
"Kamu itu gimana, sih? Sekolah kok terlambat terus? Entar dimarahin gurunya rasain sendiri." Ia mengomel padanya seraya menasihatinya, serta sibuk membuat pecel.
"Tenang, Bu. Saya berusaha biar gak ketahuan sama guru BK."
"Kamu ini! Malah ngeyel kalo dibilangin!"
"Hehe... Iya deh bu. Maaf."
"Percuma kalo kamu minta maaf tapi besoknya ngulangin hal yang sama. Yaudahlah. Ini pesenan kamu. Semuanya jadi 10 ribu."
Ia menyodorkan uang 20 ribu kepada si penjual lalu menunggu kembalian yang ia terima.
"Ini, nak. Kembaliannya 10 ribu. Lain kali jangan terlambat lagi, ya!" Si penjual menasihatinya dengan sabar dan mencoba untuk tetap tenang menghadapi perilakunya.
"Iya, bu. Makasih."
Ia mencari tempat yang nyaman supaya ia bisa sarapan dengan rasa tenang. Ia sengaja makan sembunyi-sembunyi agar satpam tidak mengetahui keberadaannya.
• • • • •
Selesai sarapan, ia mencari cara untuk melewati pintu belakang sekolah agar bisa langsung masuk ke kelas. Ruang kelasnya memang di lantai 2. Tetapi, ia harus mencari cara agar tidak ketahuan oleh guru kalau ia terlambat. Ia pandai mencari alasan (alias berbohong) untuk menghindari ocehan wali kelasnya.
"Kamu terlambat ya?" Tanya Pak Tomi padanya saat ia sedang menuju kelasnya.
"Enggak kok pak."
Benar saja. Ia pandai berbohong soal keterlambatannya kali ini.
"Lah? Terus itu tasnya siapa kalo bukan tas kamu?" Lagi-lagi Pak Tomi bertanya padanya.
"Oh, ini tasnya Bu Sarah. Saya disuruh ngambil tasnya Bu Sarah dari Lab. IPA."
"Lab. IPA kan dikunci."
"Tadi saya sudah ngambil kuncinya kok pak."
"Ohh... Saya kira kamu terlambat. Ya sudah, sekarang kamu masuk kelas. Nanti tertinggal pelajaran."
"Iya, pak."
Ia menghelas nafas panjang, menandakan ia berhasil membuat Pak Tomi percaya padanya.
Ia segera lari menuju kelasnya dan masuk lewat jendela kelas. Untungnya, Bu Sarah tidak ada di kelas. Jadi, kemungkinan kena omelan karna terlambat lebih kecil.
"Woy, Jer! Bukain jendelanya!" Ia memanggil temannya, Jerry, untuk membukakan jendela kelas agar ia bisa masuk.
"Lu telat lagi bro?"
"Iya. Udah ah! Curhatnya entaran aja. Buruan, entar ada yang liat."
"Bentar. Gue bukain jendelannya."
Jerry membuka jendela kelas dengan hati-hati. Teman-temannya sedang sibuk mengerjakan tugas dari Bu Sarah, wali kelasnya. Ini kesempatan bagus baginya supaya tidak ketahuan oleh teman-temannya.
• • • • •
Ia melangkah melalui jendela dengan sangat berhati-hati. Untung saja, jendela kelas pendek, sehingga ia bisa dengan mudah masuk melalui jendela. Ia berhasil masuk lewat jendela kelas.
Lagi-lagi Jerry bertanya, "Lu kenapa telat hah?"
Kebetulan, Jerry adalah teman sebangkunya. Jadi, ia bisa mengobrol dengan Jerry.
"Hari ini ada PR IPS. Lu udah ngerjain?"
"Hah? PR? Udah, sih. Tapi baru setengahnya doang anjirr..."
"Yahh... Elu mah kebiasaan!"
"Pinjem PR lu, dong!"
"Berapa nomor?"
"5 doang."
"Cih! Banyak itu mah..."
"Sekali-sekali lah..."
"Yaudah, nih."
"Thankyou bro!"
Tiba-tiba Bu Sarah datang. Dan...
"Anak-anak, cepat kumpulkan PR IPS kalian," perintah Bu Sarah.
Mampus lo! Batin Rendy.
• • • • •
Hai man teman :") Gimana ceritanya? Hehe... Baru prolognya doang sih. Tapi gpp :)
Maaf kalo ceritanya agak gaje karna aku sendiri baru pemula. Istilahnya masih 'NOOB'. Hehe...
TOLONG HARGAI KARYA ORANG LAIN.
Next? Komen dulu ya.
Jangan lupa juga buat vote.
Share ke temen-temen kalian juga ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario [✔]
Novela Juvenil"Memilikimu bukanlah sesuatu hal yang sulit bagiku. Tetapi tentang bagaimana caraku memahamimu dengan segala kekuranganku." -Rendy. • • • • • • ⚠WARNING⚠ 1) Cerita berdasarkan imanjinasi pengarang. 2) Banyak typo bertebaran. 3) Baper? Authornya gk t...