Dara keluar dari kelas menuju kantin. Sambil jalan, Dara ngirim pesan buat Theo supaya pacarnya itu nelpon dia. Dara malas kalo dia yang nelpon Theo duluan, kan Dara cewek.
Gengsi :)
Di kantin, Dara beli es teh trus duduk sambil nunggu telpon dari Theo. Gak lama nunggu, ponsel Dara bunyi. Itu telpon dari Theo.
"Halo, Sayang."
"Theo ... "
"Kamu nyuruh aku nelpon, gak kayak biasanya. Kenapa ?"
"Kamu gak ngabarin aku. Aku khawatir sama kamu Theo."
Diam sejenak diantara mereka berdua.
"Dara, maaf ya. Kemarin aku sibuk banget."
"Sibuk ya. Hari ini kamu gak sekolah juga. Saking sibuknya kah ?"
"Iya, maaf ya sayangnya Theo."
"Kamu nelpon aku cuman buat itu ?"
"aku mau jalan sama kamu. Sore ini bisa kan ?"
"Sore ini ya ... "
Dara diam nunggu jawaban Theo.
"Ok, aku jemput kamu ya."
"Nggak, kita ketemuan aja."
"Ketemuan ? Maunya ketemu dimana ?"
"Nanti aku chat kamu."
"Yaudah deh."
"Hm,"
"Gak ada lagi yang mau diomongin ? Kangen gitu sama aku,"
"See you."
" ... yaudah, see you sayangnya Theo."
Dara tutup telponnya duluan. Dia ngehela napas.
Sorenya, Dara nunggu Theo dicafe mereka berdua pernah kencan. Dara harus nunggu selama 20 menit sebelum akhirnya Theo datang dengan hoodie coklat dan paperbag.
Theo senyum lebar begitu ngelihat Dara yang nunggu buat dia.
"Hai, sayangnya Theo," sapa Theo dengan senyum lebarnya. Dara balas senyum Theo. Ah, senyum itu kelemahan Dara.
Theo duduk didepan Dara terus ngasihin paperbag yang ia bawa ke Dara. Dara ngambil paperbag itu dan liat isinya.
Dara diam natap jam tangan yang dikasih Theo. Dia natap Theo yang natap dia hati-hati, khawatir kalau Dara gak suka sama apa yang dia kasih.
"Makasih, Theo," Dara senyum manis ke Theo.
Theo ngehela napas lega. Dara suka jam pemberiannya. Ah, jantung Theo deg-degan natap senyum Dara yang manis banget itu.
"Habis ini mau jalan kemana ?" tanya Theo.
Dara diam sejenak. "Kayaknya gak jadi deh," jawab Dara.
"Loh kenapa ?" tanya Theo bingung.
"Theo, aku mau ngomong." Dara mulai serius.
Theo yang dengar Dara mulai ngomong pake nada serius jadi gugup sendiri. Ada apaan nih ?
"Hm? Kenapa ?" tanya Theo.
"Aku ... mau break," ucap Dara. Theo diam.
"Aku capek, Theo. Kamu sayang sama aku tapi kamu ... gak ngabarin aku kemarin. Dan itu terjadi lebih dari sekali. Kamu juga masih sering kelahi padahal kamu tahu aku gak suka. Kamu ... aku gak tahu lagi,"
Theo diam buat ngecerna omongannya Dara.
"Aku sayang sama kamu makanya aku bertahan tapi aku capek Theo," Dara natap Theo lurus ke mata pemuda itu.
"Kita istirahat ya ?"
Theo ngeraih tangan Dara buat dia genggam.
"No, please. Aku sayang banget sama kamu. Jangan putus," pinta Theo.
Dara diam. Mungkin Theo mau menjelaskan sesuatu.
"Aku minta maaf karena gak ngabarin kamu kemarin. Aku ... minta maaf. Please jangan putus sama aku,"
Gak ada penjelasan ? Dara senyum miris.
"Theo, aku gak minta putus. Aku mau kita istirahat dulu. Instropeksi diri masing-masing. Aku capek sama kelakuan kamu, aku butuh ngisi tenaga buat ngadepin kamu lagi." ucap Dara.
Theo ngadep Dara. Gadis itu juga diam menatapnya.
"Satu bulan ?" pinta Dara.
"Kelamaan, aku gak bisa." tolak Theo. "Dua minggu," ucap pemuda itu final.
Dara diam sejenak sebelum akhirnya mengangguk.
"Aku pulang. Kamu gausah nganter, aku bawa kendaraan sendiri. Bye, sayangnya Dara."
Theo menghela napas. Setidaknya Dara gak minta putus dan ucapan terakhir dari bibir Dara itu jaminannya.
"Bye, sayangnya Theo," balas Theo begitu Dara udah pergi.
[aku gak tau mau kasih End atau Tbc]
Nanti mereka diungkit dikit-dikit kok.
Untuk sekarang, masalah Dara end dulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
FANISYA
Teen Fiction"Fan, gue mau cerita." "Fan, kemarin gue ketemu dia. Dia jalan sama cewek lain," "Fan, menurut lu, gue nembak Vika pake apa ya ?" "Fan-" "Fan-" Cuman cerita tentang Fanisya dan novel Twilight-nya yang biasa jadi tempat curhatan teman-temannya soal m...