"HEEEEYYYY NAAAATT!!! BANGUUUUUNN!!." Teriak Eliya sambil mengetuk pintuku berkali-kali, aku tidak habis pikir dia tidak takut suaranya habis apa!? Teriak-teriak mulu agar aku bangun.
"Apa El? Ini masih jam setengah lima, biarkan aku tidur." Sambil melirik jam yang terletak dimeja belajar disebelah kiri kasurku dengan tatapan malas.
"Bangunlah!, Aku ingin kau membantuku membuat sarapan hari ini, aku tidak tau apa yang harus kumasak." Meskipun dia ada di balik pintu kamarku, aku sangat yakin dia pasti menunjukkan wajah memelas agar aku mau membantunya.
"Baiklahhh, beri aku waktu 10 menit untuk bersiap-siap." Sambil mencoba untuk bangun dan pergi mengambil seragam beserta handuk.
Entah bagaimana, seolah-olah ia bisa membaca pikiranku dia berkata :
"Apa kau akan langsung memakai seragammu? Bukankah nanti seragamnya kotor karena kita akan memasak.?" Tanyanya dibalik pintu. Padahal aku selalu mengunci kamarku dan dia tidak pernah masuk ke kamarku setiap pagi! Tapi bagaimana dia bisa tau??... Well maybe it's because we're bff?.Aku berjalan membuka pintu kamarku dan menghadiahkannya tatapanku yang selalu mengantuk (yah... aku selalu mengantuk padahal aku sudah tidur 6-8 jam sehari).
"Aku tidak sepertimu yang setiap kali memasak selalu berantakan seolah-olah kau sedang berperang, El. Dan jika kau terus bertanya, aku akan kembali tidur."
Dia menunjukkan ekspresi kesalnya kepadaku tapi aku malah menyengir melihat wajahnya."Baiklah pergi mandi sana!! Dasar pemalas." Balasnya dan memutar tubuhnya, pergi meninggalkanku yang menyengir.
A
ku sudah selesai mengenakan seragam dan menyusun buku-buku baruku, lalu pergi ke dapur untuk membantunya memasak. Sebenarnya kami tinggal bersama sejak kelas 9, rumah yang kami tempati saat ini adalah milik ibunya.
Eliya berasal dari keluarga yang elit, tetapi mereka tidak pernah menunjukkan kemewahan mereka, melainkan mereka mengenakan pakaian sederhana dan tidak seperti orang kaya kebanyakan yang memamerkan betapa kayanya mereka.
Kami dekat karena ia yang menemukanku, ia anak yang supel tidak sepertiku yang 'kurang' dalam pertemanan, dan ia selalu datang kepadaku saat ia tidak sibuk dikerumuni teman-temannya yang banyaknya minta ampun (jujur saja dia sangat populer... Terbalik kan?), pada akhirnya kami berteman saat kelas 8.
"Tampaknya kau sudah siap untuk bersekolah hari ini. seperti biasa, kau rapi sekali.. tidak kusangka kita sudah kelas 2 SMA sekarang. Senangnya kita sekelas lagi~."
Seperti biasa Eliya memberikan senyuman manisnya setiap kali kami bertemu, dan seperti biasa ia dapat menghidupkan suasana.
Aku meletakkan tas di kursi didepannya, dan memakai celemek, kami pun mulai memasak. Ia tidak ingin berurusan dengan kompor, setiap kali ia memasak, pasti berantakan. Oleh karena itu dia selalu meminta bantuan ku dan tugasnya memotong dan menyiapkan bahan-bahan.
Meskipun ia hidup dalam keluarga elit dan penuh kasih sayang, dia sangat pandai memasak walaupun berantakan. Terkadang ia membuatku iri karena semua masakannya selalu enak, dan ia sangat terampil menggunakan pisau. (bahkan dia menunjukkan kehebatannya seperti chef yang menunjukkan keahliannya dalam menggunakan pisau!!).
Setelah selesai memasak dan memakan sarapan kami dengan tenang, meskipun dapur menjadi berantakan. Tapi tentunya kami langsung membersihkan dapur setelah selesai memasak, agar tidak buru-buru.
"Terimakasih karena mau memasak bersamaku Nat! (Sambil menunjukkan senyumannya), aku sangat senang sekali kau mau memasak denganku lagi seperti dulu. Walaupun kau sering memasakkan makanan untukku." Ucap Eliya sedikit tertawa.
YOU ARE READING
19 DAYS SURVIVAL
RandomHai, namaku Natasha Andrew Tarnira. Teman-temanku biasa memanggilku Nat, aku hanyalah seorang siswi dari sekolah yang bernama Jesam. Awalnya aku mengira bahwa kehidupanku akan berjalan normal, sampai aku diculik dan dimasukkan ke dalam permainan den...