5. Lima

29 4 1
                                    

Lepaskan lah dia yang menorehkan luka di hatimu, dan pertahankan lah dia yang selalu membuatmu bahagia.

Adesya_

🍃🍃🍃

Auristela's POV

Kau tau apa yang kurasakan? Sakit, sangat sakit. Bagaimana tidak? aku melihat dengan jelas orang yang ku sayangi dipeluk oleh wanita lain, dan sialnya wanita itu mantan kekasihnya, orang yang pernah menjadi prioritas dikehidupan seorang Reinhard Gibran, bahkan sampai sekarang mungkin dia masih yang nomor satu di hati Rei.

Sebisa mungkin aku berusaha agar dapat menyelesaikan lagu yang sedang kunyanyikan, biarpun rasanya ingin ku lempar saja Mic ini kepada dua insan yang tengah berpelukan itu.

Hey stela ingat dia bukan siapa siapa mu, kenapa kau harus marah, entah rasa sakit ini muncul tak di undang, setelah menutup acara ini, aku bergegas untuk keluar dari ruangan ini, aku menahan nafasku sesaat saat aku melewati mereka berdua, tapi tunggu apa ini, ada yang mencekal tanganku, ku balikan badanku, dan aku melihat dia menggenggam pergelangan tanganku, dia memberi isyarat untuk ku agar tidak meninggalkan tempat ini, namun Sialnya perempuan yang tengah memeluknya berusaha menarik tangan Rei agar melepaskan ku. Pandanganku teralihkan kepada orang yang tengah duduk di meja samping Rei berdiri, aku memberikan sedikit isyarat kepadanya, berharap dia peka dan mengajak ku pergi. Namun dia tak tahu maksud S.O.S yang ku berikan, dia hanya mengerutkan keningnya, dan mencoba memahami maksudku. Aku berdecak kesal dan harus mencari cara agar dapat terlepas dari suasana ini.

"Stela.." Suara itu, aku mengenalnya, sangat mengenalnya. Aku membalikan badanku kesumber suara, setelah tahu siapa yang memanggilku, aku kembali menghadap Rei.

"Maaf Rei, Jemputanku sudah datang, tolong lepaskan tangan ku." Rei menatap ku bergantian dengan menatap dia yang tadi memanggilku.

Dan akhirnya Rei pun melepaskan tanganku, aku langsung berjalan menuju pria yang tadi memanggilku, kutarik tanganya untuk meninggalkan tempat ini.

"Hey kau mau bawa aku kemana?" Aku menghentikan langkahku dan membalikan badanku menghadapnya, dia mendekat, kedua tanganya menakup pipiku, dan dia menghapus air mataku dengan menggunakan ibu jarinya. Ah sial kenapa cairan bening ini dengan lancangnya keluar dari mataku.

Aku melebarkan mataku, ketika dia membawaku kedalam pelukanya, ingin sekali ku berontak, tapi hati kecilku berkata untuk tetap bertahan di posisi ini, dan aku memutuskan untuk tidak melepaskan pelukanya, dia mengelus punggungku dengan lembut, memberikan sedikit ketenangan di hatiku.

"Menangislah, tak usah di tahan." tanpa berfikir panjang aku langsung menangis di pelukanya, entah aku benar benar sudah tak bisa menahan rasa sakit ini, selama ini aku cukup sabar untuk menahan sakit ini, namun saat ini hati ku sudah lelah dan tak bisa menahan air mataku.

Oh tuhan kenapa cinta sendiri ini sangat menyakitkan.

Setelah aku merasa tenang, aku melepaskan pelukannya. Pemandangan pertama yang kulihat, Senyumnya, senyum manisnya yang menunjukan gigi kelincinya, sungguh dia terlihat sangat tampan.

"Sudah merasa lega 'huh?" aku hanya menganggukan kepala ku.

Dia merahih salah satu tanganku, dan menuntunku untuk ikut denganya. "Aku tau suatu tempat yang cukup bagus untuk suasana hatimu saat ini."

Aku memutar bolamata ku jengah. "Bisa kah kau mengantarku pulang? Tempat yang cukup bagus untuk suasana hatiku sekarang adalah kamar ku, jadi tolong antarkan saja aku ke apartemen ku."

PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang