Mulai - Tamat

36 2 0
                                    

Aira adalah seorang gadis kecil. Dia memiliki Kakak laki-laki yang sedang menempuh pendidikan di SMP. Dalam hubungan kakak adik, pasti yang terbayang adalah keharmonisan dan kedekatan. Namun, hal itu tidak berlaku bagi mereka. Mereka adalah dua saudara yang hampir tidak pernah akur. Hal sepele pun sukses membuat mereka berperang layaknya musuh dengan musuh. Seolah mereka memiliki wilayah pertahanan masing-masing di rumah. Walaupun sudah berkali-kali dinasehati keluarga, tidak mengubah sikap mereka sedikitpun. Sejak Aira belum sekolah, mereka sudah bertengkar. Dan hal itu berlanjut sampai Aira di jenjang kelas 4 SD.

***

Pada suatu malam, sikap kakaknya berubah. Aira diajak bermain. Padahal, sebelumnya mereka tidak pernah mainan bersama. Namun, sifat kekanak-kanakannya membuat ia sedikit tak berhati lemah. Sehingga, Aira tetap bersikap seperti biasa dan tidak mau bermain. Kakaknya tidak putus asa begitu saja. Dengan berbagai cara, dia bersikeras mengajak Aira bermain sampai dengan cara memaksa. Karena terus dipaksa, Aira pun mau bermain dengan kakaknya. Tak disangka, mreka bermain dengan penuh gembira. Dan tanpa sadar, pertengkaran yang biasanya terjadi, berubah menjadi kebersamaan di malam itu. Tak ada lagi pembagian wilayah pertahanan, dan para musuh telah berdamai di malam itu. Malam berlalu begitu saja hingga mereka tertidur di tempat bermain bersama.

***

Hari berganti. Kini Aira tak seperti biasanya, dia sangat bersemangat untuk sekolah pagi itu. Suasana hatinya sangat baik dan penuh kebahagiaan. Karena tak ada lagi permusuhan antar saudara. Yahh sangat bahagia. Yang biasanya tak menyapa, pagi itu mereka saling bersalaman. Lalu mereka menuju ke sekolah masing-masing.

***

Jam 10 pagi di Sekolah Aira :

Keluar suara dari speaker, "Panggilan kepada Aira kelas 4 harap segera ke kantor, bawa tasnya". Tak berpikir panjang, Aira menuju kantor dengan membawa tasnya. Saat itu, bel pulang sekolah belum berbunyi, tetapi guru menyuruhnya pulang lebih dulu dari anak-anak yang lain. Anak itu bingung melihat guru yang menangis menatapnya. Tanpa berpikir panjang, ia bergegas menuju rumah dengan hati dan pikirannya penuh dengan penasaran. Banyak pertanyaan yang menghampirinya. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa aku harus pulang sekarang? Mengapa cuaca mendung? Apa ada sesuatu yang terjadi?

Seluruh pertanyaan terjawab ketika ia tiba di rumah. Siang yang tak bersinar itu, banyak orang yang berada di rumahnya. Tidak seorangpun yang tampak bahagia. Beberapa saat kemudian, datanglah mobil jenazah dari rumah sakit. Aira tidak dapat merasakan tubuhnya, ia merasa seperti berada di dalam mimpi. Ini tidak benar! Ini hanya mimpi kan?!!..
Ketika petugas mengangkat jenazah ke dalam rumah, Aira sadar bahwa itu bukan mimpi. Ia seperti ingin menentang keadaan ini, namun tak ada yang bisa ia lakukan selain menangis. Awan gelap siang itu menandai kelamnya hati seseorang. Baju merah putih yang dipakai sebagai simbol kekanak-kanakannya. Tak ada yang bisa dikatakan ketika ia bertemu dengan orangtuanya. Ia hanya berbicara melalui air mata dan isak tangis layaknya seorang anak kecil, ketika merasakan kesedihan yang dialami orangtuanya. Tangisnya begitu mendalam. "Baru sebentar aku merasa senang, mengapa sekarang diberi kesedihan yang tak sebanding???" tanyanya dalam hati begitu keras, seolah ia sedang memprotes takdir yang terjadi di hari itu. Bukan hanya matanya yang menangis, tetapi juga hatinya. Kakak yang baru tadi malam sangat ia sayangi, yang rela mengalah agar Aira bahagia, telah meninggalkan dunia untuk selamanya. "Mengapa? Mengapa kita baru seperti saudara di saat kau akan pergi?? Mengapa kau memberiku kenangan yang indah hanya satu kali?? Bagaimana bisa kau hanya meninggalkan satu kenangan untukku?? Aku baru akan berubah hari ini.. aku ingin mengajakmu mainan malam ini.." ungkapan pada Kakaknya melalui perasaan, yang entah di dengar atau tidak.

Siang itu berlalu begitu saja. Aira menghabiskan hari itu di rumah tetangga, tanpa melihat wajah Kakaknya untuk terkhir kalinya. Dia hanya bisa termenung seraya mengingat masa lalunya. Dia ingin mengucapkan 'maaf' pada kakaknya, karena selama ini tidak menjadi adik yang baik, yang hanya bisa marah dan bertengkar.

Seandainya bisa, Aira ingin mengubah pertengkaran dengan kakaknya di masa lalu menjadi kebersamaan seperti malam itu. Malam itu adalah kebersamaan yang pertama dan terakhir yang dirasakan Aira dengan kakaknya. Ternyata kebersamaan itu jauh lebih membahagiakan dan cara yang baik untuk menunjukkan kasih sayang, dibandingkan dengan bertengkar. Hanya pada malam itulah Aira bisa merasakan kebahagiaan saat bersama kakaknya. Aira menyesal karena tidak berbaikan dengan kakaknya lebih awal, hingga hanya sedikit momen indah yang mereka alami. Namun, rasa menyesal itu tidak ada gunanya. Sejak kepergian kakaknya, Aira selalu mendo'akan dan hanya mengingat kebaikan kakaknya. Ia melupakan semua pertengkaran yang pernah mereka lakukan. Dan dia berusaha menjadi anak yang baik agar kakak bangga padanya.

Hikmah :
"Penyesalan datang di akhir, dan berharganya seseorang baru kita rasakan setelah mereka pergi. Sayangi dan jalinlah hubungan baik dengan saudaramu selama masih hidup, karena kematian tidak ada yang tahu"

-Tamat-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I am SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang