Jam sudah menunjukkan pukul sembilan lebih lima belas menit, gue merenggangkan badan dan menimbulkan bunyi yang membuat badan gue cukup rilex setelah empat jam gue berkutat di depan komputer. Gue pun membersihkan meja kerja gue kemudian turun ke lobby untuk pulang ke rumah. Sebelum itu gue mau memesan ojek online terlebih dahulu karena motor kesayangan gue sedang masuk rumah sakit.
Namun gue berubah pikiran, "Mampir ke wedang ronde aja deh, biar langsung tidur kalau udah sampai rumah." batin gue yang akhirnya berjalan kaki dari gedung kantor gue menuju kafe yang juga menjual menu wedang ronde.
Setelah tujuh menitan gue pun sampai di kafe tersebut, gue membuka pintu yang kemudian terdengar lonceng setiap ada orang yang membuka pintu tersebut.
"Keina." seseorang memanggil nama gue saat gue sedang melihat meja yang enak untuk gue singgahi.
Gue terdiam melihat sosok laki-laki yang cukup lama singgah di hati gue, bahkan mungkin masih singgah. Dia tersenyum hangat menuju gue, kemudian memegang pundak gue untuk menyadarkan dari lamunan.
"Kei, ini aku Rega."gue tersentak dan menatap sosok Rega.
"O..oh hai Ga."sapa gue tersenyum canggung
****
Gue berjalan lesu menuju kantin kampus yang mulai sepi dikarenakan hari sudah mulai malam. Gue duduk disalah satu bangku dan menelungkupkan kepala gue di atas meja tersebut, tiba-tiba gue merasa ada yang duduk di depan gue.
Dia hanya terdiam melihat gue yang tetap menelungkupkan kepala gue di atas meja bahkan sudah dua puluh menit berlalu.
"Ga aku gagal lagi."ujar gue bergumam yang masih tidak mau mengangkat kepala gue dari meja.
Dia tetap diam namun salah satu tangannya mengusap rambut gue yang membuat gue sedikit mengantuk. Sebelum gue tertidur, gue pun mengangkat kepala gue dan menatap dia yang sedang tersenyum hangat ke arah gue.
"Enggak apa-apa Kei gagal tapi Kei sudah berkerja keras kok and I've proud of you, coba lagi ya besok. Sekarang mau ke wedang ronde nggak?"
Gue menatap dia dengan tersenyum kecil, "Mau."
Akhirnya gue dan dia berjalan keluar menuju wedang ronde yang tidak jauh dari kampus. Dia juga menggandeng salah satu tangan gue dan memasukkan di salah satu saku jaketnya, "Hangat?"tanyanya
Gue mendongakkan kepala gue untuk menatap dia lalu gue tersenyum dan menganggukan kepala.
Malam itu gue pikir dia adalah rumah gue disaat gue lelah atas segudang kegiatan yang gue lakukan di luar sana. Dia yang senantiasa membuka lebar tangannya untuk memeluk gue ketika gue butuh sebuah pelukan dan dia yang selalu senantiasa tersenyum hangat tanpa bicara disaat gue berada dititik terendah gue.
Tapi nyatanya gue salah, dia hanya ingin gue bergantung kepada dia.
Setahun sudah berlalu, gue yang baru saja lulus kuliah dan mencoba untuk mengikuti tes magang lagi di luar negeri. Impian gue sejak semester empat dan selalu gagal. Rega juga sudah lulus dan melanjutkan bekerja di salah satu anak perusahaan orang tuanya.
Hari ini gue ingin bertemu Rega di sebuah kafe langganan kita yang menyediakan menu wedang ronde kesukaan gue. Wajah gue berseri-seri tidak sabar ingin memberitahukan kabar baik kepadanya.
Bunyi lonceng pintu pun terdengar dan terlihat sosok Rega yang sedang mencari keberadaan gue, "Rega."ujar gue melambaikan tangan agar Rega bisa menemukan keberadaan gue.
Rega pun berjalan ke bangku gue dengan tersenyum hangat.
"Hai, ada cerita apa hari ini?"tanyanya setelah dia duduk di depan gue.