PROLOG

36 4 0
                                    

Ini tentang kehidupan. Beda keluarga, tentu akan memiliki cerita yang berbeda. Dan pastinya juga memiliki rahasia masing-masing. Dada saya seketika disesakki berbagai macam perasaan yang enggak saya kenal wujudnya. Senang, sedih, terharu, luluh, bahagia, penghargaan, penerimaan diri… Entah bagaimana semuanya bisa tertuang didalam "Angkasa Izinkan Saya Merindu".

Angkasa bagaikan cenayang, peramal, si pembaca pikiran, apapun itu, silakan sebut sendiri. Mengapa saya bilang demikian?

Begini, biasanya, ketika saya merasa ada beban berat yang bersarang di pundak, saya pasti langsung menceritakannya kepada orang terdekat saya. Berdua saja.

Bukan, bukan solusi yang saya cari. Kehadiran orang tersebut yang saya butuhkan. Dia ada sebagai tempat saya berkeluh kesah. Dia ada untuk memberikan telinganya dan mendengarkan. Dia ada untuk memberikan hati, menenangkan saya.

Mungkin saat kalian membaca beberapa kisah dari cerita ini akan terbesit dibenakmu "Ini bukan cerita novel, bukan pula cerita fiksi remaja, bahkan ini tak terlihat seperti cerita pendek". Ini Surat. Surat yang berisi “Tentang memori, gagal, tumbuh, patah, bangun, hilang, menunggu, bertahan, berubah, dan semua ketakutan manusia pada umumnya.”

"Saya ingin menyampaikan ini kepada, Angkasa. Saya harap Angkasa membaca surat dari saya".

Angkasa Izinkan Saya Merindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang