JANGAN URAI RAMBUTMU

6 0 0
                                    

Jangan urai rambutmu

Mentari jatuh di ujung cakrawala menyirami laut dengan cahaya jingga lembayung senja. Aku yang terus terpana melihat keindahannya, menyanyikan lagu cinta di atas balai bambu yang penuh cerita. Ku lepaskan gitar yang sedari tadi ku peluk, bersandar di balai bambu dan ku biarkan hari berganti malam.

Pendaran rembulan meyirami lautan yang sedari tadi ku tatap, tak terasa malam begitu cepat berlalu.

"Bang Hans, apa yang sedang Abang lakukan?" teriak Riri yang perlahan mendekatiku.

Tanpa menunggu perintahku dia sudah merebahkan badannya di balai bambu yang mulai rapuh, dan ikut bersamaku menghabiskan pendaran rembulan berdua.

"Dek, jangan urai rambutmu" pintaku tanpa menoleh padanya.
"Kenapa?" memperbaiki duduknya dan menoleh ke arahku.
"Percaya tidak percaya, itu mengundang kuntilanak untuk hadir".
"Betulkah? Adek hanya ingin membiarkan angin malam tertawan di rambut Adek, untuk Adek jadikan bunga mimpi dengan angin yang sama saat Abang tidak ada disini" sambil mendaratkan kepalanya di bahuku.
"Biar Abang ceritakan satu hal, mungkin itu bisa membuat Adek selalu ingat larangan Abang ini untuk tidak mengurai rambut. Tetapi rapikan rambut Adek terlebih dahulu" mengambil jepitan rambut di tangannya dan aku mulai merapikan rambutnya.
"Ayo Bang" sambil memperbaiki duduknya.

Aku mulai mengisahkan tentang kejadian 2011 seseorang yang lolos dari pelukan kuntilanak.

Saat itu, saat bulan purnama lagi terang - terangnya menyirami bumi dengan cahayanya terdengar sayup - sayup sepasang suami-istri sedang bertengkar, pertengkaran yang cukup hebat sehingga memaksa istri untuk lari dari rumah. Dia berlari menuju ujung kampung dan bersembunyi di hutan. Karena lari terburu-buru dia membiarkan rambutnya terurai, tak lama waktu berselang dia mendengar seseorang hadir ditempat itu merasa dia sedang diikuti suaminya dia segera mencari semak belukar untuk bersembunyi. Tetapi suara itu langkah kaki itu terus menghampirinya, dia mengintip diantara semak belukar betapa kagetnya dia ternyata yang datang bukanlah suaminya melainkan sesosok jin yang sedang memegang kepalanya. Tanpa menunggu perintah dia sudah membaringkan badannya di semak belukar dan tak sadarkan diri.

Selang waktu berganti dia tersadar dia berada di atas pohon besar di tengah hutan, dia melihat jam yang mengikat di tangannya waktu sudah menunjukkan pukul 00.19. Dia melihat ke sekelilingnya bagaimana untuk turun dari pohon ini, masih sibuk mencari jalan turun tiba-tiba saja sesosok kuntilanak muncul dihadapannya, aku pernah bertanya kepadanya perihal sosok kuntilanak itu, dia berkata wajahnya hancur, rambutnya terurai sepunggung, kakinya tak menyentuh tanah, tapi apapun yang di sentuh kuntilanak itu seperti layu terbakar.
Dia tak mampu bergerak, bibirnya kaku tidak bisa di gerakkan. Sedang si kuntilanak bergerak pelan ke arahnya, dia membatin dia tidak mau mati konyol di sini. Allahu Akbar, hanya kata itu yang mampu keluar dari bibirnya perlahan badannya mulai bisa di gerakkan. Entah kekuatan apa yang hinggap saat ketakutan melanda, yang awalnya tidak mengerti bagaimana cara turun dari pohon itu dia langsung "srek, srek, srek" dengan sigap menuruni pohon besar itu. Lalu berlari tanpa tahu tujuannya kemana, yang dia tahu hanya bagaimana cara untuk menjauh dari kuntilanak itu. Dia terus berlari, tak terasa malam berlalu begitu cepat.

Dia menoleh ke tangannya jam 3.59, tiba-tiba kuntilanak itu sudah berdiri di hadapannya. Karena terkejut dia terjatuh, kuntilanak itu bergerak mendekati. Menyeret badannya ke belakang, dengan bantuan tangan. Tetapi kuntilanak itu terus mendekati dengan wajah seakan ingin memakannya.
Dia tertahan oleh pohon yang ada dibelakangnya, tak bisa kemana-mana. Kuntilanak itu perlahan mengangkat tangannya dan di arahkan ke kepalanya. Detik demi detik berlalu, dia mulai pasrah seandainya dia harus mati di tempat ini. Kuntilanak itu semakin dekat, karena takut dia menutup matanya dia merasa tangan kuntilanak menyentuh sedikit rambutnya.
Berselang beberapa detik, tidak terjadi apa-apa kepadanya. Memberanikan diri mengintip sedikit dan dia tidak mendapati kuntilanak itu. Sayup-sayup suara adzan subuh terdengar, ternyata dia lari ke arah yang benar. Dia tidak jauh dari perkampungan, dia bangkit dan segera menuju ke rumahnya.

Setiba dirumah dia langsung memeluk suaminya erat-erat dan menangis sesenggukkan dan "praakk" terjatuh.
Hanya hitungan jam, berita sudah tersebar di seluruh kampung. Siang bolong orang yang penasaran akan kebenaran cerita yang beredar memadati rumahnya untuk mengklarifikasi berita itu. Dia yang masih terbaring di tempat tidur, membenarkan berita itu dan menceritakan semua kejadian itu.

"Dorr" mengagetkannya yang serius sekali mendengar ceritaku.
"Ihh,, Abang jahat ihh. Adek kaget tahu" jarinya di daratkan ke tubuhku dan mulai menyubiti kulitku.
"Hahahaha,, ingat jangan urai rambutmu Dek" sambil terus tertawa dan bercanda.
"Owgh yhh Dek, malam semakin larut. Ayo Abang antar Adek pulang" segera berdiri dan mengambil gitar.
"Yookk Bang" sambil segera beranjak dari tempat duduknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

sapaan si kuntiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang