The Beginning

80 33 39
                                    

Tak lama setelah kelahiran anak keduaku, aku membeli sebuah toko di daerah Norbury dari Mrs. Gloria yang sudah tua. Sebelumnya, tempat itu dijadikan sebuah toko roti yang amat terkenal. Namun, faktor usia menyebabkan toko itu mulai meredup. Pendapatannya menurun seiring dengan kondisi tubuhnya. Anak dan cucunya menyarankan Mrs. Gloria untuk tidak bekerja lagi dan ikut bersama mereka di kota.

Istriku memanfaatkan tempat ini sebagai laundry, melihat di kota ini belum ada jasa cuci baju. Setelah mengambil alih toko itu selama empat bulan, kami sangat sibuk dan hampir tak pernah menengok sahabatku, Peter Black.

Menyebut namanya saja sudah membuatku ingat dengan banyak hal yang terjadi selama aku membantunya. Dia adalah seorang detektif terkemuka dan independen. Nama belakangnya-Black-mencerminkan kehidupannya yang didominasi oleh kegelapan, kejahatan, dan lainnya.

Di sini, aku akan menuliskan sebuah kasus yang membuat seluruh penduduk kota London terguncang. Tentang terbunuhnya seorang anggota kerajaan, Charles Arthur yang amat unik, sehingga sulit untuk dijelaskan.

Kisah ini dimulai di akhir bulan Agustus tahun 1933, cuacanya terasa panas sekali. Pantulan sinar matahari pada dinding gedung di seberang sangat menyilaukan mata. Saat itu kami sedang makan siang, tiba-tiba Peter mendapat sebuah telepon dan langsung mengangkatnya.

Aku merasa ada sesuatu yang penting di pembicaraan itu, hingga membuat ekspresi wajahnya begitu serius. Matanya bercahaya dan sikapnya menunjukkan adanya semangat tersembunyi. Sekejap dia menoleh ke arahku sambil mengedipkan matanya yang penuh arti.

"Kita kedatangan tamu istimewa, Chuck. Coba tebak siapa dia?" tanyanya.

"Pak Walikota?" jawabku sedikit ragu.

Dia menggeleng setelah mendengarnya. "Biarkan dirimu melihatnya sendiri. Nah, kalau tak salah, dia sudah tiba."

Terdengar langkah kaki di luar ruangan, tak lama kemudian masuklah seorang wanita muda yang cantik, semampai, dan anggun tanpa mengetuk pintu dahulu. Dialah Putri Kerajaan Inggris, Princess Charlotte. Wajahnya terlihat gelisah, sesekali terdengar entakan pelan dari kedua kakinya yang ramping.

"Maafkan saya," katanya tiba-tiba, "seharusnya saya mengetuk dulu."

"Tidak masalah, saya lihat Yang Mulia tidak tidur selama satu atau dua hari," kata Peter dengan ramah seperti biasanya. "Apa hal penting yang bisa membuat Yang Mulia seperti ini?"

Kulihat bahwa saat ia duduk di tempat yang disediakan Peter untuknya, bibirnya gemetar, telunjuknya sering mengetuk pegangan kursi, ia menunjukkan semua tanda kegelisahan hebat dalam dirinya.

"Prince Charles dibunuh," katanya. Aku terperanjak kaget. Berbeda dengan temanku, Peter yang begitu tenang hanya menaikkan satu alis tanda bahwa berita ini berharga baginya.

"Lanjutkan," kata Peter sambil mencondongkan tubuhnya ke depan dengan wajah yang tegas.

"Lima hari yang lalu, Charles pamit kepada seluruh anggota kerajaan ketika makan malam, ia berniat untuk pergi menonton pacuan kuda. Saya mengetahui hobinya itu. Memang setiap ada pacuan kuda, dia mendatanginya. Satu hal yang membuat saya curiga, dia pergi saat tengah malam. Keesokan harinya, anggota kerajaan mendapat kabar bahwa ia ...." Princess Charlotte memegang tenggorokannya dan tangisan menghentikan kata-katanya.

"Apakah Beliau pergi sendirian?" tanya Peter sambil menggosok dagunya yang sepertinya tidak gatal.

"Tidak, dia pergi bersama kedua penjaganya."

"Bagaimana penjelasan para penjaga?"

"Pada pagi buta itu, setelah mereka sampai di Dartmour, Charles langsung ingin mengunjungi Blackwater, kandang milik Mr. Scott, sendirian dan berjanji akan kembali ke penginapan sore hari. Hudson, salah satu penjaga, mengizinkannya karena sudah biasa Charles pergi ke sana untuk menengok Musgrave, kuda jagoannya.

"Hari mulai gelap dan Charles belum juga pulang. Hudson pergi ke Blackwater secepatnya, perasaannya mulai khawatir. Mr. Scott langsung keluar ketika Hudson berbicara pada pelayannya dan berkata bahwa ia tidak ada janji dengan Charles, bahkan saat itu ia sedang sibuk mencari Musgrave yang merupakan kuda favorit dalam pacuan kuda. Hudson menyadari bahwa menghilangnya mereka bukan suatu kebetulan. Ia pun langsung membantu Mr. Scott untuk mencari Musgrave yang diyakininya akan menuntun pada keberadaan Charles.

"Kira-kira satu kilometer dari kandang, mereka menemukan mayat Charles, kepalanya pecah diduga akibat pukulan yang sangat hebat, pahanya terluka akibat sabetan senjata tajam. Di sini terlihat jelas bahwa ada seseorang yang ingin mencuri Musgrave dan Charles berusaha menghentikannya. Anggapan itu didasari oleh pisau kecil yang terselip di tangan kanannya dan berlumuran darah. Pisau itu pemberian Kakek khusus untuknya."

"Chuck, kurasa kita harus pergi menyelidikinya," kata Peter tiba-tiba. Aku tidak terkejut mendengarnya. Justru aku akan terheran-heran kalau dia tak terpengaruh oleh kasus yang luar biasa ini.

Kira-kira dua jam kemudian aku berada di Stasiun Dartmour, sementara Peter meminta Charlotte untuk mempertemukan kami dengan Hudson. Peter langsung bertanya beberapa hal padanya setelah berkenalan singkat. Semua penjelasannya sama dengan yang dituturkan oleh Princess Charlotte. Kecuali satu hal, penemuan sebuah jaket dengan inisial J.G. yang baru saja diketahui oleh Hudson.

"Kami sudah menangkap si pelaku." Tiba-tiba seorang Polisi datang dan berkata seperti itu.

"Apakah Anda sudah yakin, Tuan?" tanya Peter

"Siapa Anda?" Polisi itu maju satu langkah dan matanya menyelidik Peter dari atas ke bawah. "Jaket yang saya temukan adalah milik Jack Green, seorang pelatih kuda Lightning yang dijagokan nomor dua dalam taruhan. Motifnya sudah sangat jelas. Kehadiran Anda sudah tidak dibutuhkan di sini."

"Saya ditugaskan oleh Princess Charlotte secara langsung. Saya tidak akan berhenti sebelum menyelidiki semuanya." Peter menatap tajam Polisi itu diikuti oleh anggukan Hudson dan Princess Charlotte. "Antarkan saya ke tempat mayat Prince Charles ditemukan."

Orangesekai

Peter Black: Case One, RIP CHARLES ARTHURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang