1. Bagaimana Berawal

14 3 0
                                    

Kita terjebak, pada sebuah lingkup yang selalu aku hindari. Kau bilang kau akan terus disini. Itu benar bagimu. Tapi mengapa aku tidak?. Sebab ada yang hadir, mengaku sebagai penyembuh luka. Ia berikan aku lelucon, membuat aku tertawa dan menyadari hal terpenting dalam mencintai. Aku tau ini sebuah kesalahan besar, tapi benar kata boy chandra dalam bukunya, Cinta lebih butuh seseorang yang bisa terus berada disisinya, bukan hanya orang yang memaksanya untuk terus bertahan. Tanpa kau sadari kau memaksaku bertahan dengan hal yang tak terlihat, kau bahkan jarang berinteraksi denganku, seakan aku memang bukan siapa siapa bagimu. Aku tahu itu memang sifatmu, sejak dulu kau selalu begitu. Tapi apakah setiap perasaan tidak patut diperjuangkan?.

Enghhh, Aku minta maaf, karena mencari kesalahanmu padahal kini aku yang salah. Seseorang hadir, dengan perhatiannya yang membuatku terhenyak. Dia tahu bagaimana harus menahan perasaannya padaku, karena ada seseorang yang sedang kujaga hatinya, begitu. Aku begitu bodoh karena menerimanya di hidupku dengan mudah. Padahal kau, selalu merasa begitu sulit untuk membuatku tertawa tulus. Sebenarnya tidak, aku benar benar tertawa dihadapanmu, untuk beberapa kali di masa lalu. Sebab tak ada yang perlu kau khawatirkan dari perasaanku. Aku akan tetap begitu, untuk tiga tahun yang lalu, dan entah akan sampai kapan.

Sebab aku tidak bisa lagi untuk kali ini. Aku tidak bisa mengkhayal terlalu jauh tentang kita. Ada banyak hal yang membuat kita harus menghentikan ini. Bahwa kau, nyatanya tidak akan berakhir di aku. Aku juga tidak mengerti, mengapa kita masih bisa begitu dekat padahal tidak ada alasan untuk dipertahankan. Kita sering berdebat tentang hal kecil, kita selalu menyalahkan kala kerinduan begitu pekat, kita begitu egois saat berbincang. Seperti, kau memaksaku untuk terus kalah dan salah. Padahal, jelas itu keegoisanmu yang berakar panjang. Aku tidak ingin mencari penyelesaian dengan bertengkar dan menghentikan komunikasi seperti beberapa waktu lalu. Karena saat itu, aku benar benar tidak ingin melepasmu dengan keegoisan yang sama. Dan hal itu, nyatanya muara dari hal sepele yang sedang kita tempati sekarang. Aku miliki luka, sebab terlalu sering mengalah dan tersenyum kecut, dan kau selalu menang dengan keegoisanmu yang kau bangga-banggakan itu. Aku miliki luka, yang tak pernah kau obati. Dan kau dengan jelas, memberikan tempat bagi seseorang untuk menyembuhkan lukaku.

Ini semua, sudah salah sejak awal. Nyatanya begitu.

-Sarah, Pada awal kisahnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 16, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PARAGRAPHWhere stories live. Discover now