Awal Mula

17 0 0
                                    

"He's so tall and handsome as hell."

***

Namanya Princessa Svyatoslav. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di SMA Bimasakti, predikat perempuan tercantik di sekolah otomatis langsung disandangnya. Dengan tinggi 175cm, rambut panjang lurus sepinggang, dan wajah cantik serta mulus bak model, tidak heran predikat tersebut melekat pada dirinya.

Mungkin, jika aku adalah laki-laki, akupun akan jatuh hati kepadanya. Ayolah, laki-laki normal mana yang tidak jatuh hati dengan parasnya? Bahkan mungkin malaikatpun iri dengan kesempurnaannya. Namun ternyata harapan tinggal harapan karena Princessa Svyatoslav adalah sejenis putri salju berdarah dingin yang tidak mau berteman dengan siapapun.

Kecuali aku.

***

"Minggir." Ucapan dingin itu keluar dari bibir sahabatku, Princessa Svyatoslav, sang Dewi sekolah.

Princessa sama sekali tidak mau menatap orang yang sekarang sudah duduk di hadapannya, tempat yang seharusnya aku duduki. Sementara aku hanya terdiam di sebelah laki-laki itu sambil membawa nampan berisi bakso milikku dan milik Essa yang ku pesan tadi.

Seolah berpura-pura tidak mendengar ucapan dingin Essa, laki-laki itu kembali berusaha untuk mendapatkan hati Essa. "Lo ga bakal nyesel kalo lo terima gw jadi pacar lo, Sa."

Aku menutup kedua bibirku. Astaga. Ini gila. Tentu saja tidak ada yang tidak mengenal Fernando Valdi yang menyadang sebagai ketua OSIS di SMA mereka. Tidak ada, catat itu. Bukan hanya itu, Fernando juga merupakan salah satu laki-laki tertampan yang berada di jajaran most wanted boy SMA Bimasakti. Jangan ditanya berapa banyak perempuan yang bermimpi untuk bisa menjadi pacarnya dan sekarang lihatlah, laki-laki itu yang datang sendiri dan menyatakan cinta kepada sahabat ku sendiri!

Princessa hanya menyipitkan kedua mata berwarna hijaunya sekilas. Walaupun belum lama bersahabat dengannya, tapi aku sudah sangat hapal dengan sikapnya yang barusan yang menunjukkan bahwa ia tidak suka.

"Lo budek? Ga denger kata-kata gw? Gw bilang minggir kan?"

Masih dengan suara tenang, penolakan itu kembali dilontarkan oleh Princessa. Sementara aku hanya bisa menghela napas sambil menaruh nampan berisi bakso di atas meja. Sebelum Essa bertindak terlalu jauh, lebih baik aku mengingatkan Fernando.

Aku menepuk pundak Fernando pelan sebelum laki-laki itu dipermalukan oleh sahabatku sendiri, dan ketika laki-laki itu menoleh menatapku, aku hanya bisa tersenyum miris. "Do, udah ya. Please, lo pergi dulu. Essa bentar lagi marah."

Seolah mengerti bahwa meneruskan semuanya hanya akan berakhir sia-sia, Fernando hanya sanggup menghela napas dan beranjak pergi dari meja kami. Sementara itu aku melihat raut wajah Princessa berubah menjadi tidak enak karena kejadian tadi.

"Jangan bete gitu sa, namanya perasaan kan ga ada yang bisa ngatur. Resiko cewe cantik ya banyak yang ngejar-ngejar."

Ucapan dariku sanggup membuat Princessa sedikit tersenyum. Memang ada benarnya tapi entah mengapa Princessa sama sekali tidak suka jika ada yang mengejarnya hanya karena alasan sedangkal itu. "Bullshit Rena! Ga ada yang bener-bener sayang sama gw kalo bukan karena wajah cantik dan kekayaan bokap gw! Gak ada, Na!"

Aku mengelus pundak sahabatku perlahan, kemudian tersenyum terhadapnya. "Lo gak boleh ngomong gitu, Sa. Ga semua orang mau bersahabat sama lo cuma karena luarnya lo. Dan ga semua yang nyatain cinta sama lo karena tampang dan uang lo. Pasti bakalan ada kok yang tulus sama lo tanpa semuanya itu, cuma lo perlu bersabar aja, Sa. Sabarrrr."

My Wildest DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang