Part 5
Hari demi hari berlalu, Nara semakin mencintai pekerjaannya sebagai public relation di kantor, dia sangat bersemangat dan gesit dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
terdengar ketukan dari luar pintu pak Reyhan "ya.. silahkan masuk" sambil membereskan arsipnya,
"permisi, Bapak memanggil saya?" tanya Nara sehabis menutup pintu,
"oh Nara.. ya saya memanggilmu, silahkan duduk"
Nara segera duduk dengan sedikit gemetar,
"santai saja Nara, saya hanya ingin berterimakasih karena kemampuan kamu dalam berkomunikasi memasarkan setiap produk kita sangat bagus, untuk itu terimalah ini" menyodorkan amplop ke arah Nara
"Apa ini Pak?"
"itu bonus dari saya bagi karyawan yang saya anggap berprestasi."
Nara sangat bahagia mendengarnya dan diambilnya dengan segera ampolp itu, sementara Reyhan hanya tersenyum melihatnya.
"oh yaa Nara, kau ada waktu malam ini?" tanya Reyhan sambil menaikkan alisnya
"ti.. tidak ada pak, memangnya kenapa?"
"hmm... saya hanya ingin mengajakmu makan malam"
makan malam? seorang Nara akan mekan bersama Tuan Reyhan? Direktur yang terkenal angkuh dan tak bersahabat ini?
"mm... maaf Pak, saya sepertinya..."
"ayolah Nara... tenang saja, kau akan aman bersamaku"
mendengar perkataan Reyhan Nara semakin salah tingkah dibuatnya dan ingin segera lari dari hadapan Reyhan.
"saya tidak bisa Pak" jawabnya dengan hati-hati,
"ok, baiklah, mungkin lain kali saja, oh ya.. ada yang ingin saya tanyakan lagi" dengan tatapannya yang tajam
"silahkan pak" jawab Nara dengan tenang
"benda apa yang selalu kamu bawa dan tergantung di samping komputermu Nara?, aku perhatikan kau mengoleksi barang-barang itu, bukannya itu benda kuno?" tanya Reyhan penasaran sambil mengernyitkan dahinya"iya Pak, itu memang benda yang kuno, tp di jaman sekarang kita sudah bisa memfariasikannya dengan manik-manik dan bulu yang indah" jawabnya santai.
"lalu.. apa gunanya benda itu? jimat?"
Nara tersenyum simpul dan menarik napasnya "bukan Pak, itu penangkap mimpi",
"Penangkap mimpi?, Reyhan tertarik ingin mengetahui lebih jauh
"iya, Dreamcatcher atau penangkap mimpi berakar pada tradisi orang-orang penduduk pribumi Amerika atau Indian yang menggantungkan sebuah jaring-jaring simbolis di atas tubuh seseorang yang tidur untuk melindunginya dari mimpi buruk"
"waw.... jadi kau percaya hal itu?" tanya Reyhan dengan mata melototNara kembali tersenyum "tidak pak, saya hanya menyukainya saja, mungkin penangkap mimpi burukku yg sesungguhnya bukan benda itu, aku mengoleksinya karena aku mengenang ibuku"
"mungkin hal ini bisa menjadi peluang bisnis baru kita" kata Reyhan dengan antusias,
maklum di otaknya hanya ada bisnis dan bisnis, apapun dia lakukan untuk menghasilkan uang, dengan cepat dia selalu melihat peluang-peluang yang ada, itulah Reyhan, seorang direktur muda yang berotak cemerlang.
Nara hanya terduduk bingung mendengar perkataan Reyhan,"begini Nara, bagaimana jika kita juga membuka toko kecil untuk menjual penangkap mimpi itu, yahh mungkin saja saat kita menceritakan fungsinya banyak yang tertarik, dan bisa juga digunakan untuk hiasan kamar dan sebagainya, kau bisa membuat yang kecil-kecil dan dijadikan aksesoris tubuh, apaligi dengan pilihan warna yang fresh, elegan dan berfariatif, selanjutnya sasaran pasar kita adalah kalangan remaja, bagaimana?"
Nara tercengang, berpikir keras mendengar perkataan Reyhan,
kemampuan yang dimiliki pria ini sungguh tak diragukan lagi,
kemampuannya melihat hal-hal kecil sangat detail dan membuatnya terkesima,
sebab Nara tak pernah berniat menjual hasil karyanya dan karya tangan ibunya itu, di hanya suka menatapnya, membuatnya tanpa tergesa-gesa, dan menggantungnya di setiap sisi kamarnya.
"saya akan pikir lagi pak, permisi" Nara segera berdiri dan membalikkan badannya,"Nara... " Reyhan berdiri dari tempat duduknya, dan seketika itu juga nara menoleh
"tawaran saya untuk makan malam juga tolong dipikirkan lagi ya" katanya dengan senyumnya yang lebar.
Nara hanya mengangguk dan keluar meningglkan ruangan Reyhan sambil menghembuskan napasnya.
Matanya berbinar melihat Arya berjalan dari arah yang berlianan sambil membolak balik dokumen yang dipegangnya, dia tak sabar ingin menegurnya,
"Arya...."
tiba-tiba seorang gadis muncul dari belakang Arya dan memanggilnya dengan suara yang manja, Arya pun menoleh
"hei Fania" dan gadis itu langsung mencium pipinya.Nara menyaksikan pemandangan tak menyenangkan untuknya, entahlah apa yang dirasakannya, dadanya sesak, dia tak sanggup melihat gadis itu menggandeng lengan Arya, dan bersandar di bahunya, sedangkan Arya membiarkannya dan tersenyum lebar kepada gadis itu.
Siapa gadis itu? mungkinkah dia?Arya terlihat akrab bercengkrama dengan Fania, Fania sangat cantik, modis dan fashionable, dibandingkan Nara sepertinya tidak ada apa-apanya
dari penampilan, Nara sangat sederhana dan tidak terlalu berlebihan dalam berdandan.
Fania lebih menguasai fashion dan sangat mempesona dibanding dirinya.Nara segera berlari kecil menuju meja kerjanya dan duduk dengan tubuh yang lemas.
"Nara.. ada apa?" tanya Selly, teman sekantornya,
"tidak ada apa-apa Selly, aku hanya kurang sehat" sambil mengikat rambutnya,
"aku boleh minta dong dreamcatchermu ini" Selly memegang dreamcatcher milik Nara yang tergantung samping komputernya,
"oh.. ambillah Selly jika kau menyukainya" jawab Nara tersenyum dan mengambil dreamcatcher itu.
"benarkah? waahh terimakasih Nara" Selly menerima dreamcatcher dari tangan Nara dan kembali ke meja kerjanya. Nara hanya tersenyum melihatnya.
Nara masih terngiang-ngiang akan ajakan Reyhan untuk makan malam, apakah dia terima saja atau bagaimana... Nara pun bingung akan hal itu.
Selly mengatakan bahwa Pak Reyhan sangat dingin dan angkuh, hanya berbicara seperlunya saja, maklum Reyhan memiliki banyak bisnis yang sedang ia kembangkan di luar perusahaan.namun bagi Nara, Reyhan orang yang baik dan sopan, dia sama sekali tidak bersikap dingin ataupun sombong padanya, hal itu telah dibuktikan Nara saat pertama kali bertemu dengannya.
YOU ARE READING
My Dreamcatcher
RomanceJangan kuatir, sekarang aku akan jadi dreamcatcher untukmu, kau tidak akan memiliki mimpi buruk lagi di setiap malammu. Novel. by. Trisnabeauty