Part 1

86 8 3
                                    

Namikaze Naruto, kelahiran Jepang kurang dari 17 tahun lalu. Anak pertama dari pasangan Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina yang kini telah bermarga Namikaze. Aku memiliki adik perempuan bernama Namikaze Naruko.

Tentang pribadiku, adalah rambut pirang model spike dan mata biru, karena ayahku blasteran Jepang-Jerman, perfeksionis, penyendiri, berotak cerdas dengan banyak kelebihan dari akademis sampai non-akademis, dan berjuta pesona. Satu kelemahanku adalah berkomunikasi. Saat ini aku bersekolah di sebuah sekolah swasta favorit, Konoha Gakuen, kelas 2-B.

Sebelum ini aku tinggal dan bersekolah di Amerika selama 3 tahun, hanya berdua dengan ayahku, pasalnya ia memimpin sebuah proyek di sana. Bagiku pribadi hal itu adalah momen demi mendapatkan ijazah Sekolah Menengah Pertama di luar negeri saja.

Pada saat itu aku dan ayah tidak tinggal bersama ibu dan adikku di Jepang, dengan kata lain kami terpisah, bukan karena mereka bercerai. Mereka harmonis dengan ikatan erat seperti dalam drama-drama keluarga bahagia yang disiarkan di televisi setiap minggu siang.

Alasan mengapa aku ikut dengan ayahku karena diriku sangat dekat dengannya. Hingga saat kelulusan sekolah, aku kembali ke Jepang yang merupakan tanah kelahiranku. Bersyukur ayahku memimpin sebuah proyek di Jepang hingga kami bisa pulang, meski kini aku hanya tinggal bersama adikku karena 2 Bulan lalu ayah mendapatkan proyek kembali di luar negeri dan ibu memutuskan untuk berhenti dari kariernya untuk menemani ayah, atau lebih cocoknya adalah mengawasi, lantaran sekretaris ayahku yang baru adalah seorang wanita pirang-lajang-seksi dengan maksud lain, "A blonde women with big-hot-boobs," bernama Samui. Membayangkannya ... Oh God! She has the biggest boobs I ever seen in the world. Mengertilah karena aku laki-laki normal.

Aku menulis kekurangan dalam berkomunikasi? Akan kujawab, itu bukanlah masalah bagiku. Lebih lengkap akan terjawab alasannya dalam tugas esai dari guru cantik, tapi masih lajang yang juga wali kelasku di tahun ajaran ini.

Kehidupan sekolah? Berteman, berkomunikasi, membuat kelompok belajar, menjalin hubungan dekat dengan seseorang, pun beberapa yang akan menjadi temanmu untuk selamanya, membuat grup di mana kau bisa menghabiskan waktu lama bersama, dan saling menjahili untuk kesenangan. Namun, bagaimana dengan kehidupan sekolah yang kualami? Oh, Man! It's so fucking freak.

Kehidupan remaja sekolahan pastinya tidak akan selalu menyenangkan seperti yang terlihat dari anime-anime bertema school life maupun slice of life yang pernah kutonton. Mengapa demikian? Kembali pada definisi dari berteman. Berteman? Seperti slogan dari The Three Masker, yaitu "satu untuk semua dan semua untuk satu," yang bagiku itu berdefinisi, "Satu ditumbalkan untuk kebaikan semua dan semua ditumbalkan untuk keegoisan salah satu," itulah yang sering kulihat dari mata kepalaku sendiri saat berada di sekolah. Kenyataan tidak seperti pada anime, bukan?

Kehidupan sekolah berhubungan dengan masa remaja penuh semangat. Masa di mana melakukan banyak kesalahan, membuat relasi yang menyenangkan, membuat mimpi setinggi mungkin, saling membuat rahasia bersama, melakukan hal bodoh yang bagi mereka terlihat sangat menyenangkan. Bagaikan memutar kutub utara dengan kutub selatan, hal yang salah menjadi benar, serta benar menjadi salah. Mereka beralasan itu adalah bumbu dari masa remaja yang menyenangkan.

Apakah kurang bergaul menyebabkan aku berpikir demikian? Jawabannya adalah hanya mungkin. Tidak ada yang bergaul denganku di sekolah yang lebih mirip dengan rumah sakit jiwa di mana banyak sekali orang-orang berpikiran bodoh. Bukannya aku tidak mencoba untuk bergaul, tetapi saat aku mencoba, sudah bisa kurasakan slogan dari The Three Masker hingga membuatku urung untuk bergaul dan lebih memilih individualis sampai saat ini, mungkin sedikit sifat bawaanku saat hidup di negara barat, tetapi sedikit berbeda.

Kehidupan sekolah yang di mana mereka berada di dalamnya memakai topeng tersenyum, tetapi tidak tahu apa yang sebenarnya. Jadi kekurangan dalam berkomunikasi bukanlah masalah, karena lebih baik menyendiri daripada bergaul di sekolah yang menurutku seperti rumah sakit jiwa ini. Semala aku masih memiliki otak cerdas dan pesona yang diturunkan ayahku tak kan ada alasan memasalahkan kekuranganku.

Damn! It's So Fucking Freak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang