2. Usaha Blaire

19 4 0
                                    

Wanita berusia 30-an itu sedari tadi mengelilingi rumah barunya untuk mencari sesuatu yang sejak dulu ia cari, matanya mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru rumah besarnya.

Ia bingung, mengapa ia tidak menemukan yang ia cari. Seingatnya, hal yang ia cari terletak di ruangan besar rumah ini. Dan ruangan besar itu hanya kamar yang ditempatinya dan kamar yang ditempati anaknya.

Semoga ada. Batinnya berharap.

Krieett

Wanita itu mendorong lemari kamarnya, wajahnya berubah pucat dan panik kala ia tak menemukan apa yang ia cari.

Celaka!

"Kalau tidak ada disini, berarti..
Oh astaga!" Sontak ia langsung berlari menuju kamar anaknya. Ia membuka pintu kamar anaknya dengan keras, dan menemukan Quinzy—atau yang kerap disapa Zee itu sedang berbaring memakai headset.

Zee yang sedari tadi asik dengan kegiatannya kaget melihat perilaku dan wajah ibunya yang panik.

"Ada apa denganmu, Mom?" Tanyanya khawatir.

"Tidak apa apa, Zee. Oh ya! Bagaimana kamar barumu, kau menyukainya?" Tanya Blaire mencoba menetralkan rasa paniknya.

"Kamar barunya bagus, tetapi tadi aku mendengar ketukan dan dobrakan yang keras di plafon dan lemari." Ucapnya dengan jujur.

"Lemari?" Beonya dan langsung melirik ke arah lemari.

"Iya , Mom. Dan kau tau sesuatu?" Tanya Zee yang membuat ibunya penasaran.

"Apa?" Ucap Blaire semakin panik, ia takut bila anaknya itu mengetahui apa yang disembunyikannya selama ini.

"Lemari itu tidak bergerak sedikitpun meski dobrakannya sangat kuat." Ucap Zee dengan kebingungan yang tercetak jelas diwajahnya.

"Mungkin itu ulah tikus, bagaimana jika kita bertukar kamar agar kau nyaman." Ucap Blaire seraya membujuk anaknya.

"Kurasa tidak perlu, aku sudah terlanjur nyaman dan suka dengan kamar ini. Yaaa, meskipun banyak tikus yang ikut tinggal bersamaku." Jawab Zee dengan penolakan yang lembut diakhiri dengan kekehan kecilnya.

"Emm.. tidak tidak, mommy tidak setega itu membiarkan anak kesayangan mommy ini tidur dan bersilaturahmi dengan hewan menjijikan itu." Blaire tidak menyerah dengan keinginannya itu, ia terus mencoba membujuk Zee meski yang ia dapat adalah penolakan.

"Sudahlah mom, lagipula aku nyaman-nyaman saja."

Blaire menghela napas kasar "Yasudah, selamat beristirahat kembali." Ucap Blaire sembari menutup pintu kamar Zee.

Tak ada yang tahu, bahwa wanita itu sedang membuat rencana selanjutnya.

🔪🔪🔪

Malam Harinya...

Tok! Tok! Tok!

"Dasar tikus sialan!" Teriak Zee yang tidurnya terganggu karena ketukan itu. Telinganya ia tutup dengan bantal untuk menahan ketukan agar tidak masuk ke pendengarannya.

"Siapa yang kau bilang tikus." Zee samar- samar mendengar suara yang menurutnya familiar.

"Mom?" Ucap Zee sambil terduduk.

"Ada apa malam-malam ke kamarku?" Tanyanya lanjut.

"Em.. apa aku mengganggumu?" Tanya Blaire dengan raut wajah ketakutan.

Zee menaikkan satu alisnya. "Tidak, Mom? What's wrong?" Tanyanya bingung.

"Apa kau kamu menemaniku tidur..di kamarku?" Tanyanya ragu.

Zee yang melihat itu tersenyum jahil.

"Ah, Mom. Apa kau takut tidur sendirian?" Tanyanya yang hanya dibalas cengiran ibunya.

"Mom mom. Mangkanya cari pengganti Dad. Agar ada yang menemanimu tidur." Ucapnya menggoda sambil mengedipkan sebelah matanya.

Blaire yang mendengar perkataan anaknya itu hanya memutar bola matanya malas.

"Kau ini, suka sekali menggodaku." Sungut Blaire  sambil mencebikkan bibirnya.

"Hehehe. Ayok mom." Zee mulai mengambil guling kesayangannya dan meninggalkan ranjangnya lalu menghampiri ibunya.

Ibu dan anak itu berjalan beriringan menuju kamar.

Zee mulai berbaring duluan diranjang ibunya. Blaire pun mulai mengikutinya dengan berbaring di samping Zee.

"Good night, sweety." Ucap Blaire sambil mematikan lampu dan seluruh ruangan gelap gulita.

"Yes mom." Ucap Zee menuju alam mimpi.

Mereka tidur saling membelakangi. Zee tidak menyadari, bahwa Blaire menyeringai jahat ditengah kegelapan.

🔪🔪🔪

Blaire mulai melancarkan aksinya. Perlahan ia turun dari ranjang dengan hati-hati agar Zee tidak merasakan pergerakannya. Ia pun perlahan mulai berjalan mengendap-endap menuju luar kamar. Blaire seperti maling dirumahnya sendiri.

Setelah berhasil keluar kamar, Blaire segera menuju gudang bawah tanah. Ia harus tetap berhati-hati. Karena ia juga tidak ingin para pelayannya mengetahui apa yang ia lakukan.

Ngiik

Pintu gudang mulai terbuka, ia mulai mencari saklar untuk menyalakan lampu gudang, cahaya oranye yang tidak terlalu gelap mulai menerangi ruangan.

Blaire mengibaskan satu tangannya di depan hidungnya. Debu yang sangat banyak membuat pernapasannya sedikit terganggu.

"Sial! Kotor sekali ruangan ini." Rutuknya kasar.

Dia mulai berjalan ke arah rak perkakas dan mengambil peralatan yang ia butuhkan untuk menjalankan aksinya. Setelah itu dia keluar dari ruangan kotor itu dan menuju kamar Zee.

Sesampainya dikamar Zee, dia mulai melakukan apa yang sudah ia rencanakan sore tadi. Seluruh rencana dan aksinya sudah berhasil semua dan berjalan dengan lancar

Se-selesainya, Blaire mulai menutup pintu kamar Zee dan menuju gudang tadi untuk menaruh perkakas yang ia bawa kembali ke tempatnya agar tidak ada yang curiga.

Blaire mulai memasuki kamarnya kembali, takut jika Zee terbangun dan ia tak ada disampingnya.

Ia kaget melihat jam dan cepat cepat mengambil posisi awal dan mulai tertidur.

Dasar menyusahkan. Gumamnya sebelum masuk ke alam mimpi.

🔪🔪🔪

Ketukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang