You, and My Coffee (Part 1)

3.8K 268 9
                                    

Biasakan sebelum membaca, Vote yah yorobun. Lalu Komen, gomawo 😘

.

.

.

.

Bulan purnama terlihat lebih anggun malam ini. Mungkin hanya perasaanku saja atau sinarnya memang berbeda ? Di sana , pada bagian outdoor kafe ini , sinar bulan itu membias menyirami kalian. Kalian yang selalu datang ke kafe ini. Slalu setia dan saling mencintai.

Sementara aku ?

Tidak perlu terburu-buru mengetahui siapa aku. Malam masih panjang, dan aku masih ingin terus jadi pengamat di balik meja bar , sebelum kuberi tahu siapa diriku.

Satu cappuccino dan satu coffee and cream yg kalian berdua pesan telah kubuatkan. Siap untuk diantar ke meja kalian. Khusus untukmu, gadis dengan rambut hitam panjang. Setiap kau datang ke kafe ini, kau slalu memesan cream lebih banyak dalam kopimu. Ketika kau menungguiku membuatkan kopi , pernah aku bertanya mengenai selera tinggimu terhadap creamer. Dan kau malah tersenyum , senyum yg tak mampu ku beri arti. Aku terus bertanya meski jawabanmu tetap sama , tersenyum lalu pergi membawa secangkir kopi penuh dengan creamer itu ke mejamu.

Karena seringnya kau bekunjung ke kafe ini , kau bahkan sudah tau namaku. ‘Lalisa’ nama yg tertera di atas kantong seragamku , tapi kau memanggilnya dengan sebutan ‘Lili’ empat huruf tanpa arti , tapi jadi berkesan saat bibirmu yg mengatakannya.

“Lili” dia berteriak memanggil namaku , satu tangannya melambai menyuruhku untuk menghampirinya. Dan aku menurut karna memang itu tugasku pada pelanggan.

“Waeyo ?” tanyaku , saat aku sudah di hadapan gadis cantik itu.

“Creamer di kopiku , ini sangat sedikit. Bisa kau tambahkan lagi ?” pintanya dengan lembut dibarengi senyuman indahnya , damn! Aku belum pernah melihat senyuman semanis itu , dan lagi oh apa itu gummy smile ? Oh god sungguh sempurna ciptaanmu ini. Dan jantungku , berdetak dua kali lebih cepat.

“Lili” aku tersadar dari lamunanku , lebih tepatnya dari pesona gadis di hadapanku.

“ah , mian. Waeyo ?” ucapku berpura-pura tidak mendengar perkataannya.

Sebenarnya aku sengaja menguranginya , agar dia tidak sekarat karena kelebihan gula. atau pulang ke rumah dengan vonis diabetes dari dokter. Namun , dia hanya pelanggan dan aku baristanya. Setiap permintaan pelanggan adalah tuntutan kerja bagi barista, khususnyaa di kafe ini. Dia tersenyum , lalu menggelengkan kepalanya.

“Bisa tambahkan creamer lagi?” Ulaangnya , dan berat hati aku mengangguk dan menambahkan kadar creamer dalam kopinya. Aku memanjatkan doa semoga setiap gula yg dia telan tidak akan berdampak apa-apa , kecuali akan menambah kadar manis pada senyumannya.

.

.

.

.

.

“Gwenchana ?” Aku beranikan diriku bertanya padanya saat aku melihat ada bekas airmata di mata indahnya , oh tidak. Mata indah itu kini sembab.

“Kau tau , aku sudah di bohongi” jawabnya , sungguh wajahnya terlihat sangat sedih.

“Nuguya?” tanyaku mengudara

“Seseorang yg aku anggap istimewa”
Aku langsung tau kemana arah cerita ini berlanjut , ada sedikit rasa sesak saat dia mengatakkannya. Bahwa ada seseorang yg dia anggap spesial , aku hanya menelannya dalam diam.

“Lili..” panggilnya lagi.

“...duduklah , temani aku” lanjutnya , aku menaikkan satu alisku. Shit, jantungku berdebar seakan akan keluar dari tempatnya. Aku duduk di depannya dengan gugup yg aku tahan.

Short Story (JenLisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang