1. Sadiq, Ika dan Asel

142 11 8
                                    

Siang ini, di suatu rumah sederhana dengan gaya minimalis berwarna abu-abu dan pagar hitam, terdengar suara gemercik air yang berasal dari kamar mandi. Bukan karena ada yang lagi mandi atau ada yang buang air. Tapi,

"ALES! COBA LIAT AIR DI BAK MANDI, UDAH PENUH KAYAKNYA"

"IYA, TUNGGU"

"KAMU INI TUNGGU TUNGGU MULU! KAYAK ADA HAL YANG LEBIH PENTING AJA!"

"SABAR ASTAGAA"

"BURUAN! NTAR AIRNYA TUMPAH-TUMPAH TRUS TAGIHAN LISTRIK JADI NAIK EMANG KAMU MAU BAYAR? HA?"

Alesha menghela napas jengah mendengar ocehan mamanya yang sudah menjadi santapan tiap hari. Terpaksa ia harus meninggalkan buku-buku pelajarannya dan mematikan kran air seperti instruksi mamanya.

Selepas mematikan kran air, Alesha kembali mengerjakan pr di kamarnya dengan malas. Sungguh ia bosan. Sebenarnya ia mana mau mengerjakan pr di rumah, tapi karena hari ini penyakit bosannya kambuh, jadilah ia mengerjakan pr.

Sejauh ini Alesha berhasil menjawab 7 dari 15 soal, hampir setengah lah ya, hehe. Namun gerakan tangannya terhenti ketika terdengar bunyi notifikasi dari ponselnya.

Sadiq
Sha, tmnin bli sbn sm bhn kue. Disruh bnda.

Membaca chat tersebut, Alesha berdecak kesal. Ia tidak suka melihat chat singkat dari orang yang aslinya cerewet. Apalagi kalau kata singkatnya itu susah dimengerti. Menjengkelkan sekali. Percayalah Sadiq itu cerewet lebih dari apapun.

Alesha
Sbn apaan woy?

Sadiq
Sabun.

Alesha mendengus geli. Ia jadi flashback dimana sepupu sebayanya itu diomeli bundanya saat disuruh beli sabun cair untuk mesin cuci dia malah beli sabun cair cuci piring. Semenjak itu, Sadiq selalu mengajak Alesha jika disuruh belanja oleh bundanya.

Alesha
Oke, lo yang kesini.

Sadiq
👍

Selain itu, jarak rumah mereka juga tidak jauh, hanya beda 3 rumah atau lebih tepatnya mereka bertetangga. Hal itu semakin mempermudah komunikasi mereka.

Alesha bergegas memakai hoodienya lalu berjalan keluar menunggu kedatangan Sadiq.

"Oy bu! Nungguin jodoh ya?" Datanglah Sadiq dengan motor matic merahnya.

"Enggak mas, saya lagi nunggu kang sampah, nih orangnya" ujar Alesha lalu memukul helm Sadiq.

"Buset woi! Helm abang gue nih! Kalau lecet gue yang dihajar! Kalau gue bilang lo yang ru-"

"Bacot. Buruan! Panas nih!" Seru Alesha yang sudah duduk cantik di belakang Sadiq.

"Panas, panas. Orang lagi mendung gini dibilang panas, dasar cewek." Cibir Sadiq lalu melajukan motornya.

•••

"Sel gue putus.. lagi huhuu"

"Haha! Mampus lo!"

"Lo.. jahat banget sel. Sahabat lagi galau gini dimampusin."

"Bodoamat. Ntar aja ngomongnya, gue lagi di luar. Mau ketemuan dimana?"

"Hisk, di Carety aja"

"Oke oke, ntar gue kabarin kalo udah otw"

"Iya"

Sambungan pun terputus. Dalam hati, Alesha sudah menyiapkan beribu kata untuk menyadarkan salah satu sahabatnya itu. Malika namanya, biasa dipanggil Ika. Cewek yang ga betah sendirian atau bahasa kerennya, jomblo. Alesha capek sendiri liatnya. Bukan karena apa, tapi tiap putus Ika selalu melapor sambil nangis. Ujung-ujungnya Alesha yang kerepotan.

ALESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang