Siapa yang tidak kenal dengan model cantik serta penuh pesona seperti Hazel Aprodita? Model asal asia tersebut berhasil menyorot perhatian dunia permodelan ditambah dengan scandal yang terus menyelimuti kariernya. Hubungan asmaranya selalu menjadi incaran setiap wartawan. Pria yang pernah dikencaninya selalu terdiri dari orang-orang yang berpengaruh di California ataupun dunia. Seperti minggu lalu, ia baru saja kembali memutuskan hubungan dengan pewaris tunggal Algerio Grup. Keduanya dikabarkan menjalin hubungan seminggu lalu dan sekarang sudah kandas?! Sungguh julukan Mankiller sangat pantas disandingkan pada Hazel.
"Haz, kita baru kemarin resmi menjadi sepasang kekasih!"
Hazel menyeruput minumannya santai. Tidak terusik oleh wajah penuh amarah pada pria dihadapannya.
"Hazel!"
"Diamlah, Hans. Aku lelah. Kau begitu mengatur hidupku. Aku tidak bisa menjalin hubungan dengan cara seperti ini," sahut Hazel santai.
Saat ini mereka berada di Amora Caffe. Caffe langganan Hazel. Dekorasinya yang unik semakin membuat Hazel nyaman. Mungkin itu yang membuat para pria menginginkan Hazel. Gadis sederhana walaupun dia sudah menjadi model terkenal. Bahkan wajah cantiknya selalu muncul di majalah setiap minggunya. Cukup dengan pakaian casual tanpa topi ataupun kacamata hitam untuk kabur dari para wartawan seperti model lainnya. Ia cukup cuek walaupun ia tahu kalau hal tersebut berpengaruh pada kariernya. Tapi, ya, masa bodoh dengan itu semua. Toh, kariernya hancur dia tetap akan hidup.
"Kau tidak bisa memutuskan hubungan kita begitu saja. Come on, babe, aku sudah menyiapkan makan malam romantis untuk kita," bujuk pria bernama Hans tersebut.
"Aku tidak tertarik, Hans. Nanti malam aku sudah ada janji bersama pria lain," jawab Hazel.
Hans meremas rambutnya frustrasi. Andai saja Hazel pria sudah ia buat babak belur, tapi sayangnya Hazel seorang wanita. Hans mengira ia akan menjadi pria terakhir dalam hidup Hazel, tapi gadis nakal itu seakan-akan belum selesai bermain.
"Itu salahmu sendiri. Semua orang sudah berhati-hati padaku, tapi kau dengan mudahnya men...."
Brak!
Dengan emosi Hans menggebrak meja dihadapannya. Kontan saja mereka menjadi pusat perhatian. Hans Lucian seorang anak menteri dan sang angsa emas California, Hazel Aprodita tengah berseteru. Ada yang menatap penuh minat, ada yang masa bodoh, dan ada yang tengah merekam kejadian tersebut. Bahkan Hazel tampak biasa-biasa saja. Wajahnya masih tetap tenang.
"Kau memang wanita iblis! Tidak punya perasaan! Suatu saat nanti kau akan merasakan apa yang aku rasa bahkan berjuta kali lipat! Jika hari itu tidak datang, maka aku sendiri yang akan mengirimnya. Camkan itu!" geram Hans sambil menunjuk Hazel.
Tapi sayang, wnaita itu masih enggan menunjukan emosinya. Justri ia tengah melihat kuku-kukunya yang tampak berkilau. Yang semakin menyulut amarah Hans.
"Sudah? Kalau begitu aku harus pergi. Nanti malam aku harus tampil menarik. Apa kau masih bisa membayar makanan kita? Atau aku saja?" ujar Hazel sambil meraih tasnya.
"Tidak perlu! Aku bisa bayar sendiri!" tukas Hans.
"Kau sungguh pria yang baik."
Setelah berkata begitu, Hazel keluar dari Amora Caffe dengan santainya. Pakaian casualnya menambah kesan masa bodoh Hazel. Beru saja masuk ke dalam mobil, ponselnya berdering. Sebuah panggilan masuk. Nama Sarah tertera jelas di layar ponselnya. Sahabat sekaligus manegernya.
"Hmmm."
"Kau putus lagi?!"
Hazel memutar bola matanya jengah. Sudah jadi kebiasaan wanita itu menjadi penceramah bagi Hazel jika seperti ini. Sarah akan menjadi orang pertama yang akan membuat telinganya panas.
"Sudah kukatakan. Berhentilah mempermainkan perasaan pria. Nanti kau akan kena karmanya!"
See? Sarah sudah menasehatinya dengan karma. Hazel memutar bola matanya malas.
"Itu akan mempengaruhi kariermu, Haz. Berhentilah!"
"Mereka...."
"Ya ya ya! Mereka sendiri yang terpikat olehmu," potong Sarah malas, "tapi mereka juga bisa menghancurkan karier dan hidupmu, Haz. Aku menyayangimu."
"Aku lebih menyayangimu, Sarah."
"Aku yang lebih menyayangimu."
"Baiklah, kali ini aku mengalah. Kau yang paling menyayangiku," desah Hazel lelah.
Lalu keduanya tertawa bersama. Tertawa hanya hal konyol seperti itu kadang membuat lebih dekat.
"Aku akan menemui Ivan."
"Kau akan menerima ajakan Mattew? Seriously?" tanya Sarah memastikan.
"Of course, babe. Aku juga tidak peduli dengan gosip nantinya," sahut Hazel.
"Aku tahu kau tidak akan peduli," gumam Sarah.
"Baiklah, kalau begitu kututup dulu. Nikmatilah malam mu bersama Sean," goda Hazel.
Hazel menutup ponselnya dan mulai malajukan mobilnya meninggalkan Amora Caffe. Malam ini ia akan tampil menarik. Bukannya apa, dia hanya begitu risih dengan kehadiran Caroline di pesta. Model asal Milan tersebut membuatnya gerah dengan pandangan sinisnya mengenai pakaian yang akan ia kenakan.
_______________________
Pesta pertunangan Alexa dan Athan diselenggarakan dengan begitu mewahnya. Para tamu yang terdiri dari para pengusaha dan kalangan elite berbaur dalam satu ruangan. Gemerlap lampu menyorot dengan angkuh. Hazel meneguk winenya dengan cara yang begitu elegant. Di sampingnya, Mattew tengah berbincang mengenai bisnis bersama seorang pria paruh baya. Karena jenuh, Hazel memilih berlalu menuju taman yang berada di samping bangunan. Indah, pikir Hazel.
"Ku rasa wanita secantik dan sexy sepertimu tidak pantas berada di sini dan menjauh dari pesta."
Hazel membalikan tubuhnya. Tertegun, itulah respon Hazel. Pria dengan wajah adonisnya yang menyihir kornea mata Hazel. Namun, kemudian dia menyerngitkan dahi. Wajah bak dewa itu seperti tidak asing.
"Hallo, sexy," sapanya menyeringai geli.
Maxmillan Xander Dimitri. Hazel memutar bola matanya jengah. Sang The Ladykiller berdiri di hadapannya dengan sejuta pesonanya. Bukannya terpesona, justru Hazel merasa muak. Pria tanpa sopan snatun sungguh membuat Hazel muak.
"Ada apa lagi?" tanya Hazel malas.
"Aku sangat merindukanmu, babe. Mulut pedasmu itu sangat ingin kulumat habis," ujar Xander suara berat.
Entah udara yang semakin dingin atau suara berat Xander yang membuatnya meremang. Shit! Hazel begitu benci jika ada moment bersama pria mesum ini. Ingin sekali Hazel merobek mulut Xander yang tanpa filter.
"Bahkan aku muak melihatmu," sarkas Hazel.
Xander tertawa hingga memegangi perutnya. Entah di kalimat mana perkataan Hazel yang berisi lelucon. Atau, memang pria itu saja yang gila? Hanya dia dan Tuhan lah yang tahu.
"Ternyata kau di sini, Haz."
Thanks God! Hazel mendesah lega. Kedatangan Mattew menyelamatkannya dari Xander.
Mattew langsung merangkul pinggang Hazel posesif. Membuat rahang Xander mengeras dengan sendirinya. Matanya menatap tangan Mattew tajam.
"Oh, ada Xander juga. Kau terlihat semakin tampan saja."
"Tentu, tapi maaf aku tidak suka pujian lelaki," sarkasnya.
Mattew tertawa renyah kemudian pamit undur diri bersama Hazel.
Well, ternyata tidak mudah untuk membuat si cantik bermulut pedas itu membuka diri untukku. Baiklah, aku akan memaksanya membuka kakinya lebar-lebar untuk ku kunjungi, batin Xander menyeringai.
*********
KAMU SEDANG MEMBACA
Ladykiller Vs Mankiller #Dimitri Series 1 ( Slow Update )
Romance⚠ Adult Story ⚠ Update tidak menentu. *** "Aku akan membuatmu meneriakan namaku di mulut tajammu. Membungkam lidahmu disekujur ereksiku. Dan, membuatmu memohon untuk terus ku masuki." Maxmillan Xander Dimitri "Dasar bastard mesum. Otakmu hanya ter...