Author pov
Naila Larasati, gadis manis berkulit putih dengan mata indah, jilbab panjang yang selalu menutupi rambutnya, iris mata cokelat yang membuat siapa saja bisa terpesona. Panggilannya Nai, usia yang masih begitu muda 18 tahun, baru saja menyelesaikan pendidikan Putih Abu abu di salah satu sekolah swasta yang ada di kotanya. Anak pertama dari dua bersaudara, yang tentunya kedewasaan harus sudah dimilikinya.
Adzan subuh telah berkumandang, seperti alarm sejati yang selalu membangunkannya di setiap pagi. Shalat baginya bukan hanya sebuah kewajiban, melainkan kebutuhan.
Nai Pov
"Huft eung" erangnku saat suara indah terdengar begitu nyaring di telinga. Jelas itu bukan sebuah nyanyian, ataupun alarm yang berada di sebelah ku, hanya sekedar menemani tanpa sekalipun aku gunakan. Haha yaa memang tidak pernah, karena suara adzan sudah menjadi alarm terbaik untuk membangunkan.
Ku buka mata perlahan, dan beranjak dari tempat tidur untuk mengambil wudhu, dinginnya air yang membasuh wajah ku sangat menenangkan, begitu nikmat kurasakan. Selesai mengambil wudhu, tentunya aku lanjutkan dengan rutinitas awal ku di pagi ini, yaa shalat
"Ya Allah ya Tuhan kami,, zat yang maha membolak balikkan hati manusia, teguhkanlah hati hamba diatas agamamu, wahai zat yang maha mengatur rencana, indahkan lah rencana mu sesuai rencana hamba, bahkan jauh lebih indah, wahai zat yang maha mengetahui isi hati, pantaskanlah hamba sepantas pantasnya wanita muslimah yang mengharap syurga dari mu, aamiin"
di selang do'aku, tak hentinya aku mendoakan kedua orang tua yang begitu berharga di hidup ku, setetes air mata tak berhasil ku bendung, rindu yang teramat dalam, pada kedua sosok yang telah membesarkanku. Aku pun beralih meraih ponsel dan mengetikan sesuatu, terdengar suara sambungan telpon diujung sana, yaa aku menelpon orang tuaku.
"Assalamuaaikum ma"
"Waalaykumussalam wr. wb" suara di sebrang sana
"Mama apa kabar, baik kan? "
"Alhamdulillah baik teh, teteh kapan pulang? Mama, Papa sama adek udh kangen lhoo"
"Masih lama mah, kan Nai baru kelulusan, masih banyak yang harus diurus"
Terdengar desahan suara mamanya yg mengharapkan anaknya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Because
RomanceHanya sekedar keyakinan, kau meyakinkan ku, aku meyakini mu. Kita buat komitmen, deal?