"Gue kemarin dimarah sama Mamah gegara ketahuan pacaran sama Theo. Lo tau kan, Theo itu anaknya tuh penampilannya aja kayak gitu, ketauan banget bukan anak baik-baik. Badboy gitu sih ... "
Dara mainin jarinya sambil cerita ke Fanisya. Fanisya sendiri masih baca novel ditangannya sambil dengerin cerita Dara. Jangan tanya gimana fokusnya bisa terbelah dengan mudah gitu.
"Trus kemaren, Theo tiba-tiba gak ada kabar, sampai sekarang. Bikin gue khawatir." Dara ngangkat kepalanya buat natap Fanisya. "Fan," panggil Dara.
Fanisya noleh ke Dara. "Hm ?"
"Theo ... dia gak bakal kenapa-napa kan ?" tanya Dara. Mukanya nampak gugup banget.
Fanisya diam. Ia menghela napas sejenak lalu menutup novelnya dan meletakkan kacamata bacanya.
"Dar," panggil Fanisya pelan. Ia natap Dara lekat. "Apa yang bikin lo berpikir kalo Theo itu bakal kenapa-napa ?" tanya Fanisya.
Dara diam sebentar. Gadis dengan rambut diikat ekor kuda itu membasahi bibirnya sebelum menjawab. "Theo itu kan, kayak yang lo tau, dia itu anaknya berandal. Suka berantem, itu yang bikin gue khawatir."
"Jadi, lo pikir dia gak ngabarin lo kemaren karna lagi berantem gitu ?" tanya Fanisya.
"Mungkin ... " Dara menjawab ragu.
Fanisya menghela napas panjang trus megang bahu Dara. Maksa teman sekelasnya itu buat natap dia. Dia tau banget Dara ini anaknya gak suka terlibat masalah. Dia gak suka sama anak yang sering berantem gitu, makanya pertama kali dengar Dara jadian sama Theo yang anaknya berandal itu Fanisya lumayan kaget.
"Dar, dengarin gue."
"Lo tau dia anaknya berandal, selalu bikin lo khawatir. Kenapa lu masih aja peduli ? Dia tau kalau lo gak suka liat dia berantem, tapi dia masih aja berantem walaupun lo tau. Kalo dia beneran sayang sama lo, dia bisa aja berubah demi lo. Dia gak akan buat lo khawatir dan bakal selalu ngasih kabar ke lo."
Fanisya diam sejenak buat liat Dara yang gigit bibirnya gelisah. Karna apa yang Fanisya bilang itu benar adanya.
"Lo beneran sayang sama Theo ?"
Pertanyaan ini gak langsung dijawab sama Dara.
"Lo benar. Kalo Theo beneran sayang sama gue, dia gak akan lakuin ini ke gue. Apalagi lebih dari sekali dia begini."
Fanisya lepas tangannya dari bahu Dara. Ia ngangguk kecil setuju dengan ucapan Dara yang juga nyetujui ucapan dia.
Keduanya diam untuk beberapa waktu. Fanisya kembali masang kacamatanya dan membaca novel Twilight-nya. Sedangkan Dara bangkit sambil mengeluarkan ponselnya. Tapi sebelum dia keluar dari kelas, Dara berhenti di ambang pintu dan natap Fanisya.
"Fan," panggil Dara.
Fanisya ngangkat kepalanya buat balas natap Dara. Teman sekelasnya itu tersenyum lembut padanya.
"Makasih ya,"
Fanisya itu terkenal cuek seangkatan. Dia orangnya masa bodo-an dan gak terlalu ikut campur urusan orang. Tapi kalau ada yang cerita pasti direspon ama dia. Dan Fanisya itu bisa jaga rahasia. Makanya semua orang itu nyaman berbagi cerita atau masalah mereka sama Fanisya.
Fanisya ngangguk pelan dengan senyum tipis sebagai respon, "Sama-sama."
Gadis dengan rambut diikat ekor kuda itupun menghilang dibalik daun pintu kelas. Fanisya masih menatap kepergian Dara. Diam-diam ia berdoa, semoga Dara tidak terlibat dengan seseorang seperti Theo lagi.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
FANISYA
Fiksi Remaja"Fan, gue mau cerita." "Fan, kemarin gue ketemu dia. Dia jalan sama cewek lain," "Fan, menurut lu, gue nembak Vika pake apa ya ?" "Fan-" "Fan-" Cuman cerita tentang Fanisya dan novel Twilight-nya yang biasa jadi tempat curhatan teman-temannya soal m...