Ch 9

4.2K 390 7
                                        

.

.

.
Angin malam yang dingin membelai lembut wajah pemuda dengan surai hitam yang berayun. Sedikit menggigil pemuda itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket yang ia kenakan.

Kakinya berhenti tepat satu jengkal dari aspal, satu persatu orang-orang ikut berhenti tepat di samping dan belakangnya.

Seraya memunggu lampu hijau, mata oniks mulai mengedar ke daerah seberang. Dapat dilihatnya deretan restoran dan kafe yang cukup ramai pengunjung yang kebanyakan adalah para anak muda.

Mata itu terus mengawasi, hingga menemukan pemuda yang digandeng dengan mesra oleh seorang perempuan.

Sepasang kekasih.

Mendadak pemuda itu merasa lampu hijau lama sekali tak kunjung datang.

Oniksnya kembali bergulir, hingga ia menemukan sebuah mobil yang ia kenali baru saja parkir di depan sebuah restoran yakiniku.

Tak lama kemudian seseorang keluar dari arah kursi kemudi. Si pemuda oniks mendengus.

Tepat setelah itu keluarlah seorang perempuan cantik yang langsung menggandeng pemuda yang baru saja keluar dari mobil tersebut.

Mereka kemudian berjalan memasuki restoran. Sedangkan pemuda oniks itu kembali mendengus. Bukan urusanku, ujarnya dalam hati.
.

.

.
Naruto menatap malas pada Samui yang masih sibuk memilih menu yang ingin dia makan.

"Bisakah sedikit lebih cepat?" Ujarnya dengan nada malas.

Samui mendecak "Lebih baik kau diam, biarkan aku memilih"

Pemuda Namikaze itu mengeluarkan ponselnya. Ia membuka salah satu kontak dan mengrimkan sebuah pesan.

Sedikit lama ia menunggu, namun tidak ada balasan sama sekali. Naruto meletakkan ponselnya dan menumpukan sikunya pada meja, kemudian mengurut pangkal hidungnya.

"Naruto?" Panggil Samui

"Kau sudah memesan?" Pemuda itu sedikit mendongak.

"Kenapa kau kusut sekali? Ada masalah?"

Naruto tidak tahu pasti kenapa ia merasa kesal, terlebih lagi seseorang telah mengabaikan pesannya sejak tadi pagi.

Samui menutup buku menu dan menyerahkannya pada pelayan yang kemudian undur diri untuk menyiapkan pesanan.

"Naruto, ada yang perlu aku bicarakan"

"Apa"

"Sebeneranya aku tidak yakin akan membicarakan hal ini sekarang, karena bisa saja kau pergi tanpa membayar pesananku, kau kan tipe lelaki yang tidak bisa bertanggung jawab" ujar Samui seraya terkekeh, menimbulkan perempatan imajiner di dahi Naruto.

"Aku hanya bercanda"

Naruto memutar bola matamya jengah "Katakan"

Samui melipat tangannya di depan dada dan menumpukannya diatas meja "Aku rasa cukup kau bermain-main Naruto, terlebih lagi hanya kau satu-satunya harapan bagi ayahmu"

"Ck.. kau mengajakku kemari untuk menceramahiku?"

"Bukan begitu.. ini semua tentang paman Minato, dia berusaha sangat keras untuk dapat membangkitkan perusahaan ini, kau masih ingat kejadian lima tahun lalu?"

Suasana mendadak muram, Naruto pun kehilangan kata-kata. Kalau ditanya tentang kejadian 5 tahun lalu tentunya Naruto sangat mengingatnya. Ia ingat bagaimana ayahnya bekerja sangat keras hingga jatuh sakit selama berhari-hari, kala itu pun Kushina sang ibu tidak dapat melakukan apa-apa. Sering terjadi pertengkaran, dan semakin lama suasana di kediaman pun terasa semakin dingin.

✔️Tell The Truth! Idiot!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang