WIR 11

163 22 2
                                    

Kim Nam Joo

Pemotretan hari ini cukup membuatku lelah. Aku datang pagi-pagi dan baru selesai saat matahari sudah tenggelam. Kapan aku mendapatkan pria kaya?

"Nam Joo-ah!"

Aku melambaikan tanganku begitu Young In sudah datang. Dia memberikanku kopi. Ternyata dia tau apa yang aku mau.

"Kau baru pulang kerja?" tanyaku.

"Hm. Perusahaan sedikit kacau," ujarnya. Aku mengerutkan keningku. Perusahaan besar seperti JYS Group bisa kacau?

"Waeyo? Apa terjadi sesuatu?" tanyaku penasaran.

"Aku tidak yakin dengan apa yang ku dengar. Kau tau putra kedua JYS Group yang menghilang selama bertahun-tahun? Dia tiba-tiba datang ke kantor dan langsung membuat keributan," jelasnya.

Daebak! Putra kedua yang sangat misterius itu? Aku selalu mencari berita tentangnya, namun tidak ada satupun artikel yang mampu mengungkapkan siapa sebenarnya sosok pria itu.

"Kau melihatnya? Bagaimana rupanya?" tanyaku semakin penasaran.

"Ani. Direktur menyuruh menghapus semua CCTV saat itu. Ku rasa direktur pun tidak mau identitas adiknya terungkap."

Aku semakin penasaran dengannya. Kenapa kakaknya sendiri menyembunyikan identitas adiknya? Apa adiknya seorang koruptor atau mafia? Ya, itu membuatku merinding.

"Kajja. Aku antarkan kau pulang," ujarnya.

Young In berjanji akan membeli mobil bulan depan. Aku benci naik bus karena itu akan merusak sepatu mahalku. Apalagi pada saat pagi buta, banyak sekali orang yang naik bus sehingga harus berdesak-desakan.

"Aku benar-benar penasaran dengan putra kedua itu. Apa yang harus aku lakukan?"

Young In tidak cukup untuk membelikan semua keinginanku. Dia hanya pekerja di JYS Group. Aku ingin berpacaran dengan putra dari perusahaan terkenal itu. Membayangkannya saja sudah membuatku kesenangan.

"Nam Joo-ah, kau mencintaiku?"

Kakiku berhenti melangkah. Kenapa dia bertanya begitu? Tidak ada angin, tidak ada hujan, dia bertanya hal semacam itu.

"Tentu saja. Aku selalu berterima kasih pada Tuhan karena sudah mempertemukan kita," jawabku.

Young In menggenggam tanganku lebih erat. Entah kenapa tiba-tiba Sung Jae terlintas dalam pikiranku. Dia tidak pernah bertanya seperti Young In. Dia hanya sibuk membicarakan undian sialannya itu.

•••

Ahn Hee Yeon

Malam-malam begini, Eomma sudah sibuk menyiapkan makanan. Aku sebetulnya ingin sekali menyuruh Eomma berhenti bekerja. Usianya sudah diatas 50 tahun, seharusnya dia tidak perlu bekerja lagi.

"Eomma," panggilku dengan pelan. Eomma hanya menjawab seadanya.

"Eomma," panggilku lagi.

"Wae?"

"Saranghae."

Eomma menghampiriku dan duduk di kursi. Dia tampak kebingungan.

"Kau sakit?" tanya Eomma.

"Aniyo. Memangnya tidak boleh aku mengungkapkan perasaanku pada Eomma?"

Aku terkekeh pelan. Walaupun aku selalu bertengkar dengan Eomma, tetapi aku sangat menyayanginya. Dia lebih berharga dari diriku sendiri.

"Eomma, boleh aku bertanya?" tanyaku. Eomma mengangguk mengiyakan.

"Saat aku kecelakaan dulu, apa yang terjadi padaku?" tanyaku.

"Waeyo? Kenapa kau mengungkitnya lagi?" tanyanya.

Sejujurnya aku hanya penasaran. Ada yang aneh pada diriku setelah kejadian itu. Aku tidak pernah mau bertanya, tetapi kali ini aku memberanikan diri.

"Saat itu aku hampir mau mati melihatmu. Berkali-kali dokter mengatakan tidak bisa membantumu tetapi aku terus memohon agar kau selamat."

Dengan fokus aku mendengarkan cerita Eomma. Aku sungguh tidak ingat saat kecelakaan itu. Sepertinya aku amnesia, tetapi aku masih mengingat siapa diriku serta Eomma dan Young In.

"Eomma merasa bersalah karena tidak sempat menemui penyelamatmu," Eomma memelankan suaranya. Seperti ada isakan yang berusaha disembunyikan.

"Siapa yang menyelamatkanku?" tanyaku.

"Yeoja. Eomma tidak tau siapa dia. Saat malam hari, dokter memberitahu kau mendapatkan donor hati. Aku berencana menemuinya setelah operasi, namun dokter mengatakan pasiennya meninggal di saat operasi berlangsung."

Jantungku rasanya mau lepas. Bagaimana mungkin aku mengalami hal seperti itu? Ini cerita sungguhan? Jinjja.

"Eomma benar-benar tidak tau siapa orangnya? Jeongmal?" tanyaku lagi.

"Keluarganya langsung membawa orang itu cepat-cepat. Dokter juga tidak mau mengungkapkan identitasnya karena kemauan keluarga."

Jadi selama ini organ hati yang ada di tubuhku milik orang lain? Kenapa aku baru tau sekarang. Aku bahkan tidak berterima kasih padanya. Jika tidak ada dia mungkin aku sudah mati saat itu.

Aku teringat dengan temannya Cho Rong. Apa ini ada hubungannya? Ani! Tidak mungkin pria itu ada hubungannya. Bisa saja aku menangis secara kebetulan pria itu ada di butik. Terkadang orang bisa menangis tanpa tau sebab.

"Hiduplah dengan baik. Walaupun kita tidak tau siapa orang yang menyelamatkanmu setidaknya buatlah dia bangga. Kau harus menjaga hati itu agar tetap baik di dalam tubuhmu."

Aku mengangguk. Aku akan selalu berterima kasih pada wanita itu. Semoga saja aku bisa tau di kemudian hari, agar aku sempat mengucapkan terima kasih.

•••

Jangan lupa tinggalkan komen dan vote ya 🙏

비가 내리면 || When It RainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang