Di tulis oleh Satya Zulfiqar Ipnu
Untuk mengisi gap yang kosong,maaf kalau cerita silat ini gabungan bahasa Mandari dan Hokkian..
Musim semi menghasilkan bunga bermekaran..
Aroma harum semerbak wangi..
Sayup angin menerjang bara.. hati siapa yang tak bahagia..
Gunung hua berselimut salju..
Alunan suara terdengar merdu..
Burung hong bagai perak beebulu emas..
Indahnya dunia di rusak bencana..
Syair diatas menceritakan suasana tiongkok di masa dinasti Ming tahun 1421..
Hari itu kaisar Zhu Yuan Zhang mangkat,diangkatlah putra mahkota Jian Wendi sebagai penggantinya,Jian Wendi sebenarnya cucu dari Zhu Yuan zhang,namun karena ayah Jian Wendi meninggal saat muda maka Jian Wendi ditunjuk jadi penggantinya.
Setelah Kaisar Jian Wendi bertahta,Pangeran Zhu Di hendak pergi ke kota raja untuk menghadiri pemakaman ayahnya. Namun kaisar Jian Wendi melarang semua keluarga Istana untuk datang ke kota raja,hal ini membuat Pangeran Zhu Di merasa tidak puas atas keputusan kaisar. Zhu Di adalah Pangeran yang berbakti pada mendiang ayahanda Kaisar Zhu Yuan Zhang.
Dengan diam-diam akhirnya Pangeran Zhu Di menyiapkan pasukan dan bergerak ke kota raja. Perbuatan pangeran ini menarik simpati dari beberapa Jenderal dan Masyarakat luas. Terutama ialah Jenderal Zhang Yi ti,Jenderal Guan,dan tokoh Dunia Kangouw semisal Liu Tayhiap dan kawan-kawan.
Pagi itu suasana kota Jingnan sungguh mencekam,Ribuan tentara dari bendera Merah memasuki kota dengan persrnjataan lengkap. Sementara dilain tempat,pasukan bendera Kuning juga bergerak dari arah kota raja beijing.
Tampak debu berterbangan,suara derap kaki kuda yang jumlahnya ribuan menggentarkan sunyinya suasana kematian...
Tampak seekor kuda lari dengan cepat menghampiri rombongan bendera merah. Ketika sampai pada seseorang yang berada di baris paling depan,prajurit tersebut langsung turun dari kuda dan memberi hormat pada pemimpin tersebut.
"Lapor Ongya,pasukan dari kota raja sudah memasuki pintu utara kota ini" kata prajurit itu pada pimpinannya.
"Rupanya Sri Baginda benar-benar ingin memusuhiku,baiklah kita beri pelajaran pada anak tak tahu budi itu" katanya
Setelah itu pangeran Zhu Di memerintahkan semua prajuritnya bersiap-siap menghadapi pertempuran.
"Jendral Zhang,kau pimpin sepuluh ribu pasukan dan jaga posisi di sebelah kiri pasukan induk" perintah itu langsung di sanggupi oleh Jendral Zhang.
"Jendral Guan,Kau pimpin juga sepuluh ribu pasukan untuk menunjang pasukan inti di sebelah kanan".
"Terima Perintah" sahut Jendral Guan
Selesai mengatur pasukan,Pangeran yang cerdas itu segera memberi semangat pada prajuritnya. Ini dilakukan supaya moral dan semangat juang prajurit terbangun.
"Wahai saudara-saudara ku sekalian,Bukan aku tak tunduk pada Sri Baginda,Namun apa yang telah diperbuat sungguh mengecewakan hati...Maka hari ini kita akan memberi pelajaran padanya" Katanya lantang.
Prajurit menyambut dengan semangat penuh.
"Hidup Pangeran,Hidup Pangeran" kata mereka.
Suara sahut-sahutan para prajurit menggema di berbagai sudut kota jiangnan. Tak sampai setengah jam,kedua pasukan sudah saling berhadap-hadapan...
Tampak pemimpin bendera kuning memegang tombak di atas Kuda fergana yang nampak gagah...
Dia kiranya Jendral Besar Ma Liok Sun,yang berkuasa di Wilayah Nanjing dengan gelar kebangsawanan Raja Muda.
Dia ini Saudara ibu suri,maka dapat dipastikan pertempuran ini akan menjadi ajang pemusnahan para bangsawan.
Dengan pelan sang Jendral Ma,memberi hormat dan berkata pada Pangeran Zhu Di yang memimpin bendera Merah.
"Ongya,sebagai anggota keluarga kerajaan sebaiknya persoalan ini di bicarakan baik-baik...Tak semestinya harua menempuh jalur peperangan yang akan menghilangkan banyak jiwa" katanya penuh dengan rasa hormat.
Pangeran Zhan Di sebenarnya menaruh rasa hormat pada Jendral Ma yang gagah ini..
Maka dia berkata
"Saudara Ma,andai yang kau ucapkan itu menjadi kenyataan,tidak mungkin kita berada disini berhadapan bukan?"
Jendral Ma mengakui bahwa yang salah sebenarnya Sri Baginda sendiri. Dia pun jadi serba salah...
Akhirnya dia berkata
"Ongya,dalam hal ini kami hanya menjalankan perintah saja. Harap Ongya bermurah hati"
Dari perkataan tersebut jelas Jendral Ma tidak ada pilihan kecuali harus bertempur dengan Pangeran Zhu Di sampai mati.
Pangeran Zhu Di menyadari tentang hal itu,dia berpikir dalam hati.bagaimanapun juga,kaisar itu harus di taklukkan,supaya tidak semakin jadi kelakuan tak berbakti tersebut.
"Saudara Ma,aku menghargai keputusan mu tersebut,dilain waktu tak perlu ada yang saling menyalahkan" katanya,lalu diteruskan
"Dengan sangat menyesal,kita harus saling adu jiwa"
selesai berkata demikian,sang Pangeran segera menitahkan supaya pasukan bersiap perang..Begitu juga Jendral Ma segera menyiapkan prajuritnya.
Suara terompet bersiut-siutan disana sini,menandakan pertempuran siap dimulai.
Dengan wajah masing-masing prajurit mengisyaratkan hawa membunuh,mereka bergerak bagai angin.
Saling terjang,setiap tebasan menghasilkan darah.debu membumbung tinggi diangkasa,satu per satu jiwa melayang. Pasukan bendera kuning adalah pasukan inti dari dinasti Ming,tentu lihay berperang. mereka khusus di bentuk dari para pesilat kelas satu. maka satu jam kemudian pasukan baris kiri dari bendera Merah dapat dirobohkan,Jendral Zhang bertahan dengan mati-matian,namun apa daya Jendral Zhang harus meregang nyawa kehabisan tenaga dan darah ksatrianya.
Melihat ini,pasukan inti dari bendera Kuning makin menghebat serangannya.semangatnya berlipat ganda,sementara pasukan Jendral Ma tanpa segan lagi,telah mendamprat Pangeran yang terpisah dari Jendral Guan di sayap kanan.
Pada saat yang genting tersebut,muncul rombongan besar yang dengan cepat menghampiri pusat pertempuran. Pasukan yang baru datang ternyata pasukan bendera Putih yang di pimpin Raja Muda Yang Jin Bao. Melihat pangeran terdesak,dia segera memerintahkan pasukannya membantu pangeran. tak lama kedudukanpun berubah,kini pasukan bendera Kuning keteteran. selain kalah jumlah,pamor Raja Muda Yang sangat di segani. Mau tak mau mereka gentar juga berhadapan dengan Raja Muda ini.