EDGAR
1
Minggu, 20 Januari 2019
"Besok pagi aku mengajar, mungkin jum'at baru bisa mengunjungi kalian ke Jogja." Laki-laki itu baru saja merebahkan tubuhnya diatas sofa yang nyaman setelah meletakkan koper besarnya di salah satu sudut ruangan. Matanya sedikit terpejam dengan posel yang masih menempel di telinga. Penerbangan London – Jakarta yang hampir menghabiskan waktu 16 jam itu benar-benar membuat tubuhnya kelelahan. "Daniel sudah mencarikan apartement untukku." laki-laki itu menatap ke arah dapur dimana seorang pria berusia 30 tahuan dengan kemeja putihnya tengah sibuk menyiapkan makan siang.
"Edgar! Lo Mau pedas gak?" mendengar teriakan dari dapur, laki-laki di atas sofa itu melambaikan tangannya memberi isyarat. Tak lama kemudian dia segera mengakhiri panggilan itu dan meletakkan ponselnya di atas meja.
Laki-laki itu bernama Edgar Addison, seperti namanya yang ke barat-baratan, penampilannya juga tidak jauh dari itu. Wajah tampan blasteran Indonesia Jerman terlihat sangat kental dengan kulit putih yang cenderung pucat. Rambutnya sengaja dicat hitam pekat karena Edgar memang tidak menyukai warnah asli rambutnya yang kecoklatan. Dengan tinggi sekitar 185 cm Edgar benar-benar memancarkan pesona yang sangat kuat sebagai pria yang diidam-idamkan para wanita. Di usianya yang ke-25 tahun ini dia terlihat lebih dewasa dengan kacamata berbingkai tipis menempel di hidung mancungnya. "Lo tidur sini?" Tanya Edgar sambil berjalan menuju dapur.
"Enggak lah, istri gue bisa ngamuk kalo gue gak ada di rumah. Besok pagi gue jemput jam 9, okey!" ucap Daniel sepupunya, laki-laki itu meletakkan dua mangkuk mie instan di atas meja makan. Keduanya duduk dan menghabiskan makan siangnya tanpa banyak bicara. Setelah memberikan beberapa informasi tentang apartement itu, Daniel segera bergegas pulang dengan menenteng sekantong penuh oleh-oleh dari London. "Gue balik dulu, bye!".
Daniel adalah adik sepupu Edgar yang usianya 5 tahun lebih tua darinya, dia adalah seorang dosen tetap di Universitas dimana Edgar akan mengajar besok. Bukan kebetulan, tapi memang Daniel lah yang merekomendasikan posisi itu pada Edgar.
***
Hari minggu ini benar-benar melelahkan, Edgar tertidur cukup lama karena kesulitan dengan perubahan waktu di Indonesia. Sekitar pukul 11 malam dia baru bangun dan menyadari tidak ada sebotol pun air mineral di apartementnya. Dengan sedikit kesal dan wajah yang berantakan, Edgar segera berjalan keluar menuju mini market 24 jam yang ada di depan gedung apartementnya.
Dari balik kaca mini market, Edgar tidak sengaja melihat seorang gadis memuntahkan isi perutnya. 'Mabuk?' begitulah yang Edgar pikirkan tentang gadis itu. Setelah membayar dan mendapatkan apa yang ia butuhkan, Edgar berjalan kembali menuju apartementnya. Di perjalanan dia kembali bertemu dengan gadis yang ada di depan mini market. Gadis itu berjalan sempoyongan. "Dia juga tinggal di gedung ini?" gumamnya saat mendapati gadis itu berjalan masuk ke gedung yang sama dengannya.
Mereka berdiri di depan lift sambil menunggu pintu lift terbuka. Beberapa saat kemudian seorang wanita paruh baya datang bersamaan dengan terbukanya pintu lift, karena tergesa-gesa tanpa sadar tas yang ditenteng wanita itu mengenai pantat gadis tersebut. Edgar yang tidak tahu apa-apa berjalan dengan santainya menuju pintu lift, sampai langkahnya terhenti saat gadis itu berbalik dan menampar wajahnya dengan keras. Edgar yang masih terkejut tidak bisa bereaksi mendengar begitu banyaknya umpatan yang keluar dari mulut gadis itu. Dia baru tersadar ketika melihat pintu lift tertutup dan mengetahui dirinya yang terpaku sendirian karena kejadian tadi "Sial!".
Karena terlalu kesal, Edgar memilih menggunakan tangga darurat untuk mencapai apartementnya di lantai 4.
***
YOU ARE READING
Belum Ditemukan
Teen FictionSebuah pertemuan yang tidak disengaja antara dua orang dari masa lalu, membuka kenangan buruk yang terselip diantara perpisahan mereka. Terdapat konflik cinta yang cukup rumit namun masih bisa dinikmati.